Beberapa waktu lalu lalu, Hans Galassi kehilangan beberapa jarinya dalam sebuah kecelakaan di sungai. Sekian bulan kemudian, satu di antara jarinya yang hilang itu ditemukan dalam perut seekor ikan forel. Petugas forensik yang meneliti penemuan jari itu mengidentifikasi pemiliknya berdasarkan sidik jarinya. Setelah sekian lama, ternyata sidik jari Galassi masih bisa dibaca.
Berapa lama sebenarnya sidik jari bisa bertahan setelah pemiliknya mati atau terputus dari tangan? Sidik jari, di tangan maupun di kaki, dan sidik telapak tangan, setiap orang unik. Robert Phillips, seorang anggota geng Amerika Serikat, menghilangkan jejak sidik jarinya dengan mencangkokkan kulit dadanya. Namun jejaknya teridentifikasi berdasarkan sidik di telapak tangannya.
Sidik jari ini bisa terkikis atau menipis jika terlalu sering bergesekan dengan benda kasar atau bahan kimia. Namun menurut Allan Bayle, ahli sidik jari dari Inggris, sidik jari itu bakal pulih kembali. Sidik jari ini juga bisa bertahan lama, sekalipun terendam air atau terkubur Kalaupun bagian sidik jari atau kulit terluar jari terkikis, sidik jari masih bisa diperoleh dari bagian kulit yang lebih dalam.
"Bahkan sidik jari masih akan bertahan lama setelah kalian mati. Satu di antara yang terakhir menghilang saat kalian meninggal adalah sidik jarimu," ujar Allan Bayle, kepada BBC. Berapa lama sidik jari bertahan, bergantung pada banyak hal di sekitarnya. Jika potongan jari terendam dalam air yang sangat dingin atau terkubur dalam es, umur sidik jari akan lebih panjang lagi.
![]() |
Sudah ratusan tahun sidik jari dipakai untuk menelusuri siapa empunya jari. Pada 1892, ilmuwan Inggris, Sir Francis Galton, menulis buku bertajuk Fingerprint yang memuat cara-cara mengenali pelaku kejahatan dari sidik jarinya. Kepolisian London alias Scotland Yard baru mulai menggunakan teknik identifikasi sidik jari pada tahun 1901.
Tapi detektif Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle lah yang mempopulerkan teknik sidik jari. Di novel The Sign of the Four yang terbit pada 1890, detektif Holmes memecahkan kasus berkat sidik jari. Begitu pentingnya sidik jari, Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) punya bank data yang menyimpan lebih dari 70 juta sidik jari bandit dari seluruh dunia.
Lewat seabad setelah Scotland Yard menggunakan sidik jari untuk mengidentifikasi orang, teknik ini sudah jauh berkembang. Tak cuma bisa dipakai untuk mengetahui pemiliknya, Jan Halamek, peneliti dari Universitas New York, di Albany, bisa mengenali apakah empunya jari seorang perempuan atau laki-laki.
Halamek mendeteksi 'jenis kelamin' sidik jari dari jejak asam amino pada sidik jari. Menurut Halamek, laki-laki dan perempuan meninggalkan komposisi asam amino berbeda pada sidik jari. Perempuan punya kadar asam amino lebih tinggi pada jejak sidik jari. "Kami ingin membuat alat sederhana untuk menentukan apakah dia masih muda atau sudah tua, dari etnis apa dan apa jenis kelaminnya," kata Halamek, kepada New York Times.
Ternyata, ada banyak data dan informasi pada sidik jari. Tim gabungan peneliti dari Universitas East Anglia dan King's College, London, bisa mengendus apakah seseorang mengkonsumsi narkoba atau rokok, bahkan penyakit tertentu yang dia derita, hanya dari sidik jarinya.
"Sidik jari yang kalian temukan di jendela atau layar televisi mengandung air 98 persen, terutama dari keringat pemiliknya," kata David A. Russel, ketua tim peneliti, kepada CNN.
Dari komposisi kimia keringat itu lah Russel dan timnya bisa mencium apa saja makanan yang ditelan pemiliknya, dan masalah kesehatan apa yang dia derita. Untuk menelusuri apakah pemilik sidik jari seorang perokok, Russel mendeteksi keberadaan kotinin pada keringat di sidik jari. Jika ingin mencari tahu jenis narkoba apa yang dia konsumsi, Russel akan mengendus jejak materi kimia lain di keringatnya.
![]() |
Grup Arrogen, perusahaan asal North Carolina, Amerika, menggunakan teknik berbeda untuk mencari tahu informasi apa saja di sidik jari. Arrogen membuat bubuk dan plester khusus untuk mengambil sidik jari dari lokasi kejadian. Untuk mengetahui apa saja yang pernah disentuh atau dikonsumsi empunya jari, plester itu dipanaskan di laboratorium. Partikel-partikel yang terurai dari proses pemanasan tinggal dianalisis kandungannya.
Proses identifikasi ala Arrogen ini jauh lebih cepat dan simpel ketimbang cara-cara lama. Polisi pun senang. "Dapat informasi lebih cepat selalu lebih baik ketimbang tahu belakangan," kata Sersan Patricia Wisneski, petugas forensik dari Kepolisian Greensboro, negara bagian North Carolina, dikutip PopularMechanics.