METROPOP

Dade, Bikin Warteg Jadi Berkelas

Mengapa makanan Indonesia susah mendunia?

Foto-foto: Hasan Alhabshy/detikcom

Jumat, 12 Agustus 2016

Bagi banyak orang, Dade Akbar Ramadhan awalnya dianggap aneh. Bila makan di warung Tegal (warteg), ia selalu memesan agar setiap jenis menu disajikan di piring-piring secara terpisah. Tidak lupa ia minta disediakan satu piring kosong.

Dade merupakan pencinta makanan Indonesia sedari kecil. Kadang ia membantu ibu dan neneknya memasak di dapur, dan lantas menyeriusi hobinya ini dengan berguru kepada para chef. Nah, ia gemas, bertahun-tahun menyantap makanan Tanah Air, penyajiannya gitu-gitu aja alias tidak berubah.

Lulusan fakultas seni rupa dan desain itu pun lantas iseng ingin mendandani makanan warteg biar bisa tampil berkelas. “Saya minta satu piring kosong ke petugas warteg untuk plating,” kata Dade kepada detikX.

Plating yang dimaksud Dade adalah penataan dan penyajian makanan di piring agar makanan terlihat lebih berkelas, baik secara seni maupun kualitas.

“Saya ingin makanan warteg terlihat lebih cantik dan berkelas, tetapi tetap tidak kehilangan unsur wartegnya.”

Video: 20detik.com

Setelah puas menata makanan di piring itu, Dade memotretnya. Ia juga membuat akun Instagram dengan nama Warteg Gourmet untuk mempublikasikan foto-foto makanan warteg yang sudah dipercantik itu.

Rupanya aksi Dade ini menarik. Hanya dalam waktu dua tahun, follower akun Instagram-nya, yang sebelumnya tidak seberapa, meningkat jadi 40 ribu orang. Ia pun kemudian dikenal sebagai food stylist.

Melihat antusiasme di media sosial, Dade melihat ada peluang bisnis menantang untuk menyuntikkan hal-hal kreatif di dunia kuliner. Mulai Januari 2016, ia mengundurkan diri dari pekerjaannya di perusahaan advertising, lantas lebih berfokus pada bisnis makanan dan minuman.

Berkecimpung di dunia kuliner membuat Dade sering memperhatikan makanan asing. Ia iri, makanan Korea, Jepang, Vietnam, dan India bisa mendunia. Ia memimpikan makanan Indonesia juga bisa mendunia. “Kenapa makanan Indonesia enggak?”


Dari kasus-kasus yang dipelajari Dade, penyajian makanan Indonesia tidak menarik. Menurut Dade, plating makanan sangat penting untuk membuat masakan Indonesia mendunia. Makanan yang disajikan dan ditata lebih menarik selera para bule daripada yang disajikan apa adanya.

“Saya banyak menemukan kasus di Bali. Mereka lebih pilih yang di-plating karena terasa lebih dekat dengan budaya mereka dibanding yang lebih abstrak.”

Agar lebih mudah diterima dunia internasional, makanan Indonesia yang didandani dia beri sentuhan modern-minimalis. Misalnya omelet, ia tidak akan membuat telur dadar yang sempurna bentuknya. Ia justru memotong-motong omelet tersebut agar penampilannya yang baru lebih mengesankan.

Yang rada sulit bagi Dade adalah plating makanan yang berkuah, seperti sup. Ia harus pintar-pintar mengakali untuk menjaga sayurannya tetap segar, sehingga fotonya bagus.

Sebagai food stylist, Dade mengerjakan foto menu, foto produk, dan advertising video. Ia memiliki tim, yang biasanya berjumlah tiga orang.

Video:20detik.com

Bagi Dade, food stylist merupakan pekerjaan yang menjanjikan secara pendapatan. Ia mencontohkan, honor dari membuatkan menu restoran paling murah Rp 5 juta per hari dengan jam kerja 6-9 jam. Sedangkan untuk iklan televisi, satu produk bisa bernilai ratusan juta rupiah.

Namun menjadi food stylist harus punya cita rasa yang berkarakter dan kuat mental. Ia tidak hanya mengutak-atik makanan, lalu memotret atau memvideokannya. Sering kali food stylist juga mesti membawa peralatan masak sendiri. Selain itu, jam kerjanya sering tidak menentu.


Reporter: Melisa Mailoa
Penulis/Editor: Iin Yumiyanti
Desainer: Luthfy Syahban

Rubrik Metropop mengupas kehidupan sosial, seni, dan budaya masyarakat perkotaan.

SHARE