"Posisi uang dalam pemilihan hanya faktor pendukung, bukan faktor penentu, pendekatan transaksional hanyalah kepentingan sesaat yang akan merusak tatanan partai, dia ikut berkontribusi menghancurkan partai dan masa depan bangsa, katanya ada yg diiming-iming dapat SGD 10 ribu, uang tidak dapat memberi jalan keluar atas persoalan partai dan bisa merusak moral kader partai," ujar Idrus dalam keterangan persnya di RM Apong, Jalan Boulevard, Makassar, Minggu (21/2/2016).
"Katanya ada yg diiming-iming dapat SGD 10 ribu. Uang tidak dapat memberi jalan keluar atas persoalan partai dan bisa merusak moral kader partai," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama menjabat Sekjen selama 6 tahun saya memahami anatomi Golkar dari pusat hingga daerah, saya mengerti konflik yang terjadi selama 1,5 tahun, hal ini penting untuk menentukan langkah-langkah kehidupan kepartaian Golkar," kata Idrus.
Kabar soal money politic ini awalnya disampaikan oleh Nurdin Halid. Dia mendapat pengakuan dari pengurus DPD I Sulawesi Utara soal pemberian dolar bila meneken surat dukungan untuk salah satu caketum.
"Pengakuannya SGD 10.000 untuk 1 DPD II. Kan rusak Partai Golkar kalau begini," kata Nurdin saat dihubungi, Kamis (18/2/2016).
Manuver Nurdin mengungkap bagi-bagi dolar itu menuai respons dari tim sukses Ade Komarudin, Bambang Soesatyo. Bambang seolah membalas dengan rumor yang lebih ganas yakni pembagian miliaran rupiah satu suara.
"Kalau soal rumor bagi-bagi uang, saya juga mendapat informasi ada caketum yang bagi-bagi uang mulai Rp 5 juta hingga 20.000 dolar AS dan menjanjikan Rp 1-2 miliar rupiah satu suara saat pemilihan nanti. Entah benar entah tidak namanya juga rumor atau informasi. Hehehe kenapa harus panik. Santai saja," ujar Bambang Soesatyo di hari yang sama. (mna/imk)