BRI Punya Satelit Sendiri, Apa Tujuannya?

Jakarta -

Biaya produksi dan operasional satelit tentunya tidak murah. Untuk membeli satelit BRIsat, BRI berinvestasi USD 250 juta (sekitar Rp 3,3 triliun). Namun, mengapa BRI berani menjadi bank pertama di dunia yang membuat dan mengoperasikan satelit komunikasi sendiri?

Tentunya ada tujuan dan manfaat yang ingin dicapai BRI. Sebagai salah satu bank BUMN terbesar, BRI punya banyak sekali nasabah di seluruh Indonesia. Khususnya di daerah-daerah terpencil dan terluar.

Di sana, akses komunikasi terutama internet kecepatan tinggi sangat terbatas. Padahal untuk meningkatkan inklusi keuangan / akses terhadap layanan perbankan di daerah pedalaman dan pedesaan terpencil, peran infrastruktur telekomunikasi begitu penting.

Masalah topografi Indonesia dan mahalnya infrastruktur, membuat akses internet fiber optic sulit menjangkau hingga pedalaman. Di sinilah peran satelit komunikasi bermain.

Selama ini untuk kebutuhan komunikasi data dengan ribuan kantor wilayah, kantor cabang, KCP, BRI Unit, kantor kas, Teras BRI, Teras Keliling dan 22.792 ATM, BRI menyewa transponder satelit lain.

Untuk menyewa 23 transponder, BRI harus mengeluarkan biaya Rp 500 miliar setiap tahun. Lama kelamaan, kebutuhan untuk memiliki satelit sendiri terasa semakin urgent. Menurut Direktur Utama BRI – Asmawi Syam, dengan adanya BRIsat maka BRI bisa memangkas biaya operasional hingga Rp 200 miliar setahun.

Ini dikarenakan pembelian BRIsat bisa dicicil selama 8 tahun dengan jumlah cicilan Rp 300 – 400 miliar per tahunnya. Umur BRIsat pun lumayan panjang, 17 tahun dan bisa diperpanjang hingga 19 tahun.

BRIsat sendiri akan diluncurkan 8 Juni 2016 dari Kourou – Guyana Perancis atau 9 Juni 2016 dini hari WIB. BRIsat akan mencapai orbit kurang lebih 10 hari setelah peluncuran. Setelah itu akan dilakukan pengujian orbit dan diperkirakan bisa diserah terima dari pihak Arianespace ke BRI 50 hari setelah peluncuran.

(adv/adv)