Menurut Sekjen IABI Lili Kurniawan, suhu muka laut di Indonesia saat ini lebih dari 1,9 derajat celcius, sama dengan El Nino 1997. Walaupun masih berpotensi hujan, penyelamatan hutan dan gas di Indonesia yang kurang baik dapat berdampak serius.
"Jadinya kondisi sungai kering dan danau surut," terang Lili sebelum membuka konferensi Pers di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, Selasa (18/8/2015). Pada acara itu hadir pula Agus Maryono Ketua Kelompok Kerja Banjir dan Kekeringan IABI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita selama ini belum punya budaya memanen dan menampung air hujan. Kalau kita sudah mampu, pada Oktober nanti dengan menampung air hujan Insya Allah kekeringan bisa diatasi," ujar Agus secara terpisah.
Agus mengatakan, dirinya sudah melakukan penelitian terhadap air hujan. Dan terbukti jika air hujan dikelola dengan baik bisa digunaka untuk kebutuhan sehari-hari.
"Air hujan dapat ditampung di toren menggunakan alat rain filter dan bisa digunakan air sehari-hari. Jika ingin diminum disarankan diperiksakan ke Depkes dulu dengan cara dimasak," jelas Agus.
Selain dengan menampung air hujan, hal yang bisa dilakukan untuk menanggulangi kekeringan ialah dengan membuat sumur resapan. Di mana nantinya segala air yang jatuh ke tanah bisa diresap di dalam sumur tersebut.
"Langkah lain bisa dengan sumur resapan ditambah jumlahnya dan meresap ke dalam tanah untuk kebutuhan keluarga untuk menambah air tanah. Di samping itu mengaktifan kembali telaga atau danau di setiap desa itu juga bagus untuk memelihara lingkungan," tutup Agus.
Berikut beberapa upaya yang diusulkan IABI harus dilakukan dalam menghadapi situasi kekeringan:
1. Pemerintah pusat dan daerah dapat bekerjasama melakukan identifikasi kondisi saat ini, memprediksi ketersediaan air hingga bulan November, dan menginventarisasi kekuatan sumberdaya yang ada. Tekhnologi canggih yang tepat juga perlu diaplikasikan untuk mengatasi masalah kekeringan.
2. Pemerintah pusat dan daerah untuk bersama-sama memberikan informasi dan prediksi jauh-jauh sebelumnya terkait tingkat kekeringan yang akan terjadi, mensosialisasikan pola tanam yang berbasis pada tekhnologi keikliman dan menganggarkan penciptaan cadangan air baik melalui penyelamatan hutan dan DAS maupun upaya pemanenan air hujan.
3. Masyarakat bersama pemerintah dan kelompok-kelompok peduli perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana melakukan kampanye pengelolaan air yang bijaksana dan berkeadilan. Dan melakukan pendampingan kepada masyarakat untuk mempraktekkan pertanian dengan pola tanam berbasis tekhnologi keikliman.
4. Analisis perkiraan El Nino tahun 20015 perlu ditindaklanjuti dengan melakukan monitoring dan evaluasi secara intensif agar keterandalannya dapat efektif di beberapa wilayah ZOM/ zone musim.
(spt/slh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini