Ilustrasi : Edi Wahyono
Putra sulung Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka, belakangan ini menjadi kutu buku. Adalah empat buku pemberian Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri pada 24 Oktober 2019 lalu yang menyita perhatian Gibran. Empat buku itu adalah karangan Presiden Sukarno: Indonesia Menggugat, Mencapai Indonesia Merdeka, Lahirnya Pancasila, dan Membangun Tatanan Dunia yang Baru. “Belajar sedikit-sedikit, termasuk buku yang diberikan Bu Mega,” kata Gibran.
Menurut Gibran, keempat buku itu terbilang berat dan kompleks. Untuk mendalami gagasan-gagasan Bung Karno yang tertuang dalam buku-buku itu perlu dibantu diskusi bersama orang yang sudah ‘ngelotok’. “Selesai baca buku, belum tentu paham isinya,” kata Gibran. Namun, Gibran tetap berusaha membedah isi buku-buku itu demi sukses menjalani fit and proper test bakal calon wali kota Solo yang akan digelar oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Jawa Tengah di Semarang pada Sabtu, 21 Desember 2019.
Seperti diketahui, Gibran makin serius mencalonkan diri sebagai wali kota Solo pada Pilkada Solo 2020 mendatang. Kamis pekan lalu, Gibran menyerahkan berkas pendaftaran ke DPD PDIP Jateng. Saat mendaftar, Gibran di antarkan bukan oleh para fungsionaris dan kader PDIP, namun paling banyak oleh relawan GIbran. Sebelumnya, Gibran terlambat mendaftar melalui Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Solo. PDIP Solo sendiri sudah menjalankan mekanisme penjaringan cawali-cawawali Kota Solo hingga kemudian menyerahkan pasangan Achmad Purnomo-Teguh Prakosa ke DPP PDIP untuk mendapatkan rekomendasi.
Gibran Rakabuming Raka
Foto : Bayu Ardi Isnanto/detikcom
Tapi kalau hanya menggunakan faktor Jokowi saja tidak cukup, karena pemilih di sana bukan hanya usia muda, tapi banyak usia dewasa yang lebih rasional dalam memilih. Selama faktor emosi lebih dominan ketimbang faktor kompetensinya dia tidak akan melampaui Pak Purnomo."
Di Medan, menantu Jokowi, Bobby Afif Nasution, juga makin menunjukkan niatnya maju dalam pemilihan wali kota Medan. Sempat diisukan mendaftar melalui Partai Nasional Demokrat Sumut, Bobby menyerahkan formulir pendaftaran kepada PDIP dan terakhir Partai Golkar Sumatera Utara pekan lalu. "Saya mengembalikan ini, formulir, mengembalikan ke rumah keluarga, karena ada keluarga di sini (Partai Golkar)," kata Bobby.
Namun, hasil survei Median yang dilansir pada Senin, 16 Desember 2019, menunjukkan tingkat popularitas Gibran masih berada di bawah Purnomo yang merupakan Wakil Wali Kota Solo saat ini. Begitu juga dengan tingkat elektabilitas, Gibran masih di nomor dua membuntuti Purnomo. "(Popularitas) Achmad Purnomo 94,5 persen, Gibran Rakabuming 82,3 persen, Teguh Prakosa 50,0 persen," kata Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun.
Adapun mengenai tingkat elektabilitas, Purnomo memperoleh angka 45,0 persen, Gibran 24,5 persen, dan di urutan ketiga ada Budi Prasetyo dengan raihan angka 7,3 persen. Survei itu sendiri melibatkan 800 responden dengan margin of error +/- 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi kecamatan dan gender. Survei dilakukan dari tanggal 3-9 Desember 2019. Selain ketiganya, ada 15 kandidat walikota lain yang disurvei.
Lebih lanjut Rico mengatakan, warga Solo yang menjatuhkan pilihannya kepada Gibran masih karena faktor emosional, yaitu karena Gibran merupakan representasi tokoh muda. Selain itu, yang tidak bisa dipungkiri, karena Gibran adalah anak Presiden Jokowi. Sebaliknya, menurut Rico, warga Solo banyak yang memilih Purnomo karena mempertimbangkan faktor rasionalitas. Warga yang berusia di atas 30 tahun memilih Purnomo selaku calon petahana karena berpengalaman.
Karena itu, Rico melihat Gibran tak cukup hanya mengandalkan sosok Jokowi untuk bisa menang dalam ajang Pilwalkot Solo tahun depan. "Tapi kalau hanya menggunakan faktor Jokowi saja tidak cukup, karena pemilih di sana bukan hanya usia muda, tapi banyak usia dewasa yang lebih rasional dalam memilih. Selama faktor emosi lebih dominan ketimbang faktor kompetensinya dia tidak akan melampaui Pak Purnomo," terangnya.
Rico Marbun, Direktur Eksekutif Median
Foto : Ari Saputra/detikcom
Namun, yang ‘menguntungkan’ buat Gibran, mayoritas responden dalam survei Median menyatakan tidak setuju jika majunya Gibran dianggap sebagai dinasti politik, yakni sebesar 55,5 persen responden. Setidaknya ada tiga alasan yang mendasarinya. Pertama, mereka berharap Gibran jadi seperti Jokowi (41,3 persen). Kedua mereka menganggap Gibran Rakabuming masih muda (19,4 persen), dan yang ketiga soal keyakinan Gibran bakal membawa perubahan bagi Solo (14,7 persen).
Di level pemilih PDIP, lanjut Rico, umumnya terbelah menyikapi rivalitas antara Gibran dan Purnomo. Purnomo didukung oleh 43,7 persen responden sedangkan Gibran 36,7 persen. Seorang sumber detikX di DPRD Solo juga menyebutkan, sikap anggota Fraksi PDIP sebagai pemilik kursi mayoritas di DPRD juga masih terbelah menanggapi pencalonan Gibran. Ada yang mendukung Purnomo, mendukung Gibran, tapi dan pula yang memilih menunggu hasil rekomendasi DPP PDIP.
Menanggapi hasil survei Median tersebut, Gibran tak mempermasalahkan. Hasil survei itu, kata dia, justru melecut dirinya untuk bekerja lebih keras lagi. "Artinya saya harus lebih bekerja keras lagi. Baru mulai, baru mendaftar, tidak apa-apa. Modalnya sudah lumayan, to," katanya. Ia juga mengaku mempunyai tim yang melakukan survei secara internal, namun hasilnya tidak pernah dipublikasikan.
Sebelumnya, relawan Gibran, Antonius Yogo Wibowo mengatakan, dari hasil blusukan relawan ke warga Solo, diketahui hampir sebagian besar warga Solo mengenal Gibran sebagai putra Jokowi. Mereka juga mengetahui bahwa Gibran hendak maju menjadi calon walikota Solo. Namun masih banyak penduduk kota batik yang mempertanyakan keseriusan Gibran terjun ke dunia politik. Karena itulah dirinya dan relawan Gibran lainnya bertugas meyakinkan warga Solo terkait niat Gibran itu.
Sampai saat ini setidaknya ada 24 simpul relawan di Solo yang blusukan untuk menyosialisasikan langkah politik Gibran berikut dengan visi misinya. Umumnya mereka yang sekarang bergelut sebagai relawan Gibran adalah yang pada Pilpres 2019 lalu menjadi relawan capres-cawapres Jokowi-Ma’ruf Amin. “Misalnya saya dan teman-teman di relawan Pak Jokowi, Bara JP Solo, saya ketuanya. Sekarang berubah menjadi Bara JP 4 G,” ujar politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Solo itu.
Lalu bagaimana dengan Bobby? Hingga kini belum ada lembaga survei yang memetakan tingkat popularitas dan elektabilitas suami putri Jokowi, Kahiyang Ayu, tersebut. Namun yang pasti Bobby juga bakal disokong penuh oleh para relawan Jokowi di Pilpres 2019 lalu. Para relawan yang tergabung dalam Relawan Indonesia Kerja (RIK) Sumut 01 itu tinggal menunggu arahan Jokowi untuk memenangkan Bobby.
Menantu Presiden Joko Widodo, Bobby Afif Nasution saat mengembalikan berkas formulir pendaftaran pencalonan sebagai bakal calon Wali Kota Medan di DPD Partai Golkar Medan, Sumatera Utara, Jumat (13/12/2019).
Foto : Septianda Perdana/ANTARA FOTO
“Kalau kami sebenarnya belum dapat sinyal. Biasanya pembawa pesan dari Pak Jokowi ini ada. Manakala nanti pembawa pesan ini menyatakan memang Bobby diizinkan untuk kami endorse oleh Pak Jokowi, maka kami akan bekerja keras untuk memenangkan dia. Tapi sampai saat ini kami belum mendapatkan sinyal tersebut,” ungkap Ketua Relawan Indonesia Kerja (RIK) Sumut 01, Sahat Simatupang kepada detikX, Selasa, 17 Desember 2019.
Sahat mengakui Bobby masih minim pengalaman di pemerintahan dan birokrasi. Artinya, pendamping Bobby nanti harus mengetahui betul seluk-beluk birokrasi di Kota Medan yang memiliki 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. “Kami melihat pilihan Bobby ada dua untuk memenangkan pemilihan wali kota ini. Pertama dari kalangan nasrani Kristen, kedua Islam moderat. Kami belum menyebut nama, tapi itu kriterianya,” ujar Sahat.
Ia menjelaskan, niat Bobby mencalonkan diri sebagai wali kota Medan sudah dipantau sejak April. Bobby diminta lebih intens menemui masyarakat. Sebab, dalam pengamatan Sahat, sampai sekarang ini elektabilitas Bobby masih belum baik dibanding dengan Plt Wali Kota yang juga kader PDIP, Akhyar Nasution. Akhyar diperkirakan bakal mencalonkan diri sebagai wali kota Medan berikutnya. “Jadi untuk itu, dia (Bobby) harus perlu turun ke bawah,” pungkas Sahat.
Reporter: Syailendra Hafiz Wiratama
Redaktur: M. Rizal Maslan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban