Kabut asap yang mengepung sebagian besar wilayah Sumatera Selatan dan Kalimantan diduga diakibatkan pembakaran sengaja oknum perusahaan perkebunan. Meski belum dipastikan kebenarannya, terlihat di sejumlah lahan yang habis terbakar bermunculan bibit sawit baru.
Dilansir dari akun twitter Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (22/10/2013), sebuah gambar yang menunjukkan hal tersebut. Sutopo memperlihatkan munculnya bibit-bibit sawit baru di lahan yang sudah habis terbakar.
Dok, twitter Sutopo |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabut asap hari ini pun diketahui masih sangat parah. Di sejumlah daerah seperti di Pekanbaru jarak pandang hanya 50 meter. Sutopo juga menyebut, sebaran asap yang terpantau dari satelit berada di daerah-daerah yang akan melangsungkan pilkada.
Kondisi kabut asap yang parah itu membuat kesehatan udara sangat buruk. Bahkan di perbatasan Kalsel-Kalteng, terlihat udara menguning karena terlampau pekatnya kabut asap.
"Pekatnya asap di Kalteng sebabkan sensor satelit Terra Aqua tidak menembus asap. Di bawah asap pasti banyak hotspot," tulis Sutopo di akun twitternya pagi ini.
Lahan bekas kebakaran di Nyaru Menteng Palangkaraya sudah ditanami kelapa sawit. Habis bakar terbitlah sawit. pic.twitter.com/yYzezSgu6k
β Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) October 20, 2015
Sutopo pun menuliskan keprihatinannya di mana dengan kondisi saat ini, sejumlah alat detektor pemantau Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) rusak. Seperti di Palangkaraya.
"Kualitas udara Pekanbaru BERBAHAYA. Di Palangkaraya alatnya rusak. ISPU 21-10-2015
Riau 596 (berbahaya), Jambi 407(Berbahaya), Sumsel 300 (sangat tdk sehat), Kalbar 784 (berbahaya), Kalteng 1950 (berbahaya)," Sutopo menjelaskan
(elz/ega)












































Dok, twitter Sutopo