Badai PHK Startup di Indonesia

Krisis ekonomi dan konflik antarnegara turut berdampak pada performa perusahaan rintisan atau startup di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Seiring dengan itu, tren pendanaan kepada startup secara global juga terus menurun. Menurut CB Insight, pada kuartal II/2022, pendanaan startup secara global berada pada angka USD 108,5 miliar. Jumlah itu turun sekitar 23 persen dari kuartal sebelumnya.

Di sisi lain, keberhasilan startup dalam mencapai status unicorn juga terus menurun. Pada kuartal II/2022, tercatat 85 unicorn lahir di seluruh dunia. Jumlah itu menurun 43 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya (YoY). Sementara itu, jumlah startup yang mampu mencapai exit di seluruh dunia juga menurun sekitar 16 persen (2.648 startup) bila dibandingkan kuartal sebelumnya.

Secara global, menurut Layoffs.fyi, sejak 1 Januari hingga 22 September 2022, terdapat 637 startup yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Adapun jumlah pekerja yang terkena PHK berjumlah 81.408 pekerja. Dari jumlah tersebut, beberapa merupakan perusahaan rintisan yang beroperasi di Indonesia.

Apa itu Start Up?

Mengutip Forbes dan Investopedia, startup atau perusahaan rintisan adalah perusahaan yang didirikan oleh satu atau beberapa orang guna merealisasikan sebuah produk atau layanan yang diyakini dapat membuat terobosan baru atau mampu memecahkan suatu masalah. Umumnya, perusahaan ini menyediakan layanan atau produk berbasis teknologi. Dengan biaya yang tinggi dan pendapatan rendah di tahap awal, startup membutuhkan banyak pendanaan. Dana tersebut mereka peroleh dari investor perorangan maupun modal ventura (venture capital atau VC).

Berbeda dengan perusahan konvensional, dengan pendanaan dari para VC, startup memiliki kebutuhan untuk melakukan ekspansi dan memperbesar skala bisnisnya secara cepat. Upaya itu lazim disebut sebagai strategi bakar uang. Dana-dana yang masuk digunakan untuk pengembangan teknologi, diskon atau promo untuk konsumen, insentif mitra, pembangunan cabang dan upaya-upaya lainnya. Perusahaan berharap dengan upaya itu mampu memperbesar valuasi dari perusahaan dan menarik lebih banyak investor.

Foto: Digitak Hub

Para pendiri startup berharap perusahaannya dapat segera mencapai exit, salah satunya dengan menjadi perusahaan publik atau melantai di bursa saham (IPO). Selain menjadi perusahaan publik, startup biasanya juga diakuisisi oleh perusahaan yang lebih besar.

Jika diandaikan sebagai sebuah benda, perusahaan konvensional adalah pesawat terbang yang membutuhkan waktu bertahap untuk lepas landas hingga mengudara mencapai ketinggian tertentu. Adapun startup adalah sebuah roket, yang dirancang untuk mencapai ketinggian secepat mungkin melalui aliran dana yang besar.

Ukuran-Ukuran Startup

*Klik setiap ukuran untuk mengetahui informasi menarik lainnya

Unicorn

Klik
Dilansir Investopedia, unicorn adalah perusahaan yang memiliki nilai valuasi mencapai USD 1 miliar atau setara dengan sekitar Rp 14 triliun. Julukan unicorn pertama kali diciptakan oleh pemodal ventura sekaligus pendiri Cowboy Ventures, yakni Aileen Lee, pada 2013.

Saat ini ada sejumlah perusahaan di dunia yang masuk dalam kategori unicorn, seperti SpaceX (perusahaan eksplorasi luar angkasa), Robinhood (perusahaan finansial), dan Instacart (jasa pengiriman barang). Disebutkan oleh Investopedia, hingga Maret 2022 sudah ada lebih dari 1.000 perusahaan unicorn yang tersebar di seluruh dunia.
Decacorn

Klik
Decacorn adalah istilah bagi perusahaan yang memiliki nilai valuasi USD 10 miliar atau 10 kali lebih besar daripada perusahaan unicorn. Beberapa perusahaan yang berhasil naik tingkat dari unicorn menuju decacorn antara lain Gojek, Uber, Shopee, Airbnb, dan Dropbox.
Hectocorn

Klik
Dalam tingkatan ini, hectocorn adalah istilah bagi perusahaan yang memiliki nilai valuasi hingga USD 100 miliar. Kalau detikers penasaran perusahaan startup mana yang sudah masuk dalam kategori hectocorn, jawabannya adalah Bytedance, yang merupakan induk usaha TikTok.