INVESTIGASI

Uji Nyali Menumpang Travel Gelap Mudik

Travel gelap banyak beroperasi selama pelarangan mudik. detikX membuktikannya dengan menumpang langsung travel gelap itu.

Ilustrasi : Luthfy Syahban

Senin, 10 Mei 2021

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, tapi mobil travel yang akan menjemput di Grand Kota Bintang, Bekasi, Jawa Barat, belum juga datang. Padahal, sebelumnya, sopir travel tersebut berjanji akan menjemput pukul 20.00 WIB. “Sebentar dulu, Bang. Sabar, Bang. Ini kan kita jemput yang jauh-jauh dulu, Bang. Yang penting Abang sabar, nanti saya jemput,” begitu sopir travel itu meyakinkan detikX melalui pesan suara WhatsApp, Kamis, 6 Mei 2021.

Hari itu adalah hari pertama larangan mudik Lebaran 2021 diberlakukan pemerintah dalam rangka menanggulangi penularan virus Corona (COVID-19). Larangan mudik berlaku hingga setelah Lebaran, yaitu pada 17 Mei 2021. Penyekatan pemudik mulai dilakukan aparat di sejumlah titik ke luar Jabodetabek. Seluruh moda transportasi umum juga dilarang beroperasi.

Namun kendaraan travel gelap nyatanya tetap beroperasi secara sembunyi-sembunyi. Dengan menyamar sebagai penumpang yang hendak mudik, detikX bermaksud mengetahui langsung bagaimana travel gelap itu menjaring penumpang dan, selanjutnya, mengantarkan pemudik ke kampung halaman tanpa terkena razia petugas.

Kendaraan travel gelap pengangkut pemudik Jakarta-Cirebon
Foto: dok. detikX

Tujuan yang ditentukan tak perlu jauh-jauh: Cirebon, Jawa Barat. Cirebon juga kota tujuan banyak pemudik. detikX mendapatkan kontak travel dari salah satu layanan perjalanan online sehari sebelumnya. Begitu pihak travel dapat dihubungi, reservasi pun dilakukan. Tidak ada syarat-syarat tertentu yang ditetapkan travel, seperti misalnya surat izin keluar masuk (SIKM) maupun surat keterangan bebas COVID-19.

Ketatnya nanti pas malam takbiran. Kalau sekarang berangkat pukul 24.00 gini enak. Masa iya polisi berdiri dari pagi sampai malam. Ini saya nggak cari-cari info jalan, bablas saja."

Setiap penumpang dikenai tarif sekali jalan sebesar Rp 450-500 ribu. Tarif itu naik dua kali lipat dari hari-hari biasanya untuk rute Jakarta-Cirebon. Sang sopir bilang ongkos itu baru dibayarkan penumpang apabila sudah sampai di tujuan. Tak lupa, ia memberi informasi keberangkatan dilakukan selepas Isya. Titik penjemputan pun disepakati di Grand Kota Bintang.

Namun penjemputan tak dilakukan sesuai yang kesepakatan. Satu-dua jam dinanti, mobil travel yang diorder tak kunjung tampak. Di lain pihak, sopir tak merespons dengan cepat setiap kali ditanya tentang posisinya. Ia hanya menjelaskan sedang menjemput penumpang yang lain lebih dahulu. Penumpang yang dijemput itu berada di Cimanggis, Depok, dan Jatiwarna, Bekasi.

“Iya, Bang, pukul 24.00 WIB, deh, Bang. Ini baru mau meluncur ke sana. Nggak bisa gradak-gruduk juga sih, Bang. Kita kan sambil lihat sikon juga, keadaan,” kata sopir saat dimintai konfirmasi pukul 23.00 WIB.

Akhirnya, sekitar pukul 00.15 WIB, Kamis, 7 Mei 2021, sebuah pesan WhatsApp masuk dari sopir travel. Ia mengabarkan sudah tiba di Grand Kota Bintang dan menunggu di lapangan parkir sebuah gerai makanan cepat saji. detikX, yang sebelumnya nyaris putus asa karena menunggu lima jam lamanya, pun segera berjalan ke lokasi yang disebutkan.

Jangan dibayangkan kendaraan yang digunakan pada malam itu adalah mobil minibus yang biasa dipakai untuk angkutan travel antarkota. Perjalanan ke Cirebon dilakukan dengan mobil pribadi Toyota Innova berpelat daerah setempat, E . Di dalam mobil multi-purpose vehicle tujuh kursi itu sudah ada empat penumpang berikut dengan barang bawaan mereka. Sementara itu, sopir membawa satu kernet, yang duduk di jok depan. Penuhnya mobil itu tentu sangat berisiko bagi penularan COVID-19.

Suasana di dalam travel gelap pengangkut pemudik saat melintas di tol Jakarta-Cikampek
Foto: dok. detikX

Tepat pukul 00.30 WIB, perjalanan dimulai dengan mobil menyusuri Jalan Kalimalang menuju pintu tol Bekasi Barat. detikX sempat iseng bertanya kepada sopir kenapa menggunakan mobil pribadi untuk menarik penumpang. Ia menjawab penggunaan mobil pribadi yang tergolong mobil premium itu dapat membuat potensi disetop oleh petugas kian kecil. Namun ia tak menjelaskan lebih lanjut mengapa bisa seperti itu.

“Kalau Avanza, Gran Max, Luxio gitu sudah pasti dicek, terus disuruh putar balik. Belum lagi ini ada stiker mitra Polri. Ya, mudah-mudahan aman sampai tujuan,” ucap sopir itu sambil menunjuk ke arah kaca depan mobil itu. Ia menambahkan, mobilnya tersebut juga nyaman dinaiki para penumpang. Karena itu, menurutnya, penumpang akan rela bila harus membayar lebih mahal untuk bisa sampai di kampung halaman.

Pada pukul 00.40 WIB, mobil memasuki pintu tol Bekasi Barat menuju Cirebon. Situasi Jalan Tol Jakarta-Cikampek cukup lengang. Namun, menjelang Km-31, terlihat antrean mobil mulai mengular karena ada pos penyekatan. Tanpa berpikir panjang lagi, sopir mobil berwarna hitam itu langsung mengambil paling jalur kiri dan mengarahkan mobil ke luar pintu Tol Cikarang Utara.

Mobil memasuki kawasan Industri Jababeka untuk menuju jalur Pantai Utara lama di Jalan Inspeksi Kalimalang. Jantung para penumpang sempat dibikin dag-dig-dug ketika mobil berjumpa dengan pos penyekatan yang berada di jalur tersebut. Rombongan sempat melihat beberapa petugas yang tengah berjaga-jaga. Namun tak satu pun dari petugas itu yang menghentikan dan melakukan pemeriksaan perjalanan. Mobil pun lolos dengan mudah.

Menurut sopir, berdasarkan pengalaman larangan mudik tahun lalu, pos penyekatan belum terlalu ketat dibanding menjelang malam takbiran nanti. “Ketatnya nanti pas malam takbiran. Kalau sekarang berangkat pukul 24.00 gini enak. Masa iya polisi berdiri dari pagi sampai malam. Ini saya nggak cari-cari info jalan, bablas saja. Ya, paling puter balik, terus cari jalan lagi. Pasti ada jalanlah buat sampai ke tujuan,” ucap sopir yang sejak awal memang sangat santai menempuh perjalanan terlarang.

Angkutan gelap yang diamankan oleh polisi di Jakarta
Foto: Agung Pambudhy/detikcom

Setelah ia melontarkan kalimat bernada percaya diri tersebut, telepon selulernya menjerit-jerit. Ia rupanya dihubungi oleh seseorang dan memintanya menjemput dua penumpang di kawasan Jababeka. Sopir itu pun menyanggupi. Astaga.... Mobil tersebut masih akan dimuati lagi oleh dua pemudik. Dan benar saja, dua remaja kemudian naik ke mobil. Alhasil, tujuh penumpang harus duduk berdesak-desakan di kursi belakang.

Pada pukul 02.30 WIB, perjalanan dilanjutkan. Dari kawasan Jababeka, diri hari itu mobil masuk kembali ke Jalan Tol Jakarta-Cikampek di gardu Tol Karawang Barat. Perjalanan dari Karawang Barat hingga gerbang Tol Cikampek Utama relatif lancar tanpa hambatan berarti. Walau bertemu beberapa pos pengamanan, tak terlihat satu pun petugas yang berjaga.

Jarum jam menunjukkan pukul 03.30 WIB ketika mobil melaju melalui Tol Cikampek-Palimanan (Cipali). Lalu mobil kembali keluar tol di gardu Tol Cikedung menuju Indramayu untuk menurunkan tiga penumpang. Pukul 04.00 WIB, mobil melanjutkan perjalanan menuju Cirebon melalui jalur Pantura. Dalam perjalanan Indramayu hingga Cirebon, dua-tiga pos penyekatan dilalui, namun tak satu pun petugas yang berjaga di pos tersebut.

Sekitar pukul 06.15 WIB mobil masuk wilayah Kota Cirebon. Sebelum memasuki Kota Cirebon, mobil sempat melintasi satu pos gabungan penyekatan, yaitu di Rawagatel, Arjawinangun. Tapi petugas yang tengah berjaga saat itu tak melakukan apa-apa ketika mobil melintas. Menurut sopir, itu karena mobilnya berpelat nomor daerah setempat. Akhirnya, semua penumpang yang tersisa pun diantar menuju tujuan masing-masing.

Perjalanan malam itu membuktikan masih banyaknya perantau yang mudik walau pemerintah melarang demi mencegah penularan COVID-19. Warga maupun angkutan umum mencari celah dengan memanfaatkan kelengahan petugas. Sementara itu, Mabes Polri menyatakan sepanjang hari pertama pelarangan mudik telah memutarbalikkan 23 ribu kendaraan dan menindak 75 travel gelap.

Mobil pribadi yang difungsikan sebagai travel gelap tertangkap di Cianjur
Foto: Dok Polres Cianjur

Banyak akal-akalan sopir travel gelap dilakukan untuk sukses membawa pulang penumpangnya ke kampung halaman. Banyak yang berhasil, dan tidak sedikit yang gagal alias diputarbalikkan dan armadanya dikandangkan polisi. Salah satunya, bila diputarbalikkan petugas, mereka akan menunggu sampai petugas penyekatan selesai bertugas. Seorang sopir travel gelap lainnya mengakui hal itu. “Kalau saya menunggu sampai tidak ada petugas penyekatan. Misalnya diminta putar balik, saya putar dulu sambil menunggu pemeriksaan rampung. Kan penyekatan tidak sampai 24 jam,” kata Afrizal, 32 tahun.

Beda lagi dengan Oky Orlandi, pemilik Goedang Transport, yang sempat menjadi sopir travel gelap. Dia pernah menyewa truk towing untuk mengelabui petugas penyekatan. Selain itu, harus pintar-pintar mengatur waktu perjalanan dan menghindari rawan penyekatan oleh petugas. “Harus ngepasin jam-jam rawan, misalnya angkutan dari Jakarta harus lewat Cikarang maksimal jam 6 sore waktu buka puasa. Kalau nggak, harus exit tol dulu, baru masuk lagi,” tutur Oky.

Para sopir travel gelap mengaku terpaksa melakukan itu karena, selama pelarangan mudik, jasa sewa mobil tidak ada pemasukan. Padahal uang operasional yang masuk dari bisnis travel banyak digunakan untuk membayar cicilan mobil yang disewakan. “Ya terpaksa karena larangan mudik tidak ada yang menyewa  sama sekali, padahal pengeluaran tetap ada. Jadi mencari pendapatan dari travel ini,” pungkas Oky.


Reporter: Syailendra Hafiz Wiratama
Redaktur: M Rizal Maslan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE