INVESTIGASI

Limbah Paracetamol

Hidup di Lautan Paracetamol Jakarta

Perairan Teluk Jakarta yang tercemar paracetamol diduga memiliki dampak terhadap biota laut. Namun riset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap puluhan ikan menemukan hasil sebaliknya.

Ilustrasi : Fuad Hasim

Selasa, 30 November 2021

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengkonfirmasi adanya pencemaran paracetamol di Teluk Jakarta. Kesimpulan tersebut didapat setelah DLH DKI merisik empat titik, yaitu Angke, Ancol, Cilincing, dan Tanjung Priok. Paracetamol ditemukan di dua tempat pertama.

Pengambilan sampel air empat titik tersebut merupakan tindak lanjut dari penelitian berjudul ‘High concentrations of paracetamol in effluent dominated waters of Jakarta Bay, Indonesia’. Riset dari peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Universitas Brighton di Inggris tersebut dimuat di jurnal Marine Pollution Bulletin edisi 169 tahun 2021.

Namun ada perbedaan temuan riset yang menggunakan sampel air pada 2017 dan 2018 tersebut dengan penelitian DLH DKI Jakarta tahun ini. Temuannya, ada kontaminasi paracetamol 610 ng/L di muara Sungai Angke dan 420 ng/L di muara Sungai Ancol. Angka tersebut jauh lebih banyak daripada temuan DLH DKI Jakarta.


Kita tidak bisa memastikan bahwa komponen di air Teluk Jakarta hanya mengandung paracetamol, tetapi mungkin ada komponen lainnya.”

Perbedaan tersebut diduga karena dua faktor. Pertama, waktu pengambilan sampel yang berbeda. Kedua, ada perbedaan koordinat pengambilan sampel.

Atas dua temuan tersebut, Pemprov DKI melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui dampak terhadap biota laut. Penelitian tersebut dilakukan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta.

Hasilnya, temuan DKPKP DKI Jakarta berbeda dengan BRIN. Dalam penelitian BRIN, uji laboratorium pencemaran paracetamol di air telah mempengaruhi kehidupan biota laut. Sementara itu, DKPKP DKI Jakarta menyimpulkan tidak ada pengaruh terhadap biota laut yang hidup di Teluk Jakarta yang tercemar paracetamol.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, meskipun sumber pencemaran bisa diidentifikasi, tak ada ikan yang terkontaminasi. "Ikan-ikan tidak ada yang terkontaminasi," kata dia beberapa waktu lalu.

Berdasarkan dokumen yang didapatkan detikX, pada titik yang tercemar paracetamol, yakni Angke dan Ancol, DKPKP DKI Jakarta mengambil sembilan jenis biota laut sebagai sampel. Detailnya, di Kali Adem, Muara Angke, sampel-sampel itu adalah ikan samge kecil, udang, ikan grote, ikan petek, ikan tembang, dan kkan kapasan. Lalu di intake Pantai Ancol, DKPKP menjadikan kepiting, kerang hijau kecil, dan kerang hijau besar sebagai sampel.

Pengambilan sampel itu dilakukan tidak mengacu pada titik koordinat penelitian BRIN. Sebab, penelitian BRIN tidak menunjukkan detail titik koordinat air laut yang tercemar paracetamol.

Peneliti BRIN Wulan Koagouw tidak menjawab pesan detikX sampai saatini ketika ditanya mengenai koordinat tersebut. Namun, sebelumnya, Wulan memastikan hasil uji laboratorium membuktikan ada dampak terhadap hewan akibat pencemaran paracetamol.

Titik di Angke ditemukan 610 ng/L paracetamol dan di Ancol 420 ng/L.
Foto : High concentrations of paracetamol in effluent dominated waters of Jakarta Bay, Indonesia, Marine Pollution Bulletin, edisi 169 tahun 2021.

Wulan memaparkan timnya telah melakukan uji laboratorium pencemaran paracetamol terhadap ikan yang berkerabat dekat dengan ikan yang ada di Teluk Jakarta. Uji laboratorium menjadi cara yang dipilih karena air laut Jakarta tidak bisa dipastikan hanya mengandung paracetamol. Sedangkan penelitiannya berfokus pada pencemaran paracetamol.

“Kita tidak bisa memastikan bahwa komponen di air Teluk Jakarta hanya mengandung paracetamol, tetapi mungkin ada komponen lainnya,” kata Wulan kepada detikX pekan lalu.

Dampak paracetamol terhadap hewan, Wulan menjelaskan, terjadi terhadap beberapa spesies. Pada kerang biru, misalnya, hasil laboratorium menunjukkan ada perubahan pada jaringan gonad kerang, organ reproduksi.

“Ada potensi perubahan organ reproduksi dan memungkinkan juga perubahan fisiologis kerang,” ujarnya.

Wulan juga menjelaskan ada penelitian lain yang menunjukkan dampak pencemaran paracetamol terhadap ikan air tawar. Paracetamol telah mengakibatkan ikan jantan mengalami gangguan endokrin (kelenjar) dan hepatotoksisitas (gangguan hati).

“Yang paling umum adalah stres oksidatif pada kerang,” kata dia. Akibatnya, kerang mengalami kerusakan.

Pada Ikan zebra, Wulan menjelaskan, ada penelitian yang melihat perkembangan embrio, perilaku lokomotor biokimia, dan efek epigenetik ikan zebra setelah terpapar paracetamol. Penelitian itu menunjukkan paparan paracetamol memiliki efek pada semua titik akhir racun yang dicari dalam penelitian, salah satunya terkait perkembangan embrio ikan zebra.

Momen DLH Ambil Sampel Air Tercemar Paracetamol di Teluk Jakarta.
Foto : Dok. DLH DKI Jakarta.

Pada tiram Pasifik, pencemaran paracetamol telah mempengaruhi transkripsi gen. Hal ini mengacu pada sebuah penelitian pada 2017.

Wulan menuturkan pencemaran paracetamol terhadap hewan telah mempengaruhi kondisi fisiologi. Artinya, itu akan berdampak pada kesehatan atau bahkan umurnya meski secara kasatmata terlihat baik-baik saja.

Hewan-hewan yang telah tercemar paracetamol itu mungkin tetap aman dikonsumsi manusia. Sebab, orang-orang pun terus mengkonsumsi paracetamol karena fungsinya sebagai pereda demam dan nyeri. Namun, Wulan menegaskan, biota laut itu bukan hanya tercemar paracetamol, tetapi juga tercemar komponen-komponen lainnya, seperti logam berat. Itu sebabnya, perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan hewan-hewan di air yang tercemar itu aman dikonsumsi manusia.

“Di negara lain, sudah banyak penelitian mengenai pencemaran heavy metal atau logam berat, misalnya. Jadi mungkin ikannya aman kalau dilihat dari paracetamol saja, tapi bagaimana kalau lihat dari bahan pencemar lain? Aman nggak, sih?” kata Wulan.


Reporter: Rani Rahayu, May Rahmadi
Penulis: May Rahmadi
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE