Ilustrasi: Edi Wahyono
Selasa, 6 Desember 2022Gerindra dan Prabowo Subianto mengklaim telah mengantongi restu dari para kiai untuk menjadi calon presiden pada 2024. Tapi tentu saja restu itu bukan sekadar restu. Sejumlah kiai di Jawa Tengah dan Jawa Timur meminta Prabowo mencari cawapres dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Ketua Dewan Pimpinan Gerindra Jawa Timur Anwar Sadad mengatakan para kiai juga secara spesifik menyarankan nama-nama tertentu dari kalangan nahdliyin untuk mendampingi Prabowo. Saran itu diberikan saat Prabowo bertandang ke kediaman para kiai.
Salah satu momentumnya terjadi saat Prabowo berkunjung ke Jombang, Jawa Timur, pada Rabu, 4 Mei 2022. Di sana, ia berkunjung ke Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, dan disambut langsung oleh pengasuh ponpes Hasib Wahab atau Gus Hasib. Kepada Prabowo, Hasib berterus terang meminta agar cawapres pendamping mantan Danjen Kopassus itu dari kalangan NU.
Menurut Anwar, yang dimaksud Gus Hasib bukanlah Muhaimin Iskandar seorang, melainkan tokoh lain yang juga berlatar belakang NU. “NU itu bukan Gus Muhaimin saja, ada juga yang lain, yang sama-sama punya basis massa, (waktu itu disarankan) yaitu Bu Khofifah,” tutur Anwar kepada reporter detikX.
Prabowo Subianto
Foto: Dok Detikcom
Anwar menjelaskan Khofifah dipandang tepat karena ia merupakan Ketua Umum Muslimat NU. Dengan bekal jabatan itu, Khofifah memiliki basis massa yang banyak dan loyal. Khofifah juga dinilai mampu mengelola pemerintahan dan telah teruji sebagai gubernur.
PKB dan Gerindra ini sudah cukup untuk bisa menang. Kalau ada partai lain ya, boleh, asal menambah kekuatan, bukan malah bikin ruwet.”
Selain Jombang, menurut Anwar, dukungan diklaim datang dari tokoh Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri. Tokoh yang dimaksud adalah Rais Syuriah PBNU Kiai Abdullah Kafabihi Mahrus atau akrab dipanggil Gus Kafa. Gus Kafa secara tidak langsung memberi saran agar Prabowo memilih Muhaimin Iskandar sebagai cawapres untuk 2024. Gus Kafa juga datang langsung ke Sentul saat deklarasi koalisi PKB-Gerindra.
Seorang petinggi di DPP Gerindra membenarkan Prabowo mendapat permintaan dari para kiai tentang cawapresnya. Para kiai ingin agar, sepeninggal Ma’ruf Amin, wakil presiden dari kalangan santri bakal menjadi tradisi. “Para kiai itu ngomong bahwa ‘kami ingin legacyyang ditinggalkan Ma’ruf Amin itu tidak ditinggal’,” katanya kepada detikX.
Ketua Dewan Pimpinan Gerindra Jawa Tengah Abdul Wahid mengatakan, setelah deklarasi di Sentul, Gerindra dan PKB mengusung Prabowo sebagai capres pada Pemilu 2024. Adapun pasangan cawapresnya belum ditentukan.
Menurut Wahid, koalisi itu disambut baik para kader Gerindra dan kalangan nahdliyin di Jateng karena Gerindra di Jateng pada 2018 menjalin koalisi bersama PKB. Gerindra-PKB hanya kalah tipis dari kompetitornya saat itu, koalisi yang dikomandoi PDIP. “Kalau ke depan dengan PKB dan masih ada partai lain, itu kami yakin baik untuk 2024,” ujarnya kepada detikX.
Setelah koalisi terbentuk, Wahid turut mendampingi Prabowo bersafari ke beberapa kiai NU di Jateng. Prabowo meminta restu para kiai sekaligus menyerap aspirasi terkait pemilihan capres. Namun para kiai belum punya permintaan spesifik terkait cawapres Prabowo. Mereka menyarankan Prabowo turun aktif ke masyarakat. “Juga meneruskan program Pak Jokowi,” katanya.
Wahid menjelaskan Gerindra masih sangat terbuka terkait penentuan cawapres. Bahkan juga ada pembicaraan dan usulan untuk menjadikan Ganjar Pranowo sebagai cawapres Prabowo. Gagasan tersebut menyeruak di antara kader Gerindra karena melihat kedekatan Prabowo dan Ganjar saat menghadiri Muktamar Muhammadiyah. “Kemarin itu di Muktamar, ada Pak Jokowi, Ganjar, Prabowo, itu ketemu, sempat ngobrol-ngobrol,” jelasnya.
Menurut Wahid, Ganjar cocok mendampingi Prabowo karena memiliki sejumlah kelebihan. Ganjar yang sangat aktif di media sosial dinilai memiliki rating tinggi. Selain itu, sebagai gubernur, ia dianggap memiliki jaringan struktural yang dapat dimanfaatkan seperti bupati atau wali kota, camat, dan seterusnya.
Walaupun demikian, Wahid mengatakan semua keputusan ada di tangan Prabowo. Gerindra juga masih terbuka terhadap semua tokoh, termasuk elite PDIP Puan Maharani, yang sempat bertemu dengan Prabowo dalam sebuah acara baru-baru ini.
Sementara itu, politikus PKB Jazilul Fawaid mengatakan kode-kode Jokowi untuk Prabowo dan Ganjar membingungkan. Dengan itu, ia menilai wajar jika ada yang ingin memasangkan kedua tokoh tersebut. Namun, menurutnya, pasangan Prabowo-Ganjar akan sulit terealisasi.
Kentalnya politik aliran di Indonesia ia sebut menjadi ganjalan bagi pasangan tersebut. Prabowo-Ganjar sama-sama diasosiasikan dengan kalangan nasionalis. Sedangkan untuk menang, butuh sosok yang mewakili kaum nasionalis-religius. “Sulit menang karena masih satu warna,” ucapnya kepada detikX.
Di sisi lain, Jazilul menyampaikan saat ini dinamika dalam koalisi Gerindra-PKB masih terus berjalan. Pembicaraan capres dan cawapres juga masih berkembang dan belum sampai di titik final. Untuk mencapai kesepakatan, salah satu ketua umum dalam koalisi Gerindra-PKB harus bersedia mengalah sebagai cawapres.
“PKB dan Gerindra ini sudah cukup untuk bisa menang. Kalau ada partai lain ya, boleh, asal menambah kekuatan, bukan malah bikin ruwet,” tegas Jazilul, yang pede dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, nama koalisi PKB dan Gerindra.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin mengatakan, untuk dapat memenangi pemilu, Prabowo mesti memperoleh dukungan penuh dari Presiden Jokowi. Saat ini, Prabowo masih menjadi opsi kedua bagi Jokowi setelah Ganjar. Namun ada juga kemungkinan Jokowi menduetkan Ganjar dengan Prabowo.
Namun, di mata Ujang, jika Prabowo jadi capres, ia harus lebih jeli dalam memilih wakil. Sosok yang paling tepat mendampingi Prabowo dari tokoh NU adalah Khofifah. Perwakilan nahdliyin penting buat Prabowo untuk mengimbangi pendukung Anies Baswedan, yang relatif berasal dari golongan Islam politik sayap kanan.
“Saya dengar tim Prabowo juga sudah mendekati Khofifah, tetapi PKB cuma mau Cak Imin. Agak susah kalau Cak Imin. Ada celah,” jelasnya. Selain adanya kerenggangan dengan struktural NU, kata Ujang, Cak Imin sering dikaitkan dengan kasus korupsi di masa lalu.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno bilang Khofifah mampu mengangkat elektabilitas Prabowo. Namun, jika dilihat kebutuhan koalisinya, bisa jadi Prabowo justru berpasangan dengan Puan Maharani. Dengan skenario demikian, Puan atau PDIP harus rela menjadi cawapres karena elektabilitas Prabowo lebih tinggi.
Adi menilai pasangan Prabowo-Ganjar kurang realistis. Menurutnya, Ganjar tak akan punya nilai tambah yang signifikan jika dijadikan cawapres. “Jadi orang itu ingin pilih Ganjar sebagai capres, bukan cawapres. Lagian kalau PDIP mau jadi cawapres, ya, ngapainharus Ganjar, mending Puan saja,” jelas Adi kepada detikX.
Khofifah Indar Pawawansa
Foto: Dok Detikcom
Di sisi lain, Prabowo dianggap perlu mencari dukungan dari kalangan Islam tradisional. Menurut Adi, tidak harus dengan PKB, tapi cukup dengan tokoh yang punya basis masyarakat NU. Hal itu penting bagi Gerindra dan Prabowo karena basis pendukungnya yang berasal dari kalangan kelas menengah Islam perkotaan di pemilu sebelumnya justru bergeser ke Anies.
Sementara itu, survei Parameter Politik Indonesia yang dirilis sekitar Juli 2022 menunjukkan Khofifah lebih efektif mendongkrak suara Prabowo. Dalam dua kali skenario elektabilitas tiga pasangan, pasangan Prabowo-Khofifah memperoleh 23,5 persen suara. Adapun Prabowo-Muhaimin hanya memperoleh 19,6 persen suara.
Selain itu, pada 29 November 2022, Charta Politika juga merilis hasil survei dan simulasi Pemilu 2024 yang dilakukan pada 4-12 November. Pada simulasi pertama, pasangan Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar memperoleh suara 25,9 persen.
Pada simulasi kedua, pasangan Prabowo-Khofifah Indar Parawansa memperoleh 24,9 persen suara. Simulasi ketiga menunjukkan pasangan Prabowo-Ridwan Kamil memperoleh 25,6 persen suara. Lalu simulasi keempat, Ganjar Pranowo-Prabowo memperoleh persentase tertinggi dari semua simulasi dan pasangan calon, yaitu 43,4 persen suara.
Reporter: Ahmad Thovan Sugandi, Fajar Yusuf Rasdianto
Penulis: Ahmad Thovan Sugandi
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban