Ini Dia Sespri Dewie Limpo yang Sempat Bikin Repot KPK Saat OTT

Ini Dia Sespri Dewie Limpo yang Sempat Bikin Repot KPK Saat OTT

Dhani Irawan - detikNews
Senin, 26 Okt 2015 19:14 WIB
Foto: dhani irawan
Jakarta - Salah satu tersangka kasus dugaan suap dalam pembahasan anggaran tahun 2016 untuk pembangunan pembangkit listrik micro hydro di Papua, Rinelda Bandaso merupakan salah satu pihak yang sempat menyusahkan tim KPK saat operasi tangkap tangan. Rinelda hari ini dicecar penyidik sebagai saksi bagi tersangka Dewie Yasin Limpo.

Namun saat ditanya awak media ketika keluar dari ruang pemeriksaan, Rinelda tak banyak bicara dan lebih banyak menghindar. Sekretaris pribadi Dewie itu langsung masuk ke dalam mobil tahanan yang mengantarkannya menuju sel di Rutan KPK.

Hari ini, penyidik memang menjadwalkan 4 saksi untuk diperiksa bagi tersangka Dewie. Tiga di antara 4 saksi itu merupakan tersangka kasus yang sama yang menjerat Dewie.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tersangka IR, tersangka RB dan tersangka SET diperiksa sebagai saksi untuk tersangka DYL," ujar Plh Kabiro Humas KPK, Yuyuk Andriati ketika dikonfirmasi, Senin (26/10/2015).

Ketiga tersangka yang dimaksud yaitu Iranius selaku Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Deiyai, Papua, Rinelda Bandaso selaku sekretaris pribadi Dewie Limpo dan Setiadi selaku bos PT Abdi Bumi Cendrawasih. Selain itu masih ada seorang saksi dari pihak swasta yang juga diperiksa atas nama Setiawan.

Namun sosok Rinelda sempat mencuri perhatian lantaran sempat mengelabui tim KPK saat melangsungkan OTT pada Selasa (20/10) lalu. Tim KPK pun harus berjibaku dengan taktik Dewie Cs yang berusaha agar tak tercium KPK saat melakukan transaksi suap.

Sumber detikcom di KPK pada Jumat (23/10/2015) dini hari lalu, menceritakan bagaimana susahnya menangkap Dewie dan pihak penyuapnya. Ternyata, sekretaris pribadi Dewie, Rinelda punya cara untuk berkelit dari pantauan KPK.

Tim KPK awalnya mendapatkan informasi Dewie Yasin Limpo melalui Rinelda bersama bos PT Abdi Bumi Cendrawasih, Setiadi janjian untuk bertransaksi pada Selasa (20/10) siang di restoran Bakmi Naga di Kelapa Gading. Tim pun langsung bersiap untuk melakukan penangkapan.

Pada Selasa siang, 2 tim KPK berangkat ke arah Kelapa Gading, tepatnya ke restoran Bakmi Naga sekitar pukul 12.00 WIB. Berdasarkan pantauan, di dalam restoran sudah ada Setiadi, Harry, dan Iranius selaku Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Deiyai, Papua.

Tak lama berselang, Rinelda datang menaiki sebuah mobil. Sespri Dewie Yasin Limpo itu tak masuk ke restoran, dia malah tancap gas melewati Jalan Boulevard, Kelapa Gading.

Tim 1 langsung membuntuti Rinelda, sedangkan tim 2 bertugas untuk mengawasi Setiadi dkk. Ternyata, mobil Rinelda terus berputar-putar di area Kelapa Gading.

Sekitar pukul 16.30 WIB, mobil Rinelda melaju ke arah Cempaka Putih. Tim KPK sempat kehilangan jejak karena jalanan sudah mulai macet. Beruntung tak berselang lama tim 1 kembali menemukan mobil Rinelda yang tengah berjalan menuju Kelapa Gading lagi.

Di tempat lain, Tim 2 yang memantau gerak-gerik Setiadi dkk melihat ada pergerakan. Setiadi dan beberapa orang lain menaiki mobil rental berjalan menuju restoran Baji Pamai yang juga berada di Kelapa Gading.

Setiadi, Harry dan Iranius sampai di Restoran Baji Pamai. Tak berselang lama, Rinelda juga sampai ke restoran itu.

Proses penyerahan uang senilai Rp 1,7 miliar pun dilakukan dengan cepat. Tim KPK sempat ragu, karena tidak melihat adanya uang yang diserahkan. Namun, tim lain yang juga melakukan pemantauan memastikan sudah terjadi penyerahan uang.

Keempat orang itu berada di restoran hanya sekitar 15 menit, tepat pukul 17.45 WIB, Rinelda dkk keluar dari restoran. Petugas KPK yang sudah melakukan pengejaran selama lima jam langsung bergerak cepat. Tim langsung menyergap keempat orang beserta sopir rental dan ajudan Setiadi di depan Restoran Baji Pamai.

Dari tangan Rinelda, penyelidik KPK menemukan adanya satu kantor plastik putih. Di dalamnya, ada bungkusan keripik yang berisi uang dalam pecahan dollar Singapura berjumlah 177.700 atau sekitar Rp 1,7 miliar.

Rinelda yang saat itu mengenakan blazer cokelat tidak bisa mengelak. Dia bersama para pihak penyuap langsung digelandang ke KPK.

Saat penangkapan itulah penyelidik menemukan 5 telepon genggam dari tas Rinelda. Sespri Dewie itu ternyata menggunakan 5 telepon genggam agar tidak tersadap KPK. Dia menghubungi Setiadi untuk berganti tempat transaksi menggunakan nomor yang berbeda-beda sehingga cukup mempersulit tim KPK.

Setelah itu, komandan tim lalu memberikan posisi Dewie Yasin Limpo yang tengah berada di Bandara Soekarno Hatta untuk terbang ke Makassar. KPK langsung menghubungi Polres Bandara untuk meminta bantuan.

Akhirnya, Dewie Yasin Limpo bisa ditangkap saat akan memasuki pesawat. Dewie ditangkap bersama staf khususnya, Bambang Wahyu Hadi yang akhirnya juga ditetapkan sebagai tersangka.

Saat akan digelandang ke tahanan, adik Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo itu membantah menerima suap. Menurut Dewie, dirinya tak pernah melihat apalagi menerima uang suap itu.

"Saya tidak pernah menerima, melihat uang (suap) saja tidak pernah," kata Dewie dengan suara terisak ketika keluar dari ruang pemeriksaan sekitar pukul 02.33 WIB di KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (22/10/2015) dini hari.

"Baru saya dengar (soal duit suap). Saya akan buktikan kalau saya tidak bersalah," kata Dewie. (dhn/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads