Ilustrasi: Edi Wahyono
Selasa, 06 September 2022Ito Sumardi pensiun dari Kepolisian Republik Indonesia dengan pangkat terakhir komisaris jenderal pada 2011. Sebelum purnatugas, puncak kariernya adalah sebagai Kepala Bareskrim Mabes Polri. Malang melintang di dunia kepolisian hingga menyabet tanda pangkat bintang tiga, Ito juga pernah menjadi ajudan pejabat kepolisian.
“Saya pernah jadi ajudan 1 tahun 4 bulan, untuk mendampingi Wakapolri,” kata Ito saat berbincang dengan detikX pekan lalu. Dua kali Ito menjadi ajudan Wakil Kepala Polri pada era Orde Baru, yaitu Letnan Jenderal Sabar Koembino (periode 1979-1982) dan Letnan Jenderal Pamoedji (periode 1982-1984).
Menurutnya, untuk menjadi ajudan di lingkup Polri, seorang polisi aktif diharuskan lolos beberapa tahap seleksi, mulai psikotes hingga penampilan. Bagian Sumber Daya Manusia Polri biasanya lebih dulu mengajukan 2-3 calon ajudan untuk mengikuti tahapan seleksi itu.
Namun kadang para pejabat Polri menunjuk langsung anggota aktif yang ingin dijadikan ajudannya, tanpa melalui tes. Hal itu dilakukan karena pejabat tersebut sudah memiliki kedekatan dan mengenal polisi yang bersangkutan. “Ajudan itu rata-rata dipilih. Selain kemampuan atau kecakapan, juga dari penampilan yang ganteng gitu biasanya,” kata mantan Duta Besar RI untuk Myanmar ini.
Tidak ada pelatihan dan persiapan khusus bagi calon ajudan. Para calon ajudan umumnya belajar dengan bertanya kepada mantan ajudan pejabat Polri lainnya. Pertanyaan yang diajukan biasanya hanya soal kebiasaan dan hal-hal yang disenangi maupun yang dibenci oleh komandannya. “Kebiasaan komandan mereka, seperti minum kopi. Lalu rokoknya apa, itu kita harus paham,” ucap Ito.
Komisaris Jenderal (Purnawirawan) Ito Sumardi
Foto:
Dalam pelaksanaan tugasnya, ajudan dibagi menjadi dua, yaitu ajudan dinas dan ajudan stand by. Ajudan dinas mendampingi komandan dalam menjalankan tugas harian. Tugas ajudan ini termasuk memastikan jadwal harian komandan. Namun mereka juga bertugas ketika atasan menghadiri acara di luar dinas, seperti undangan pernikahan.
“Kita bawakan perlengkapan, membukakan pintu beliau, persiapkan pakaian dinas beliau. Kalau berangkat ke luar daerah, kita harus hubungi pejabat yang akan ditemui komandan di sana, akomodasi, dan lain-lain,” ujarnya.
Ada yang pernah ditempeleng. Kan kita tidak bisa membantah."
Adapun ajudan stand by adalah ajudan yang selalu bersiaga apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Tugas mereka antara lain mengatur jadwal dan mencatat surat maupun komunikasi yang masuk ke rumah dinas. Berjaga di rumah dinas, bukan berarti ajudan itu mengerjakan tugas domestik. “Jadi bukan yang dominan ke rumah tangga. Ajudan stand by itu tidak kayak pembantu. Kalau bantu urusan rumah, itu inisiatif saja.”
Namun, di beberapa kasus, Ito bilang para ajudan biasanya juga diminta melayani keluarga (anak dan istri) atasannya. Salah satunya adalah menyiapkan dan mengelola jadwal istri komandannya, terutama yang terkait dengan tugas sebagai istri pejabat polri. Lazimnya, ajudan tersebut berasal dari kalangan polisi wanita. Namun kadang ada pejabat yang tetap memilih ajudan laki-laki karena merangkap sebagai sopir.
Ito mengatakan, selama menjadi ajudan, beberapa tugas di luar kedinasan sempat ia lakukan guna melayani atasannya. Ia menyetrika baju dan menyemir sepatu atasannya saban pagi hingga mengkilap. Selain itu, ia bertugas menyiapkan rokok dan kopi buat pejabat yang dikawalnya. “Saya juga kasih makan burung. Adapun kalau Bapak main golf, kita ya siapkan alatnya,” papar dia.
Namun ia sempat merasa risi dan makan hati karena diperlakukan selayaknya asisten rumah tangga oleh anak atasannya. Ia disuruh dengan cara dibentak-bentak. Ito pun melawan dan berpikir untuk mengundurkan diri. Namun atasannya segera melarang. “Saya berani melawan karena saya lulusan Akabri. Bayangkan, kalau ajudan bintara, tentu tidak berani melawan walaupun diperlakukan semena-mena.”
Gaji ajudan tak jauh beda dengan anggota aktif lainnya. Tak bisa dimungkiri bahwa yang membuat Ito bersedia jadi ajudan adalah keistimewaan yang diperoleh dalam peningkatan karier. Para ajudan biasanya mendapatkan prioritas saat ingin menempuh pendidikan kedinasan yang lebih tinggi. Selain itu, kenaikan pangkat mereka akan lebih diprioritaskan.
Bahkan, dari pengalamannya, mantan ajudan akan mendapatkan jabatan strategis. “Misalnya saya dulu ditaruh di Reserse Metro Jaya. Itu biasanya orang antre dulu kalau mau ke sana. Tapi, karena saya ajudan, jadi dimudahkan. Karena pengabdian kita ke atasan.” Melihat hal itu, teman-temannya pun ‘menitipkan nasib’ kepadanya.
F, seorang ajudan di Kepolisian RI, kepada detikX juga mengaku mendapat jabatan strategis di lingkungan Polri dari pengabdiannya sebagai ajudan pejabat korps baju cokelat itu. Statusnya pun juga naik cepat dari bintara ke perwira menengah. Sedangkan T, seorang ajudan lainnya, bilang keuntungan menjadi ajudan adalah dikenal oleh petinggi Polri. Dari situ masa depan seolah terbentang luas. “Ya, biasanya akan ‘dititipkan’ oleh komandan,” kata T pekan lalu.
Menurut T, ada banyak ajudan yang mengeluhkan perlakuan atasan yang semena-mena. Mereka diperlakukan layaknya ART. Bahkan ada pimpinan yang suka main tangan maupun tongkat. “Ada yang pernah ditempeleng. Kan kita tidak bisa membantah,” katanya kepada detikX pekan lalu. Namun ada ajudan yang tak tahan diperlakukan seperti itu lantas sengaja melawan. Tujuannya agar segera diganti.
Sedangkan F merasa cukup beruntung karena hampir tidak pernah dilibatkan dalam urusan selain kedinasan oleh komandannya. Menurut dia, selama bertugas, ia hanya diperintah mendampingi perjalanan dan tugas-tugas kedinasan komandannya. “Saya dulu bahkan tidak nyopir, cuma dampingi tugas ke kantor. Ya, beliau balik rumah, kita sudah tidak dilibatkan. Dinas, dinas, pribadi, pribadi. Enak itu. Urusan pribadi beliau tidak libatkan kita," ujarnya kepada detikX.
Ilustrasi barisan polisi di Monumen Nasional
Foto: Pradita Utama/detikcom
Penasihat Ahli Kapolri dan mantan Kepala Divisi Hukum Polri Aryanto Sutadi mengatakan selama ini di tubuh Polri tidak ada aturan khusus yang mengatur keberadaan ajudan. Namun setiap ajudan pasti memiliki surat perintah pengangkatan. “Saya tidak pernah baca job description ajudan. Itu kan job ajudan nggak penting-penting banget, jadi di aturan Kapolri tidak ada. Ya, didasarkan kebiasaan saja,” ujarnya kepada detikX pekan lalu.
Terkait tugas ajudan, menurut Aryanto, berbelanja urusan rumah tangga pejabat Polri dan keluarganya itu bukanlah tugas seorang ajudan. Dia juga menyebut kebiasaan di Polri memberikan dua orang ajudan kepada seorang pejabat Polri.
Di sisi lain, tidak semua pejabat Polri berkenan dilengkapi dengan ajudan. Komisioner Komisi Kepolisian Nasional dan pensiunan bintang dua polri, Inspektur Jenderal (Purnawirawan) Benny Mamoto, menolak saat ditawari ajudan. Ia beralasan keberadaan ajudan dapat membuatnya mengalami ketergantungan dan menjadi kurang waspada.
“Saya belajar dari teroris yang saya periksa. Mereka bilang, kalau ada pejabat yang harusnya dikawal tapi justru tidak ada pengawal, mereka justru khawatir akan dijebak karena mungkin ada pengawalan tertutup," jelasnya kepada detikX.
Karena kebiasaan enggan dikawal, Benny bahkan sempat dimarahi atasannya. Saat itu pengawal yang disiapkan oleh atasannya justru ia suruh pulang. "Saya operasi pembebasan sandera di Filipina Selatan sendirian tanpa senjata pada 2005," jelasnya.
Reporter: Ahmad Thovan Sugandi, May Rahmadi
Penulis: Ahmad Thovan Sugandi
Editor: Irwan Nugroho