Kapolda Tito mendukung penuh program Ahok yang merelokasi Kampung Pulo untuk pembangunan inlet sodetan Ciliwung guna mencegah banjir. Ia membuka pintu lebar-lebar bagi warga maupun ormas yang ingin duduk bersama membahas beragam permasalahan penggusuran Kampung Pulo. Kapolda Tito sigap meredam amarah warga Kampung Pulo dan mengajak mereka berdiskusi.
Dengan tenang dan penuh kesabaran, Kapolda Tito mendengarkan keluh kesah warga yang menuntut ganti rugi. Ia juga menampung permintaan FPI untuk berperan menjembatani komunikasi antara warga yang didukung FPI dengan pihak Pemprov DKI Jakarta yang buntu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagai 'penyambung lidah', Kapolda Tito menyampaikan permintaan warga Kampung Pulo kepada Pemprov DKI Jakarta hingga akhirnya menelurkan kesepakatan antara warga Kampung Pulo dengan Pemprov DKI Jakarta yang dikomandani Ahok itu.
Baca juga infografis: Mengapa Kampung Pulo Direlokasi?
Kapolda Tito menyakinkan makam habib yang dihormati warga Kampung Pulo tidak akan digusur. Untuk musala, juga demikian bahkan akan diperbaiki. Sedangkan tuntutan agar warga yang sudah lama menetap tetapi tidak memiliki surat apa pun agar diberikan prioritas untuk mendapatkan rusunawa, itu pun sudah dikomunikasikan dengan Wali Kota Jaktim. Mengenai ganti rugi, Kapolda Tito meminta agar warga Kampung Pulo legowo dan tidak memaksakan Pemprov DKI untuk memberikan ganti rugi karena hal itu bertentangan dengan hukum.
Berkat tangan dingin Kapolda Tito, warga yang semula melawan Ahok akhirnya luluh dan bersedia boyongan ke Rusun Jatinegara berkelas apartemen itu.
Begini 6 aksi Kapolda Tito:
1. Negosiasi Redam Kerusuhan
Foto: Edward Febriyati
|
Setelah berkoordinasi dengan anggotanya, Kapolda dan Wakapolda ikut bernegosiasi dengan warga. Warga Kampung Pulo meminta ganti rugi atas penggusuran yang dilakukan Satpol PP.
Sementara itu, kondisi di lokasi saat ini sudah kondusif. Arus lalu lintas di sekitar lokasi masih ditutup.
"Arus lalin ditutup agar tidak mengganggu proses (negosiasi) ini," kata Kapolda.
Sementara itu di Balai Kota, Gubernur Ahok menolak memberikan ganti rugi kepada warga Kampung Pulo yang menolak direlokasi. Sebab mereka menghuni tanah negara secara ilegal dan tidak memiliki surat-surat resmi. Ahok akan tetap menggusur hunian mereka di bantaran Kali Ciliwung untuk proyek normalisasi Ciliwung guna mengatasi banjir rutin di Jakarta.
2. 'Pasang Badan' Penggusuran Aman
Foto: Edward Febriyati
|
"Insya Allah para pimpinan dari ormas Islam, FPI dan lain-lain sudah komunikasi dengan kita. Mereka menyampaikan bahwa mereka akan bersama-sama dengan kita untuk melakukan boyongan kemarin," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes M Iqbal, Jumat (21/8/2015).
Pemprov DKI melaksanakan proyek revitalisasi bantaran Kali Ciliwung. Warga juga sudah diberikan tempat yang nyaman yakni Rusunawa Jatinegara Barat.
Iqbal juga menerangkan soal kericuhan pada penggusuran Kamis (19/8) karena ada kelompok masyarakat yang tidak menerima tawaran dari Pemprov.
"Intinya ada kontra, ada beberapa kelompok yang tidak mau menerima tawaran atau hasil masyarakat komunikasi yang dilakukan Pemprov beberapa waktu lalu. Diduga, kelompok itu kepentingannya terganggu, yang mengarah ke motif keuntungan, sedang kita dalami apakah itu motif ekonomi dan lain-lain. Masyarakat Kampung Pulo sudah diberikan pengertian terus, ditawarkan pindah ke rusun," tutur dia.
"Bahwa makam yang di sana, beberapa musala tidak akan digusur, bahkan aparat kepolisian menjaga sekarang jangan sampai ada pihak lain untuk mengacaukan suasana. Gubernur dan Kapolda akan buat lingkungan yang baik di situ. Kita sudah komunikasi dengan pemuka agama, masyarakat, organisasi Islam untuk sama-sama membantu upaya Pemprov untuk kepentingan masyarakat," tegas dia.
3. Tinjau Makam Habib
Foto: Aditya Fajar/detikcom
|
Kapolda tiba sekitar pukul 11.30 WIB, Jl Jatinegara Barat, Jakarta Timur, Jumat (21/8/2015). Dia didampingi Wakapolda Brigjen Nandang Jumantara dan Kapolres Jaktim Kombes Umar Faruq, dan Kapolsek Jatinegara Kompol Suanda. Rencananya mereka akan salat Jumat di salah satu masjid di permukiman warga Kampung Pulo. Mereka ditemani anggota Provost dan Brimob.
Untuk menuju masjid, Kapolda dan rombongan berjalan kaki sejauh sekitar 1 km. Kapolda didampingi seorang tokoh agama yang dihormati warga Kampung Pulo. Tokoh agama itu mengenakan jubah putih dan sorban.
Saat berjalan kaki, Kapolda sempat menyambangi rumah salah seorang warga. Di sana dia menumpang untuk ke toilet. Kemudian melanjutkan ke perjalanan ke Masjid Attawwabin di RT 5/2 tersebut.
Warga melihat rombongan dengan tersenyum dan dibalas senyum warga.
Setelah tiba di Masjid Attawwabin, Kapolda langsung masuk untuk wudhu dan menunaikan salat Jumat.
Kondisi Jalan Jatinegara Barat kini sudah kondusif. Penggusuran hari kedua berlangsung tertib dan tanpa kericuhan seperti yang terjadi Kamis (20/8/2015).
Kapolda menyambangi makam yang dikeramatkan penduduk di Kampung Pulo, Jaktim. Usai salat Jumat di Kampung Pulo, Tito langsung menengok makam Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus.
Sekitar pukul 12.45 WIB, Jumat (21/8/2015) Tito tampak mengenakan seragam lengkap, berkopiah dan bersandal. Dia ditemani perwira Polda Metro dan juga tokoh masyarakat setempat Habib Iek.
Tito sempat bertanya ke warga sekitar soal kondisi makam itu di musim hujan. Dan ternyata makam Habib juga ikut kebanjiran.
Setelah melihat-lihat, Tito kemudian bertemu Sekda DKI Saefullah dan Wali Kota Jaktim Bambang untuk melakukan koordinasi. Β Β Β
4. Penyambung Lidah
Foto: Mei Amelia
|
Tiga poin permintaan warga dan FPI ini disampaikan dalam dialog bersama jajaran Polda Metro Jaya dan Pemkot Jaktim di lokasi pada Kamis 20 Agustus malam tadi. Permintaan yang pertama yakni agar 7 makam habib di lokasi tidak digusur.
"Makam itu tidak akan diganggu, akan tetap utuh. Saya sudah sampaikan ke Kapolres dan Wali Kota dan petugas-petugas di sana agar mewaspadai itu. Saya tegaskan lagi, sampai hari ini makam itu utuh. Makam digusur itu tidak benar," tegas Irjen Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (21/8/2015).
Permintaan kedua yakni soal keberadaan musala di lokasi. Kapolda meyakinkan bahwa musala tersebut tidak akan digusur, malah akan diperbaiki oleh Pemkot Jaktim.
"Musala itu jangan digusur, upayakan tetap berdiri kalau perlu di rapikan. Saya juga sudah komunikasikan dengan wali kota sama, musala itu tetap ada. Kemudian walikota akan berusaha merapihkan pada saat selesai (penggusuran),"imbuhnya.
Permintaan terakhir, terkait adanya warga yang sudah lama menetap di sana tetapi tidak memiliki surat apa pun agar diberikan prioritas untuk mendapatkan rusunawa. Hal ini, kata Kapolda, juga sudah dikomunikasikan dengan Wali Kota Jaktim.
"Di sana kan (rusunawa) banyak, ada 1.000 pintu, sementara KK ada 900-an artinya mencukupi. Problemanya administrasi pengaturannya. Ada yang sudah lama tidak punya surat apapun, katakanlah ilegal, tidak sah harus difasilitasi juga, tetapi mungkin RT/RW-nya sudah tahu mereka lama di situ.Β Saya sudah komunikasikan dengan walikota," paparnya.
"Ada yang baru mereka ngontrak malah dapat rusunawa. Ini didata yang rapi dan benar. Permintaannya harus bisa diakomodir dengan keterangan RT/RW. Jadi sebenarnya 3 permintaan mereka ini sudah diakomodir oleh Wali Kota," imbuhnya.
5. Imbauan Soal Ganti Rugi
Foto: Rengga Sancaya
|
"Kalau minta ganti rugi, apalagi jumlah cukup besar, itu malah kena korupsi. Karena menyalahgunakan uang negara secara melawan hukum untuk kepentingan orang lain, itu malah masuk dalam tindak pidana korupsi," tegas Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian kepada wartawan di Jakarta, Jumat (21/8/2015).
Kapolda mengimbau agar warga Kampung Pulo memahami hal itu. Ia meminta agar masyarakat tidak memaksakan Pemprov DKI untuk memberikan ganti rugi karena hal itu bertentangan dengan hukum.
"Warga harus paham itu," cetusnya.
Kapolda kembali menegaskan semua diserahkan ke pemerintah masalah uang kerahiman itu, apakah sesuai hukum atau tidak. Kalau sesuai hukum mungkin bisa, tapi kalau tidak sulit dipenuhi.
6. Sapa Warga dan Bingkisan
Foto: Rengga Sancaya
|
Kapolda mendatangi rusun yang terletak di Jl Jatinegara Barat, Jakarta Timur, sekitar pukul 12.50 WIB, Selasa (25/8/2015). Didampingi sekitar 50 ibu-ibu Bhayangkari dan Ketua Tim relawan Merah Putih, Maruarar Sirait, dan Wakil Wali Kota Jakarta Selatan Husen Murad, Kapolda langsung menemui ratusan warga rusun yang sudah berkumpul di lobi.
"Apa kabar semuanya? Gimana, enak kan rasanya tinggal di rusun?" tanya Kapolda melalui mikrofon.
"Enaaak...," jawab warga yang mayoritas anak-anak dan ibu-ibu.
Β
"Anginnya semilir, bisa naik lift, anak-anak bisa main-main di sini. Tapi jangan sering-sering naik litfnya, nanti rusak," tambah Kapolda.
Belum ada keluhan dan aduan yang dilaporkan warga kepada Kapolda. Hingga siang ini warga tampak menikmati beragam fasilitas gratis seperti pemeriksaan kesehatan yang disediakan Polda Metro Jaya.
Halaman 2 dari 7
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini