William memupuk keinginannya dengan tekun. Beberapa rintangan dihadapinya. Pertama jelas dari keluarga. Pria yang lahir pada 31 Mei ini dipandang sebelah mata karena berasal dari etnis Tionghoa.
"Keluarga besar saya semuanya berdagang. Saya yang pertama kali di keluarga saya menjadi TNI, bekerja untuk negara," kata William dengan nada tegas kepada detikcom di Kompleks Akademi TNI, Jalan Gatot Subroto, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (3/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak masih duduk di sekolah dasar, William memang bercita-cita menjadi anggota Kopassus.
"Saat masih umur 6 tahun, saya melihat anggota Kopassus diwawancarai di TV. Tampak gagah sekali dengan baret merahnya. Dari situ langsung bercita-cita untuk jadi anggota Kopassus," kenang William.
![]() |
Komandan Resimen Chandradimuka Akademi TNI Kolonel Infanteri Djoko Andoko mengatakan bahwa matra darat sesuai dengan keinginan William.
"Matra darat sesuai dengan keinginannya, William juga memenuhi persyaratan," tuturnya.
Di lingkungan TNI, William bukan satu-satunya taruna dari etnis Tionghoa. Karena sejak dulu, TNI terbuka bagi kelompok suku mana pun. Hanya saja, di angkatan yang diwisuda Agustus 2015, William merupakan satu-satunya warga Tionghoa yang jadi Taruna.
Djoko menegaskan, tidak ada Taruna yang diistimewakan. Semua Taruna, kata Djoko diperlakukan sama. Prestasi dan kualitaslah yang akan mendapat penilaian selama mengenyam pendidikan di lereng Gunung Tidar ini.
"Di sini ada berbagai macam asal, ada dari Papua, Jawa, yang penting bisa memenuhi syarat (menjadi Taruna)," ujar Djoko.
Percakapan detikcom dengan William dan Djoko tidak berlangsung lama. Tak lebih dari satu jam. Maklum, jadwal di Akademi TNI cukup ketat. Meski demikian, percakapan itu sudah membuktikan pilihan William memang berbeda. Selain itu menunjukkan TNI terbuka bagi mereka yang ingin mengabdi ke negara.
(sip/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini