Malik Khidir, Santri Top Pembuat Robot

Malik Khidir, Santri Top Pembuat Robot

- detikNews
Rabu, 14 Mei 2014 16:53 WIB
Milik Khidir (Ropesta/ detikcom)
Jakarta - Malik Khidir, 23 tahun, terlihat percaya diri memamerkan robot mirip laba-laba enam kaki (hexapod) yang diberinya nama 1-DA (baca: OneDA). Robot itu dikeluarkannya dari kotak kaca, lalu ‘berjalan' mulus di atas karpet, melacak nyala api lilin yang dinyalakan Malik.

“Ini robot animaloid, menyerupai hewan. Ini spider robot, yang bertugas cari api di labirin. Robot harus berhasil mematikan api dan setelah berhasil dia akan menemukan jalan kembali,” kata dia mantap di gedung Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Rabu (14/5).

Beberapa menit kemudian, robot itu mencari jalan dan menemukan nyala api, lalu memadamkannya. Robot itu adalah karya keenam dari total delapan robot yang pernah dibuatnya dan sudah memenangkan medali emas dalam kontes Fire Fighting Robogames 2013 di Amerika Serikat.

“Inovasi kami adalah kecerdasan buatan yang ditanam di robot itu, saya programmernya dan saya ketik 4.000 baris selama dua tahun. Saya kerjakan pada malam hari tanpa tidur,” kata dia disambut tepuk tangan peserta pelantikan Outstanding Students For the World 2014.

Ke depan, Malik ingin mengembangkan robot buatannya menjadi lebih besar sehingga bisa dimanfaatkan. Tetapi untuk itu dia mengaku membutuhkan dana, karena dari informasi yang didapatnya sewaktu ke unirvesitas MIT dan Harvard di Amerika Serikat, satu robot ukuran 3 – 6 meter bisa menelan dana Rp 1 miliar.

“Saya bisa membuat robot ukuran 3 meter yang akan bisa bermanfat untuk membantu TNI kita. Tapi hingga saat ini saya sudah mengajukan pendanaan ke beberapa instansi terkait, belum ada yang merespon. Mungkin kalau nanti tetap enggak ada, saya akan mengembangkan ke luar negeri, mungkin ke Jepang,” jelasnya.

Mahasiswa jurusan Elektronik Instrumentasi Fak MIPA UGM itu punya seabrek prestasi dalam bidang robotik. Dia sudah membuat 8 robot, dan 1-DA adalah robotnya yang keenam. Total medali yang pernah diraupnya ada 7 baik dari kontes nasional maupun internasional. Tapi siapa sangka, dia mengaku justru pernah dapat nilai C dalam mata kuliah robotic.

“Saya juga dapat IP 1,6 dan nilai C ketika itu. Padahal ketika itu saya sudah menang medali Emas bawa robot ini tanding di Amerika Serikat. Ya mau gimana, karena saya harus meninggalkan kuliah untuk membuat robot,” ceritanya kepada detikcom.

Malik bilang, hobinya bukanlah mengutak atik mainan, tapi membaca Alquran. “Hobi saya ngaji,” katanya seraya menambah dia tak punya latar belakang keluarga terkait teknologi. Sejak SMP hingga SMA, putra asli Tegal ini juga mengaku hanya fokus di dunia pesantren.

Perkenalannya dengan dunia robot justru ketika mulai duduk di bangku kuliah. “Saya terapkan ilmunya, ternyata passion saya di situ. Saya kuat dua hari enggak tidur, waktu mau berangkat ke Amerika saya 7 hari nggak mandi. Dua tahun saya susun algoritmanya, ada sekitar 4.000 baris,” kata dia.

Dengan sederet kejuaraan yang diraihnya, tentu saja tak diragukan kemampuan matematika anak pertama dari tiga bersaudara ini. Tapi siapa sangka, kelahiran pria 23 November 1991 itu justru mengaku punya nilai UN yang jeblok.

“Saya lulus SMA dengan rata-rata Cuma dapat 6, Matematika 6, B. Inggris 5, Fisika 5. Tapi ayah saya suruh untuk mengembangkan terus. Jadi menurut saya UN bukan parameter kecerdasan, bukan parameter keberhasilan seorang siswa. Tapi ketekunan yang ada hasil nyata seperti ini, itu yang harus dihargai. Walaupun nilai UN-nya 9,5 tapi dia tidak bisa berkarya dan bermanfaat, sama saja pecundang,” bebernya.

Lantas, apa tips dari jawara ahli robot ini bagi pelajar Indonesia yang ingin ikut jejaknya? “Harus perkuat Matematika. Tapi sebenarnya kalau teori itu bisa dipelajari, untuk prakteknya, mata pelajaran yang sangat dibutuhkan adalah kesabaran. Beneran. Kalau teori itu bisa dicari di buku, di internet ada. Bayangkan, siapa yang kuat berhari-hari enggak tidur,” katanya tersenyum.

Malik adalah salah satu dari total 16 siswa dan mahasiswa yang punya segudang prestasi dalam berbagai bidang yang akan unjuk kebolehan ke Kanada lewat program tahunan, Outstanding Students For The World. Mereka akan melakukan presentasi dalam rangka soft diplomacy untuk mempromosikan Indonesia selama 18-25 Mei mendatang.

(ros/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads