Program bela negara yang dicanangkan kemhan akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada 19 Oktober 2015. Sebanyak 45.000 peserta dari seluruh daerah akan mulai melakukan pendidikan di tiap-tiap rindam.
Seperti di Rindam Jaya/Jayakarta yang akan membina 200 kader bela negara program Kemhan tersebut. Rencananya Menhan Ryamizard Ryacudu akan membuka langsung program di Rindam Jaya pada 20 Oktober 2015 didampingi oleh Menko PMK Puan Maharani dan Mendagri Tjahjo Kumolo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rindam Jaya memang sudah biasa melakukan pendidikan bela negara dengan peserta dari instansi pemerintah atau pihak swasta maupun pelajar/mahasiswa. Untuk kader bela negara program kemhan ini, Iwan ingin agar peserta dibawa turun ke Sungai Ciliwung yang berada di samping Mako Rindam Jaya.
"Setiap kader bela negara akan diturunkan ke Ciliwung untuk bantu membersihkan supaya mereka belajar menghargai bahwa sungai Ciliwung sumber kehidupan warga Jakarta," terang mantan Danpusdik Kopassus ini.
Iwan sudah mengatakan bahwa selama pendidikan, peserta bela negara tidak akan diajari menembak. Hanya sekedar pengetahuan dasar tentang senjata. Lantas apakah peserta akan mendapat perlakuan kasar dari para pelatih seperti dipukul saat salah? Mengingat itu menjadi kekhawatiran publik setelah muncul adanya program bela negara Kemhan itu.
"Dipukul nggak ada, nggak boleh ada pemukulan. Digetok juga nggak boleh. Kalau nggak disiplin paling sanksi misalnya push up. Itu kan tujuannya untuk kesehatan juga dan disiplin supaya tidak megulangi keselahan, bukan dengan maksud mencederai," ujar Iwan.
Tegas sudah menjadi ciri khas pelatih yang berlatar belakang prajurit TNI. Untuk bentak membentak, sifatnya disebut Iwan bukan berarti kasar.
"Kalau membentak, memang ada situasi seperti itu, tapi bukan kebencian. Jadi misalnya mengingatkan 'hayo kamu jalannya cepat'. Tegas ya, bukan marah-marah," Iwan menuturkan.
"Jangankan ke sipil, sekarang nggak boleh ke militer juga kita pukul-pukul saat melatih mereka. Bentak bentuknya tegasan. Kalau mereka salah ya hukumannya gitu aja. Jadi bentak-bentak hanya itu," tambah Wadanrindam Jaya Letkol Inf Jayusman dalam kesempatan yang sama
Hal tersebut diamini oleh salah seorang peserta yang tengah menjalani bela negara di Rindam Jaya saat ini. Mereka adalah pegawai BPJS. Salah satunya adalah Daniel C Tambayong (26).
"Kalau bentak-bentak tiap hari tapi bukan marah, tegas aja. Awal kaget, tapi lama-lama adaptasi. Nggak ada dipukulin. Pelatihnya enak-enak," cerita Daniel saat ditemui di baraknya.
Daniel yang sedang beristirahat usai beraktivitas fisik itu mengakui, sanksi memang ada ketika ada yang tidak sesuai aturan. Seperti tidak memperhatikan kebersihan dan kerapihan. Tak heran ketika sedang beristirahat pun, para peserta bela negara BPJS ini sambil melakukan pembersihan sepatu.
"Paling pas kena sanksi, hukuman biasa aja kayak ada disuruh guling-guling, push up, terus jalan jongkok. Pertamanya sih beban ya tapi lama-lama asyik juga kok," tukas pria asal Ternate itu.
Pendidikan bela negara yang telah ia jalani selama 40 hari tersebut menurut Daniel sangat bermanfaat. Terutama untuk menjadi bekal ketika ia kembali ke kantornya.
"Berguna untuk kerja, disiplin. Karena semua diatur dari bangun sampai mau tidur lagi semua serba diatur. Terus belajar hormat atau respek sama yang melatih atau komandan, itu sebagai pelajaran bagaimana kita respek sama atasan," Daniel mengungkapkan.
Lalu jam berapa peserta bela negara harus bangun setiap harinya?
"Jam 04.00 WIB pagi itu apel. Jadi jam 03.30 WIB udah siap-siap bangun semua. Jam apel malam 21.15 WIB, jam 22.00 WIB harus tidur semua. Ada yang jaga serambi tiap malam di barak, 2 orang tiap sejam sekali jaga temennya tidur, gantian. Tapi nggak masalah, udah biasa jadinya. Jadi nambah disiplin dan kekompakan," pungkas Daniel. (ear/dra)











































