INVESTIGASI

Akhir Pelarian Predator Seks Pemangsa Santriwati

Bertahun-tahun Mas Bechi bersembunyi di balik kekuasaan ayahnya yang mendirikan organisasi dan Pesantren Thoriqoh Shiddiqiyyah. Kini ia mendekam di penjara dan akan duduk di kursi pesakitan di pengadilan.

Ilustrasi : Edi Wahyono

Senin, 11 Juli 2022

Gelap gulita. Seluruh penerangan di Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah tiba-tiba saja padam sekitar pukul 18.00 WIB pada Kamis, 7 Juli 2022. Sekitar 800 personel gabungan kepolisian masih mengepung pesantren di Losari, Ploso, Jombang, Jawa Timur, itu. Mereka hendak menangkap paksa putra mahkota pemimpin pesantren Kiai Muchtar Mu'thi, yakni Moch Subchi Azal Tsani (MSAT) alias Mas Bechi atau Bekhi.

Mas Bechi merupakan guru dan wakil rektor pesantren yang didirikan ayahnya itu. Sejak 12 November 2019, ia ditetapkan sebagai tersangka oleh Satreskrim Polres Jombang. Dia dijerat pasal pemerkosaan dengan paksaan atau ancaman kekerasan serta pencabulan terhadap anak didiknya yang di bawah umur. Kemudian, sejak 13 Januari 2022, Mas Bechi ditetapkan sebagai buron oleh Polda Jawa Timur.

Di sisi yang berbeda dari kepolisian, puluhan pengawal pesantren telah bersiaga satu. Ada 12 titik yang dijaga. Mereka datang dari berbagai kota, termasuk dari Daerah Istimewa Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, dan Lampung. Pasukan ini, kata sumber detikX dari dalam Pesantren Shiddiqiyyah, merupakan pengikut setia tarekat Shiddiqiyyah. Mereka menghalangi tindakan penangkapan paksa terhadap Mas Bechi, yang merupakan Ketua Umum Organisasi Pemuda Shiddiqiyyah.

Penampakan Mas Bechi, DPO pencabulan diperiksa kesehatannya usai menyerahka diri ke polisi, Jumat (8/10/2022).
Foto : dok. istimewa


Mbah Kiai Tar menenangkan massanya, jangan sampai terjadi bentrokan antara petugas dan jemaah. Dengan nilai-nilai kebangsaan, dengan nilai-nilai Pancasila yang ditanamkan Kiai, akhirnya jemaah tenang semua.”

“Karena dijaga ketat (polisi), kami lewat jalan-jalan kecil tembusan dari kampung. Setiap pos ada komandannya. Semua patuh pada ucapan dan perintah Kiai Tar (sebutan untuk Muchtar Mu'thi),” kata pengawal Mas Bechi yang enggan disebutkan identitasnya ini melalui sambungan telepon dengan reporter detikX pada Kamis, 7 Juli 2022.

Pengerahan pasukan dari berbagai kota ini sudah diketahui tim Polda Jatim, yang dipimpin Direktur Kriminal Umum Polda Jatim Kombes Totok Suharyanto. Informasi itu didapatkan dari tim intelijen yang bertugas sejak malam sebelumnya.

“Kalau kami kan tahunya ada pengumpulan massa. Kemudian itu bagian dari cara mereka untuk mempertahankan diri supaya anaknya (Mas Bechi, anak Kiai Tar) tidak diserahkan. Kira-kira gitu,” tutur Totok kepada reporter detikX akhir pekan lalu.

Pengepungan Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah dimulai sejak pukul 06.00 WIB. Kapolres Jombang AKBP Moh Nurhidayat mengungkapkan enam titik jalan masuk menuju tempat itu telah ditutup. Sekitar dua kompi satuan Brimob disiapkan untuk mendobrak gerbang pesantren yang saat itu tengah dijaga ketat oleh santri dan relawan Shiddiqiyyah.

Polisi berhasil membobol penjagaan itu dengan memotong rantai dan kunci gerbang. Sempat terjadi benturan antara polisi dan pihak pesantren. Sejumlah polisi mengalami luka sedang. Namun suasana bisa ditenangkan setelah Moh Nurhidayat berhasil berkomunikasi dengan Kiai Tar sekitar pukul 07.45 WIB.

“Mbah Kiai Tar menenangkan massanya, jangan sampai terjadi bentrokan antara petugas dan jemaah. Dengan nilai-nilai kebangsaan, dengan nilai-nilai Pancasila yang ditanamkan Kiai, akhirnya jemaah tenang semua,” ungkap Nurhidayat saat berbincang dengan reporter detikX melalui telepon akhir pekan lalu.

Negosiasi alot pun terjadi antara pihak kepolisian yang diwakili Nurhidayat dan Kiai Tar serta istri pertamanya Nyai Shofwatul Ummah. Kiai Tar dan istrinya berjanji akan menyerahkan sendiri Mas Bechi seusai pelantikan. Penelusuran tim detikX, hari itu memang ada acara pelantikan pengurus Dewan Pimpinan Pusat Organisasi Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia. Acara itu dibatalkan akibat situasi yang tengah terjadi di Shiddiqiyyah.

Polisi berkeras akan menggeledah pesantren lantaran yakin Mas Bechi berada di pesantren. Nurhidayat bilang keyakinan itu didapatkan dari hasil penelusuran intelijen yang melihat Mas Bechi masuk ke pesantren sebelum pukul 06.00 WIB. Sampai pukul 09.00 WIB setidaknya, polisi masih yakin Mas Bechi ada dalam pesantren.

Ketua Umum Organisasi Shiddiqiyyah (Orshid) Joko Herwanto menyebut Mas Bechi (42) disebut tidak berada di Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah saat ratusan polisi melakukan penjemputan paksa, Minggu (10/7/2022). 
Foto : Enggran Eko Budianto/detikJatim

Ketua Jaringan Islam Anti Diskriminasi Jombang Aan Anshori menyaksikan sendiri polisi menggeledah seluruh ruangan yang diduga menjadi tempat persembunyian Mas Bechi. Dia diundang kepolisian sebagai perwakilan sipil yang menjadi saksi. Hasil penggeledahan nihil. Mas Bechi tidak ditemukan di mana pun.

“Aku itu nyari, tahu nggak, nyari di kuburan, nyari di toilet, nyari di dapur, nyari di pondok perempuan. Itu kan 5 hektare, to. Nggak ketemu. Nggak tahu di mana orangnya,” beber Aan mengisahkan kepada reporter detikX akhir pekan lalu.

Seorang pengikut Shiddiqiyyah yakin Mas Bechi tak akan tertangkap kalau dia tidak menyerahkan diri sendiri. Mereka berdalih Mas Bechi memiliki tingkatan ilmu tinggi yang membuatnya bisa tidak terlihat oleh mata awam. “Dia putra mahkota. Dia wali, jadi terserah Allah. Saya tidak bisa menjelaskan. Ilmunya terlalu tinggi,” kata salah satu anggota jemaah Shiddiqiyyah kepada reporter detikX.

Memenuhi Janji Setelah Menghambat

Sampai sekitar pukul 11.00 WIB, Mas Bechi belum ditemukan. Negosiasi pun kembali dilakukan Kapolres Jombang AKBP Moh Nurhidayat dengan Kiai Tar. Saat itu Kiai Tar mulai melunak dan berjanji akan menyerahkan Mas Bechi ke Polda Jatim pada sore hari. Sayangnya, sampai matahari nyaris tenggelam, janji itu tidak ditepati Kiai Tar. Perkiraan Kiai Tar meleset.

Saat proses penangkapan paksa ini berlangsung, Kementerian Agama mencabut izin operasional Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah. Alasannya, terkait parahnya kasus Mas Bechi dan pihak pesantren yang menghalangi proses penegakan hukum.

Negosiasi terakhir pun dilakukan pada pukul 20.30 WIB. Nurhidayat meyakinkan Kiai Tar, proses penangkapan terhadap Mas Bechi tidak akan menimbulkan ekses lain di luar kasus pencabulan dan pemerkosaan. Dalam negosiasi itulah, Kiai Tar kembali berjanji akan menyerahkan Mas Bechi sekitar pukul 23.00 WIB. Namun sejumlah pengurus pesantren meminta agar informasi itu dirahasiakan dulu dari publik. Mereka khawatir informasi penyerahan diri Mas Bechi akan mengecewakan jemaah yang sudah hadir.

Janji itu akhirnya ditepati kiai Tar. Sekitar pukul 23.00 WIB, Mas Bechi datang ke pesantren dan menyerahkan diri kepada tim Polda Jatim. Kiai Tar dan Nyai Shofwatul sendiri yang menyerahkannya kepada pihak kepolisian. Drama perburuan predator seks ini pun berakhir dengan ditangkapnya Mas Bechi oleh tim gabungan Polda Jatim.

Jokowi dan Prabowo Pernah Temui Sang Mursyid

Kebesaran nama Kiai Tar membuat proses penangkapan putra mahkota itu menjadi berlarut-larut. Sejak 2017, saat pertama kali korban Gus Bechi berani buka suara, kasus ini sudah dua kali masuk praperadilan. Negosiasi berulang harus dilakukan Kapolres Jombang AKBP Moh Nurhidayat untuk melakukan pendekatan dan memberi pengertian menyeluruh kepada Kiai Tar.

Sejak November 2021, Nurhidayat sudah berupaya menemui Kiai Tar. Mulanya dia hanya bertamu untuk memperkenalkan diri sebagai Kapolres Jombang yang baru. Kemudian, pada Mei 2022, Nurhidayat datang lagi dengan maksud halalbihalal. Dalih itu digunakan Nurhidayat agar tidak memicu kemarahan Kiai Tar, yang memiliki jutaan anggota jemaah.

Polisi sangat berhati-hati dalam menyelesaikan kasus ini karena Kiai Tar bukanlah orang sembarangan. Saking besarnya nama Kiai Tar, tokoh-tokoh besar, seperti Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, bahkan sowan kepada Kiai Tar saat keduanya bertarung dalam Pilpres 2014 dan 2019. Tokoh lain, seperti Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, juga bertemu dengan Kiai Tar dalam sebuah kesempatan silaturahmi.

Kiai Tar bukan hanya seorang pemimpin pondok pesantren, tapi juga seorang mursyid atau guru pemimpin tarekat Shiddiqiyyah. Menurut Ketua Umum Organisasi Shiddiqiyyah Joko Herwanto, saat ini jemaah tarekat Shiddiqiyyah sudah tersebar di 27 provinsi dan tiga negara, yakni Singapura, Hong Kong, dan Malaysia. Jumlah jemaahnya mencapai jutaan orang.


“Setiap hari, setiap minggu, setiap bulan terus bertumbuh untuk melaksanakan pembaiatan atau mengikuti pelajaran-pelajaran di tarekat Shiddiqiyyah,” ucap Joko saat dihubungi reporter detikX pada Jumat, 8 Juli 2022.

Meski punya jemaah sebesar itu, Joko membantah bila dikatakan bahwa Kiai Tar mengerahkan santri untuk menghalangi polisi menangkap Mas Bechi. Klaim Joko, jemaah hadir dengan sendirinya tanpa diorganisasi siapa pun. Mereka datang lantaran mendapatkan informasi dari media sosial. Secara terpisah, kepada reporter detikX, pihak kepolisian mengakui pasukan dunia maya jemaah tarekat Shiddiqiyyah memang cukup kuat dan sering menyebarkan narasi-narasi provokatif.

Di sisi lain, Joko mengkonfirmasi kabar bahwa loyalis Shiddiqiyyah sempat mengembargo secara ekonomi maupun sosial terhadap orang-orang yang bertentangan terhadap sikap pesantren. Mereka yang bertentangan dengan sikap pesantren dilabeli sebagai ‘gerombolan’.

“Persoalan mengembargo ekonomi, memberikan sanksi sosial, saya pikir setiap orang… yang ditanam itu yang akan dituai. Jadi, tanpa ada upaya mengembargo atau memberikan sanksi sosial, kami berkeyakinan Allah akan memberikan balasan setimpal,” kata Joko.

Setelah 18 jam pengepungan, Mas Bechi akhirnya menyerahkan diri. Namun para pengikut tarekat Shiddiqiyyah menganggap Mas Bechi difitnah. Kasus ini, kata Joko, sebagaimana didawuhkan Kiai Tar, hanyalah permasalahan internal keluarga antara istri pertama dan istri keduanya. Orang-orang yang mendukung istri kedua Kiai Tar disebut Joko sebagai ‘gerombolan pemfitnah’ yang ingin merebut aset Pesantren Shiddiqiyyah.

Tudingan Joko terkait kasus yang menimpa Mas Bechi merupakan fitnah telah dua kali dimentahkan di meja pengadilan. Mas Bechi dan tim pengacaranya kalah dalam praperadilan di Pengadilan Negeri Surabaya pada 16 Desember 2021 dan Pengadilan Negeri Jombang pada 27 Januari 2022.


Reporter: Fajar Yusuf Rasdianto, Ahmad Thovan Sugandi
Penulis: Fajar Yusuf Rasdianto
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE