Berkah muktamar itu dirasakan oleh Heriyanto, terapis bekam tanduk sapi asal Kabupaten Pamekasan, Madura yang membuka praktik terapinya di Alun-alun Jombang. Dengan terampil pria 41 tahun ini menempelkan belasan tanduk sapi ke punggung pasiennya sebagai alat bekam. Setangkai kawat dengan nyala api di ujungnya dia gunakan untuk memanasi setiap tanduk sapi hingga menempel ke punggung pasien.
Sepuluh menit berselang, Heriyanto melepas satu per satu tanduk sapi dari punggung pasiennya. Bekas bekaman berbentuk lingkaran merah kecil terlihat di punggung si pasien. Dengan cekatan, dia melanjutkan terapi dengan mengurut punggung pasien menggunakan minyak angin.
"Bekam kering ini manfaatnya menghilangkan sakit pinggang, rematik, asam urat, kolesterol. Karena bekam tanduk sapi ini bisa mengeluarkan angin atau darah kotor pun bisa. Kemudian dipijat untuk melonggarkan urat yang sudah kaku," kata Heriyanto kepada detikcom, Minggu (2/8/2015).
Heriyanto mengaku mayoritas pengguna jasanya adalah para peserta muktamar yang datang ke Alun-alun Jombang. Selama 3 hari membuka praktik dadakan di taman kota ini, puluhan peserta muktamar yang kelelahan telah menggunakan jasanya.
"Kebanyakan peserta muktamar, rata-rata keluhannya sakit pinggang dan kaki," sebut pria yang mengaku mendapat keahlian bekam tanduk sapi itu dari ayahnya di Madura.
Heriyanto bersyukur, kedatangannya jauh-jauh dari Madura berbuah manis. Dengan tarif Rp 50.000 yang dia patok kepada setiap pasien, pria yang sudah 16 tahun menjadi terapis bekam tanduk sapi ini mengaku memperoleh penghasilan Rp 750.000 per harinya. "Rata-rata 15 orang seharinya, itu untuk saya sudah maksimal karena saya sudah kelelahan," ungkapnya.
Khasiat bekam tanduk sapi yang ditawarkan Heriyanto nampaknya bukan buwalan belaka. Salah seorang pengguna jasa bekam tanduk sapi, Sarijan Azis mengaku rasa lelah dan kesemutan yang dia rasakan selama 11 jam perjalanan dari Kalimantan mereda setelah menjalani terapi selama 20 menit. Yups, Azis adalah satu dari ribuan peserta Muktamar NU ke 33 asal PCNU Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
"Perjalanan dari pontianak naik pesawat berjam-jam rasanya pegal dan kesemutan. Sudah terasa enak. Tadinya ngantuk-ngantuk, sekarang segar, capeknya hilang," tuturnya.
Hal senada dikatakan Suwarno, sopir kendaraan transportasi peserta muktamar Ponpes Bahrul Ulum asal Jombang. Kesibukannya sejak 4 hari terakhir mengantar-jemput peserta muktamar membuatnya kelelahan. Tarif Rp 50.000 yang harus dia bayar dianggap sepadan dengan berkurangnya rasa lelah yang mengganggunya.
"Baru kali ini mencoba karena capek melayani tamu, sekarang sudah agak mendingan," ujarnya usai menjalani terapi bekam tanduk sapi ala Herinyanto.
(erd/erd)











































