Kadispen TNI AU Marsma Dwi Badarmanto mengatakan, pihaknya sudah dari tahun 2010 melakukan pengkajian helikopter apa yang akan dibeli. Akhirnya diputuskan untuk membeli AW101 yang dinilai sebagai helikopter jenis angkut berat berspesifikasi tinggi.
"Jadi kita ingin satu, pesawat kita baru dan gress. Teknologinya harus lebih tinggi dari apa yang kita punya. Sekarang yang kita punya baru Super Puma. Makanya kita beli helikopter angkut berat. Sekarang Super Puma dalam heli angkut sedang. Kita ingin heli angkut berat. Banyak pilihan saat itu tapi hasil kajian jatuh ke AW. Ini proses yang sudah lama. Yang kita kaji level skuadron, koop, TNI AU, bahkan lapor ke Mabes TNI," jelas Dwi Badarmanto saat ditemui di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Rabu (2/12/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenapa MI-35 enggak dikejar-kejar, kenapa kita beli F-16 enggak dikejar-kejar, itu saja kuncinya," katanya.
Badarmanto juga menegaskan, rencana pembelian helikopter itu berdasarkan kebutuhan dari TNI AU, bukan presiden.
"Bahwa kita butuh pesawat itu, iya," katanya.
Nantinya, penggunannya akan dioperasikan oleh TNI AU. Terkait nantinya hanya akan digunakan oleh Presiden, Badarmanto membantahnya.
"Tidak, yang dimaksud untuk dukungan dan pengamanan VVIP enggak hanya presiden. Kita kan itu butuh pasukan juga untuk pengamanan itu. Jadi jangan diartikan sempit," kata Badarmanto. (jor/hri)