METROPOP

Wajah Kita
dari Lensa Orang Italia

Stefano Romano berhasil mengenal dan menangkap sisi manusiawi orang Indonesia, harapan serta mimpinya.

Foto-foto: Stefano Romano

Kamis, 4 Agustus 2016

Stefano Romano memberi judul buku fotonya Kampungku Indonesia. Anda salah bila berharap buku ini akan berisi foto-foto kampung Indonesia dengan keindahan alamnya yang instagramable.

Dibanding keindahan alam, fotografer asal Italia itu lebih suka memotret manusia dan wajah-wajahnya. Jadilah foto di buku ini lebih banyak mendedahkan keseharian manusia Indonesia dalam kesederhanaan dan keterbatasan hidupnya di desa ataupun di gang-gang sempit.

Stefano baru tiga kali datang ke Indonesia, dan baru Pulau Jawa yang dikelilinginya. Tapi ia merasa Indonesia punya arti penting karena negara ini sudah seperti rumah kedua baginya.


Sebagai fotografer, Stefano lebih tertarik membidikkan kameranya pada kehidupan di kampung-kampung daripada kehidupan kota yang modern.

“Saya tahu hidup di kampung susah, yang saya sendiri mungkin tidak sanggup menjalaninya. Tapi orang-orang di kampung itu jujur. Saya percaya bahwa di kampunglah terdapat jiwa sejati orang Indonesia,” katanya serius.

Karena itu, tidak aneh bila foto-foto karya Stefano banyak bersimpati pada kehidupan sulit orang kampung. Misalnya foto-foto anak Petamburan yang memendam mimpinya meski hidup berkekurangan.

Seorang bocah duduk di depan rumahnya

Dalam buku itu, Stefano menghadirkan foto dua bocah kecil melihat dari balik pagar ke arah gedung-gedung pencakar langit yang ada di seberang Sungai Cideng.

Ia juga menunjukkan gubuk kayu reot yang ditinggali si bocah. Yang istimewa, di depannya dipasang burung garuda, lambang Indonesia. Disertai pula aktivitas si bocah yang suka menerbangkan burung merpati, yang kadang terbang hingga gedung pencakar langit itu dan tidak kembali lagi.

Pada foto lainnya, Stefano menjepret seorang ibu dan anak-anaknya di sebuah rumah yang dinding-dindingnya terkelupas. Si ibu berdaster dengan rambut digelung tengah menatap bayi yang digendongnya, di depannya ada putrinya yang juga masih balita.

Lewat foto itu, Stefano ingin bercerita, meski orang-orang hidup seadanya di rumah-rumah sumpek dengan dinding-dinding yang terkelupas, di dalamnya terdapat belaian penuh cinta.


Dua bocah bermain burung dara di depan gubuk yang mereka tinggali.

Meski memotret kehidupan yang serbaterbatas di kampung-kampung, foto Stefano juga menghadirkan keindahan di balik semua itu. Contohnya potret ceria anak-anak.

Stefano Romano saat berada di Kampung Luar Batang, Jakarta
Foto: Hasan Alhabshy/detikcom

Ada foto seorang bocah perempuan kecil berbaju kusam di depan rumahnya yang reot. Semua di sekitarnya begitu muram kecuali mata bocah kecil itu yang begitu bercahaya.

Stefano juga menghadirkan suasana kampung yang penuh dengan persaudaraan, meskipun berada di gang-gang sempit. “Seolah-olah jalan sempit yang dipadati rumah dan penduduk itu dihuni oleh satu keluarga besar. Kita tidak tahu persis apakah orang-orang itu berkerabat atau hanya tetangga,” tulis pria yang mengaku tidak punya pengalaman buruk di Indonesia kecuali trauma makan durian tersebut.

Secara berderet, Stefano menampilkan foto dua ibu yang sedang mengobrol di Petamburan, foto pasangan tua di beranda rumahnya di Pondok Cabe, juga foto keluarga yang sedang bersantai di Kampung Lebak Kantin, Bogor. Di foto itu, sang ayah bertelanjang dada, ibunya rebahan di lantai, dan tiga anak kecil malu-malu saat dipotret.

Ibu-ibu mencuci baju di kali

Foto: Hasan Alhabshy/detikcom

Foto-foto Stefano barangkali tidak “istimewa” karena kejadian itu biasa kita saksikan sehari-hari. Namun, melihat foto-foto itu, kita akan menarik napas panjang, kadang dengan perasaan sedih yang bergolak di dada, tapi air mata tidak tertumpah. Kita seperti diperlihatkan wajah kita sendiri yang kita lupakan.

Hasil jepretan Stefano berhasil mengenal dan menangkap sisi manusiawi orang Indonesia, termasuk mimpi dan harapannya.

Foto-foto itu menyentuh kita, karena kita tahu orang-orang di kampung itu, yang mereka adalah kita sendiri, manusia Indonesia dengan segala keterbatasannya, tetap menjalani kehidupan; bermain, bekerja, berdoa dan memendam mimpi tentang kehidupan yang lebih baik.


Reporter/Penulis: Iin Yumiyanti
Desainer: Luthfy Syahban

Rubrik Metropop mengupas kehidupan sosial, seni, dan budaya masyarakat perkotaan.

SHARE