Foto: Penampakan lesi cacar monyet seorang pasien di Peru (Martin Mejia/AP)
Jumat, 26 Agustus 2022Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mencatat pasien yang terjangkit virus cacar monyet atau monkeypox mencapai 41 ribu kasus di 96 negara di belahan dunia. Dari jumlah itu, 12 pasien di antaranya meninggal dunia. WHO telah menaikkan status cacar monyet sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) pada Juli 2022.
Sejauh ini cacar monyet, yang merupakan penyakit zoonosis langka akibat infeksi virus monkeypox, tidak seberbahaya Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Sementara virus Corona penyebarannya begitu cepat melalui droplet, virus monkeypox penularannya melalui kontak erat hewan dengan manusia atau antarmanusia.
Cacar monyet yang masuk dalam golongan genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae ini sudah masuk ke Indonesia. Kementerian Kesehatan mencatat ada 26 orang yang terdeteksi sebagai suspek cacar monyet. Dari jumlah itu, satu orang dinyatakan positif, 21 orang negatif, dan empat orang suspek masih menunggu hasil pemeriksaan medis.
"Masih ada empat yang lain lagi tunggu hasil, dua di Makassar dan dua lagi di DKI Jakarta," ungkap Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Senayan, Jakarta, Rabu, 24 Agustus 2022. Belakangan, dua orang di Makassar dinyatakan negatif cacar monyet.
Satu orang warga DKI Jakarta yang terkonfirmasi positif cacar monyet adalah Mr X, seorang lelaki berusia 27 tahun. Ia terjangkit virus cacar monyet setelah melakukan perjalanan ke luar negeri, persisnya ke Eropa Barat. Ia mengunjungi Belanda, Swiss, Belgia, dan Prancis sejak 22 Juli 2022 dan kembali ke Jakarta pada 8 Agustus 2022.
Cacar monyet
Foto: Tangkapan YouTube FKUI
Tiga hari kemudian, ia mengalami gejala awal cacar monyet, yaitu muncul ruam cacar pada 11 Agustus 2022. Ia sempat berkonsultasi ke beberapa fasilitas kesehatan dan masuk rumah sakit milik Kemenkes pada 18 Agustus 2022. Keesokan harinya, setelah dilakukan tes polymerase chain reaction (PCR), ia dinyatakan positif cacar monyet.
Sebelumnya, WHO memandang wabah cacar monyet sebagai ancaman yang cukup signifikan bagi kesehatan global. Karena itu, respons dunia internasional yang terkoordinasi pun sangat diperlukan untuk mencegah virus tersebut menyebar lebih jauh dan berpotensi menjadi pandemi.
"Saya telah memutuskan bahwa wabah cacar monyet global merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Swiss, Sabtu, 27 Juli 2022.
Sebulan kemudian, WHO menyatakan penyebaran cacar monyet melambat di Eropa karena efektifnya penanganan kesehatan masyarakat, adanya perubahan perilaku, serta vaksinasi, yang berperan paling penting. Namun, di beberapa negara lain, seperti Amerika Serikat, justru menunjukkan peningkatan jumlah kasus mingguan, yang mencapai 34 persen.
Mengetahui cacar monyet masuk ke Indonesia, Presiden Joko Widodo menginstruksikan dua hal kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Budi diminta segera menyediakan vaksin cacar monyet. Jokowi juga meminta agar pemeriksaan di pintu-pintu masuk ke wilayah Indonesia dan tempat interaksi yang tinggi diperketat.
Gambaran virus cacar monyet
Foto: DW
"Tetapi ini juga tidak perlu terlalu panik, karena penularannya lewat kontak langsung, bukan lewat droplet. Saya rasa paling penting adalah kesiapan-kesiapan kita mengatasinya," kata Jokowi di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Selasa, 23 Agustus 2022.
Kemenkes saat ini tengah memproses pengadaan10 ribu dosis vaksin cacar monyet. Namun, sampai saat ini, belum disebutkan daftar nama produk vaksin cacar monyet yang akan dibeli dari luar negeri. Yang jelas, pengadaan vaksin tersebut akan dilakukan melalui rekomendasi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Saat ini produk-produk vaksin itu tengah dilakukan uji klinis oleh BPOM bersama Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). "Semua dalam proses, termasuk kajian dari ITAGI dan rekomendasi Badan POM," kata juru bicara Kemenkes, Mohammad Syahril.
Sementara itu, Direktorat Jenderal Farmasi Alat Kesehatan Kemenkes tengah merampungkan kebijakan pemberian vaksin cacar monyet. Mereka secepatnya akan berkoordinasi dengan WHO. "Sejak diumumkan sebagai PHEIC, Pak Menteri langsung menginstruksikan ke Dirjen Farmalkes untuk segera koordinasi dengan WHO," jelas Maxi.
Maxi mengungkapkan, nantinya vaksin cacar monyet hanya diberikan kepada kelompok masyarakat yang berisiko tinggi terpapar atau memiliki kontak erat pasien.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian RI, dr Maxi Rein Rondonuwu
Foto: Vidya Pinandhita/detikHealth
Satuan Tugas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (Satgas Monkeypox PB IDI) tengah menyiapkan rekomendasi lanjutan terkait penyediaan vaksin tersebut. "Rekomendasi lanjutan ini sedang digodok, sedang dikonsolidasikan di Divisi Tata Laksana Satgas Monkeypox," ujar Ketua Satgas Monkeypox PB IDI, dr. Hanny Nilasari.
Dikutip dari laman Center for Disease Control and Prevention (cdc.gov), ada dua jenis vaksin cacar monyet yang disetujui lembaga makanan dan obat Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA). Pertama, vaksin JYNNEOS atau disebut juga Imvamune atau Imvanex. Vaksin ini digunakan dalam dua dosis dengan selang 14 hari.
Kedua, vaksin ACAM2000. Vaksin jni sebenarnya untuk melawan virus cacar air. Reaksi vaksin ini berupa lesi kecil atau benjolan merah dan gatal yang terbentuk 3-4 hari setelah pasien menerima suntikan. Tubuh membutuhkan sekitar 4 minggu untuk membangun kekebalan virus setelah menerima suntikan dosis kedua.
CDC juga merekomendasikan vaksin hanya diberikan kepada orang yang melakukan kontak dekat dengan pasien cacar monyet, orang yang berhubungan seks dengan penderita cacar monyet, orang yang bekerja di laboratorium dan menangani sampel atau hewan dengan Orthopoxvirus, serta para tenaga kesehatan pada umumnya.
Penulis: M Rizal
Editor: Irwan Nugroho