"DKI masih C, nilainya 59 sekian. Saya ingin DKI jadi B, ada waktu mengejar itu. Bagaimana mulai dari perencanaan sampai outcome, ada ketersambungan," ucap Yuddy dalam 'Sosialisasi Inovasi Pelayanan Publik Menuju One Agency-One Innovation' di Ruang Pola Blok G, Balai Kota DKI, Jakarta, Kamis (5/11/2015).
Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama, lurah, camat dan Wali kota se-DKI turut hadir dalam acara itu. Yuddy menyebut nilai DKI kalah dengan Yogyakarta yang mendapat nilai A dan Jawa Timur yang mendapat nilai B+.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu upayanya, Yuddy menyarankan agar DKI belajar dari beberapa kota di luar negeri terutama yang berhasil menciptakan 'green smart city'. Salah satunya Singapura yang menurutnya penduduk di sana sangat tertib seperti buang sampah atau berlalu lintas.
"Di sini orang tak mau antre, tak mau buang sampah di tempatnya, (perang) klakson di jalan. Belum dua jam ke Singapura, kita jadi tertib. Mau buang sampah takut, main klakson atau serobot takut. Kenapa demikian, karena sistemnya dibuat sedemikian rupa. Saya yakin dengan gubernur sekarang bisa ciptakan sistem ini," paparnya.
Singapura yang sudah baik pun kata Yuddy, belum termasuk dalam kota terbaik di dunia. Kota yang lebih baik dalam pelayanan adalah Melbourne dan Finlandia.
"Saran saya pelajari, beberapa kepala dinas dari studi banding ke Saudi, bisa izin Pak Gubernur lihat Melbourne, Finlandia bagaimana ciptakan kota hijau cerdas (green smart city)," saran Yuddy disambut tepuk tangan kecil pejabat DKI yang hadir.
Ahok yang sedang duduk di depan forum, terlihat heran ada pejabat DKI yang sumringah disarankan kunjungan ke Australia dan Finlandia. Sambil menunjuk ke beberapa pejabat, Ahok geleng-geleng sambil tertawa kecil.
"Memang Jakarta (salah satu) kota terpadat di dunia. Ini tidak mudah, saya sadari ini pekerjaan besar. Tapi dengan semangat saya yakin DKI akan jadi role models nasional dan akan jadi kota yang baik di dunia," kata Yuddy. (miq/nwy)











































