Memahami Revolusi Mental Lewat Pentas Seni dan Diskusi Publik

Memahami Revolusi Mental Lewat Pentas Seni dan Diskusi Publik

Aditya Fajar Indrawan, Stephen Willy - detikNews
Rabu, 23 Des 2015 19:26 WIB
Memahami Revolusi Mental Lewat Pentas Seni dan Diskusi Publik
Foto: Aditya Fajar/detikcom
Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menggelar pentas seni dan diskusi publik tentang revolusi mental di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Acara yang bekerjasama dengan Forum Balekambang itu bertujuan untuk memberikan pemahaman revolusi mental kepada mayarakat.

Pentas seni ini menarik perhatian warga yang sedang berkunjung atau berjalan-jalan di sekitar taman, mereka dapat dengan mudah menyaksikan pentas seni dan mengikuti diskusi publik tersebut. Acara yang mengambil teman 'Banyak adalah kumpulan dari sediki' ini menampilkan pentas seni teaterical dari seniman solo bertajuh putih, serta live musik acustic.

Ketua Pokja Revolusi Mental Arif Budimanta dalam diskusi menyampaikan pentas seni ini merupakan salah satu implementasi revolusi mental melalui kesenian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Revolusi mental bisa berasal dari mana saja, salah satunya dari nilai-nilai yang ditampilkan pada pentas kesenian. Ini merupakan satu gambaran kerja dari tiap-tiap individu yang akan mementaskan satu karya seni," ucap Arif. Selain Arif, dalam diskusi tersebut hadir juga Deputi Empat Kantor Staf Kepresidenan Eko Sulistyo dan seniman dari Balekambang Ibnu Kurniawan.

Arif menambahkan, salah satu indikator dari keberhasilan revolusi mental dapat terlihat dari setiap individu yang dibangun pada pelayanan publik terhadap masyarakat.

"Salah satu indikator keberhasilan revolusi mental yang dirasakan, dapat terlihat dari keberhasilan suasana perubahan di sektor pelayanan publik. Tidak ada lagi sekarang orang saat mengurus KTP agar cepat selesai menyerahkan uang, karena memang sudah pekerjaannya untuk itu jadi tidak perlu lagi uang pelicin," papar Arif.


Clara (21) salah satu pengunjung menilai pemahaman revolusi mental melalui seni merupakan langkah yang bagus.

"Bagus, acaranya digabungan dengan pentas seni jadi cukup membantu warga untuk memahami makna revolusi mental itu seperti apa. Saya sering dengar, tapi bentuknya seperti apa, atau maknanya apa, saya masih belum mengerti betul," ucap Clara sambil menyaksikan pentas teaterikal ini.

Senada dengan Clara, Edi (53) mengatakan penerapan revolusi mental ini sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu bahkan setelah Indonesia merdeka. "Saya mengerti betul makna revolusi mental, namun saya menyesalkan kenapa baru sekarang kampanye ini dilakukan ke masyarakat. Kalau dilakukan sejak Indonesia merdeka 70 tahun lalu tentu pola pikirnya akan sangat mengakar," ujar Edi.

"Kalau pemerintahnya korupsi terus atau memberi contoh buruk bagi masyarakat. Ya jangan harap revolusi mental bisa terjadi," tambah Edi.

Diskusi revolusi mental di Taman Suropati (Foto: Aditya/detikcom)
(adit/slm)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads