Ilustrasi : Edi Wahyono
Sudah sekitar satu bulan peredaran minyak goreng mengalami kelangkaan. Marissa, 51 tahun, seorang ibu rumah tangga, merasa kesal. Sebab, usaha kecil jajanan pasar di rumahnya menjadi terhambat.
“Sekarang susah. Dikemanain tuh minyak yang Bimoli, Filma, Tropical, Sania, Sunco, Kunci Mas, sama Rose Brand gitu nggak ada? Adanya sekarang merek baru nggak jelas dan mahal harganya. Mau di Alfamart atau Indomaret ya gitu kasusnya,” ujar Marissa kepada reporter detikX pekan lalu.
Selain Marissa, ada Alfarez Nurrahman, salah satu pemilik usaha kuliner Sii Pop Box di kawasan Panglima Polim, Jakarta Selatan, yang kesulitan mendapatkan minyak goreng. Dia masih merasakan adanya kelangkaan minyak goreng hingga saat ini. Produsen tempat ia biasa membeli minyak goreng sedang kehabisan stok.
Stok minyak goreng habis diserbu konsumen di Food Hall Senayan City, Jakarta Pusat, Selasa, (8/2/2022).
Foto : Syailendra Hafiz Wiratama/detikX
Pembelian dibatasi hanya boleh 2 liter kan satu orang, itu kan nggak efisien buat pelaku UMKM kayak saya. Jadi yang seharusnya bisa sekali beli jadi harus bolak-balik. Kan ada cost transpor lagi juga itu.”
Melihat fenomena kelangkaan minyak goreng ini, Alfarez bersama rekannya memutar otak untuk mendapatkan minyak goreng agar stok dapurnya tetap terpenuhi. Mereka menyisir beberapa supermarket dan minimarket untuk mendapatkan minyak goreng.
“Biasanya kami ada pesan gitu, langsung 14 botol yang 2 liter. Cuma, sekarang nggak ada stoknya,” kata Alfarez saat ditemui reporter detikX pekan lalu.
Pembatasan pembelian minyak goreng yang terjadi saat ini membuat pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) seperti Alfarez ini merogoh kocek lebih dalam.
“Pembelian dibatasi hanya boleh 2 liter kan satu orang, itu kan nggak efisien buat pelaku UMKM kayak saya. Jadi yang seharusnya bisa sekali beli jadi harus bolak-balik. Kan ada cost transpor lagi juga itu,” tuturnya.
Reporter detikX sempat mengunjungi beberapa gerai minimarket di Jakarta. Memang masih cukup sulit menemukan minyak goreng tersebut. Di Indomaret Curug Indah, Jakarta Timur, tidak ada merek minyak goreng yang biasa beredar.
Selain minimarket, beberapa supermarket, seperti Gelael, Tebet Jakarta Selatan,dan Food Hall Senayan City, Jakarta Pusat, tak berbeda kondisinya. Minyak goreng di lokasi tersebut kosong. Sedangkan di Transmart Kalimalang, hanya terdapat minyak goreng merek Harumas produksi PT Asianagro Agungjaya. Itu punstoknya tak banyak.
Vice President Corporate Communications Transmart Satria Hamid menjelaskan faktor utama penyebab kelangkaan minyak goreng. Salah satunya adalah masih terbatasnya pasokan dari distributor.
“Karena dari hulunya, distributor juga masih menggunakan sistem kuota dalam mengirim minyak goreng ke kami,” kata Satria kepada reporter detikX melalui sambungan telepon, pekan lalu.
Satria menuturkan penjualan minyak goreng ini cukup cepat. Hanya dalam kurun waktu 2-3 jam, 5 karton minyak bisa ludes terjual. Oleh sebab itu, pihaknya memberlakukan pengaturan alur penjualan minyak goreng secara ketat.
“Kami manage rata-rata 30 karton per harinya. Kami gunakan manajemen display yang ketat: 10 karton pagi, 10 karton siang, dan 10 karton sore. Kami ambil kebijakan ini agar semua konsumen dapat terakomodasi untuk mendapatkan minyak goreng di tengah keterbatasan stok saat ini,” ujarnya.
Tujuan utama pembatasan itu ialah agar terjadi pemerataan. Setiap konsumen hanya bisa membeli 2 liter minyak goreng. “Karena kami menghindari spekulan itu,” tuturnya.
Senada dengan Satria, menanggapi hal terkait kelangkaan minyak goreng di beberapa gerainya, Marketing Director PT Indomarco Prismatama (Indomaret) Darmawie Alie menjelaskan kelangkaan yang masih terjadi sampai saat ini dikarenakan minimnya pasokan dari produsen.
“Suplai dari pabrik masih terbatas sehingga terjadi kekosongan. Harganya sama: Rp 14 ribu per liter,” kata Darmawie melalui pesan singkat kepada reporter detikX pekan lalu.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan menjelaskan pemerintah telah menerbitkan 28 eksportir dengan jumlah 60 ribu ton DMO atau domestic market obligation. Ini merupakan kebijakan wajib pasok untuk kebutuhan domestik. Nantinya, 60 ribu ton atau setara dengan 60 juta liter minyak goreng itu akan segera didistribusikan.
“Jadi kelangkaan minyak goreng di beberapa minimarket dan supermarket itu karena belum terdistribusi DMO ini,” ujar Oke kepada reporter detikX akhir pekan lalu.
Kelangkaan minyak goreng ini, kata Oke, bukan terjadi karena kekosongan pasokan, melainkan ulah para distributor yang enggan melepas minyak goreng harga lama.
Saat ini, Oke menjelaskan, pasokan minyak goreng yang baru sudah mulai berjalan distribusinya. Dirinya pun memaklumi proses distribusi ini belum berjalan optimal. Ia akan terus mengawal proses distribusi minyak goreng ini. “Ya, dilapangan itu belum tersebar merata. Saya tahu dan itu wajar. Tapi intinya, sudah berjalan,” katanya.
Oke memprediksi distribusi minyak goreng ini akan terlaksana secara maksimal dan optimal pada akhir Februari. Kebutuhan minyak goreng nasional sekarang 327 juta liter dalam satu bulan. Jika berjalan dengan DMO 60 juta liter, menurutnya, kelangkaan minyak goreng ini akan dapat teratasi.
Minyak Goreng diserbu pembeli di Pasuruan, Kamis (10/2/2022).
Foto : Muhajir Arifin/detikcom
“Optimalnya itu kebutuhan kita sekarang 327 juta liter untuk nasional dalam satu bulan, ini yang saya pantau kalau sampai akhir Februari. Kalau ini berjalan dengan DMO 60 juta liter, sudah mulai nggak terasa kurang,” tuturnya.
Selain dari DMO, Oke mengutamakan pasokan dalam bentuk minyak goreng curah untuk pasar tradisional. Ini untuk mengurangi tekanan ke ritel-ritel modern.
“Sekarang saya lagi cari yang bisa masok curah supaya masuk ke pasar tradisional dan mengurangi tekanan ke ritel modern,” terangnya.
Di sisi lain, Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Satria Hamid berharap pasokan minyak goreng dapat kembali normal memasuki bulan Ramadan nanti. Menurutnya, jangan sampai terjadi siklus kelangkaan minyak goreng berkepanjangan.
“Jadi ini kita jadikan pembelajaran semua sistem tata niaga hulu ke hilirnya, sehingga nanti kita bisa persiapkan dengan baik menjelang Ramadan dan Lebaran nanti,” kata Satria kepada reporter detikX.
Reporter: Fajar Yusuf Rasdianto, Syailendra Hafiz Wiratama
Penulis: Syailendra Hafiz Wiratama
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban