Ilustrasi: Edi Wahyono
Aso Sumantri saban hari bekerja membersihkan area Monumen Nasional (Monas) bersama sejumlah rekannya yang tergabung dalam Unit Pengelola Teknis Monas. Begitu juga pada Selasa, 3 Desember 2019. Sejak pagi, Aso dan sejumlah petugas kebersihan datang untuk menyapu beberapa titik di kawasan Monas.
Bukan hanya pasukan bersih-bersih seperti Aso dkk, bila pagi datang, kawasan Monas selalu dipenuhi warga yang berolahraga. Biasanya mereka para karyawan dari sejumlah perkantoran di dekat Monas. Juga para prajurit TNI yang bertugas di Markas Besar Angkatan Darat (Mabes AD), Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Polisi Militer Angkatan Darat (Pomad), dan Komando Garnisun Tetap 1/Jakarta.
Selasa pagi itu, Aso melihat sejumlah personel TNI berpakaian kaus hitam dan celana pendek hitam tengah berolahraga. Saat para prajurit itu hendak melaksanakan kegiatannya, Aso tengah sibuk membersihkan area di sekitar taman sebelah utara Monas. Tepat pukul 07.15 WIB, tiba-tiba terdengar suara ledakan. Duarrrrr…!!!
Korban ledakan granat asap terjadi di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2019).
Foto: Istimewa
Granat asap itu kan bisa dimiliki anggota kita, seperti pasukan Dalmas dan lain-lain. Mungkin bisa tertinggal atau lainnya. Kita belum tahu asalnya dari mana. Kita akan dalami nanti setelah ini.”
Dilihatnya, satu anggota TNI terkapar di taman dekat pagar pembatas kawasan Monas atau tepat di seberang kantor Kementerian Dalam Negeri, yang juga tak jauh dari gedung Mahkamah Agung, Mabes AD, dan kurang dari 1 km dari Istana Merdeka di Jalan Medan Merdeka Utara. Satu anggota TNI lainnya terluka dan langsung bangkit menolong temannya yang terluka parah. Aso celingak-celinguk tak tahu apa yang sedang terjadi.
Suara ledakan itu juga mengagetkan Maryati, 60 tahun, yang sedang menyapu halaman gedung MA. “Astaghfirullah…!” ucap Maryati sambil menutup kupingnya yang mendenging akibat terpapar suara ledakan. Sejurus kemudian, seorang satpam di gedung menyuruhnya lari meninggalkan lokasi. “Satpam lari, ‘Bom, Bu, bom...’ Saya nggak kepikiran ada ke situ (ada ledakan bom). Saya nyapu saja lagi,” terang Maryati.
Suara ledakan bahkan terdengar keras hingga parkiran di basement gedung MA. Seorang saksi yang tengah berada di parkiran itu, Iwan Ridwan, menuturkan suara ledakan pagi itu hampir mirip suara ban kendaraan mobil yang meletus. “Sampai (terdengar). Sampai sini ruangan bawah depan, kalau bagian belakang nggak,” kata Iwan.
Video rekaman seputar ledakan itu menyebar cepat melalui pesan berantai WhatsApp. Bahkan saat itu dikabarkan anggota TNI menjadi korban ledakan handphone. Satu jam kemudian, diketahui identitas dua prajurt TNI yang terluka akibat ledakan itu, yaitu Sersan Mayor (Serma) Fajar Arisworo dan Prajurit Kepala (Praka) Gunawan Yusuf. Keduanya merupakan personel di Satuan Pemakaman dari Komando Garnisun Tetap 1/Jakarta. Keduanya bersama sejumlah rekan-rekan dari kesatuannya tengah melaksanakan olahraga rutin setiap hari selasa.
Pergelangan tangan Fajar putus akibat ledakan itu. Ia juga mengalami luka bakar pada bagian dada hingga leher serta luka pada paha dan kakinya. Sedangkan Gunawan mengalami luka ringan pada paha kakinya. Gunawan sempat berlari meminta tolong kepada rekan-rekannya. Keduanya lalu dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jalan Abdul Rahman Saleh, Senen, Jakarta Pusat.
Tak berapa lama, polisi datang ke lokasi, termasuk Tim Gegana dan tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak). Tim dari TNI juga datang membantu penyelidikan. Kepala Polda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono dan Panglima Kodam Jaya, Mayjen TNI Eko Margiyono juga tampak meninjau TKP. Bahkan juru bicara Presiden Joko Widodo, Fadjroel Rachman, berinisiatif melihat situasi karena saat itu Presiden masih dalam perjalanan menuju Istana.
Polisi olah TKP ledakan di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2019).
Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
Dari hasil penyelidikan sementara, Fajar dan Gunawan merupakan korban ledakan granat yang ditemukan di pojok taman bagian utara Monas. Keduanya saat itu melihat bungkusan plastik mencurigakan. Fajar mengambil bungkusan itu, tapi tiba-tiba bungkusan tersebut meletup dan melukai dirinya. Polisi menyimpulkan ledakan itu berasal dari granat asap. “Sementara hasil temuan tim lapangan adalah granat asap,” ungkap Gatot Eddy saat memberikan keterangan pers di Monas. Eko Margiyono pun membenarkan ucapan Gatot Eddy bahwa ledakan berasal dari granat asap. “Dugaan ini adalah akibat granat asap. Kita masih mencari informasi lebih lanjut. Kami hanya ingin menyampaikan kepada publik bahwa ini bukan sesuatu yang luar biasa,” imbuh Eko.
Gatot dan Eko meminta masyarakat tetap tenang dan tidak membesar-besarkan kejadian itu. Bahkan Eko meminta kepada masyarakat tidak memviralkan video rekaman korban prajuritnya yang terluka. Sebab, menurutnya, Fajar dan Gunawan saat ini dalam kondisi masih hidup. “Tidak perlu diviralkan, korban masih hidup karena masih duduk dan bicara,” ucap Eko.
Sementara itu, polisi masih menyelidiki lebih jauh lagi terkait kenapa sampai ada granat asap di lokasi itu. Gatot Eddy tak mau berandai-andai, apalagi ketika ditanya apakah keberadaan granat asap itu akan digunakan sebagai penangkal aksi terorisme. Terlebih sehari sebelumnya ada polisi juga melakukan pengamanan Reuni 212. Apakah granat asap itu milik aparat keamanan yang berjaga-jaga saat itu atau bukan, semua masih dipastikan.
Dugaan sementara, granat asap bisa dimiliki anggota pasukan Pengendali Massa (Dalmas) yang tertinggal. Namun dugaan itu masih akan diselidiki lebih mendalam oleh polisi. “Granat asap itu kan bisa dimiliki anggota kita, seperti pasukan Dalmas dan lain-lain. Mungkin bisa tertinggal atau lainnya. Kita belum tahu asalnya dari mana. Kita akan dalami nanti setelah ini,” kata Gatot Eddy.
Granat asap memang biasa dipakai oleh Polri dan TNI dalam tugasnya. Kegunaan granat asap sendiri sebagai penanda lokasi atau dalam operasi militer untuk menghalangi pandangan musuh sehingga sulit dilihat. Ledakan yang dihasilkan granat jenis ini hanya berupa asap, walau dalam kondisi tertentu bisa melukai penggunanya bila ceroboh.
Ledakan yang terjadi kawasan Monas, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2019), menyebabkan dua prajurit TNI terluka.
Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
Granat ini berbeda juga dengan granat kejut (flashbang) atau bahkan granat serpih atau yang dikenal dengan granat nanas/manggis. Granat serpih/nanas memang paling berbahaya dan mematikan. Granat jenis ini biasa digunakan operasi tempur militer, karena memang dibuat untuk melukai musuhnya.
Meledaknya granat asap di Monas, jika benar, menjadi tanda tanya tersendiri. Dalam akun Instagram-nya, Letjen (Purn) Johannes Suryo Prabowo mengatakan granat asap tidaklah meledak, melainkan hanya mengeluarkan asap. Mantan Kepala Staf Umum (Kasum) TNI itu mengunggah video prajurit militer asing tengah memegang granat asap. Granat asap sering dipakai penerjun sebagai penanda dengan asap warna-warni yang dikeluarkan.
"Nah, yang bisa putus (tangan) kalau itu granat pastinya bukan granat asap. Kalau granat asap tidak ada ledakan. Dan kalau granat asap itu harusnya ada bekasnya, maksud saya kontainernya itu. Ya, katakan lah kaya Baygon kan ada sisanya. Kalau tidak meledak ada sisanya. Kalau meledak pasti granat ledak atau granat petasan," kata Suryo Prabowo.
Hingga kini polisi juga masih menunggu untuk meminta keterangan kepada Serma Fajar dan Praka Gunawan, yang tengah dirawat di RSPAD Gatot Soebroto. Sampai saat ini kondisi keduanya dikabarkan membaik. Hanya, untuk dimintai keterangan lebih lanjut, menunggu izin dari tim dokter yang merawatnya. “Sekarang sih perawatan intensif di RSPAD. Berbicaranya sudah lancar, tapi belum boleh dimintai keterangan dulu sama dokter,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus.
Reporter: Syailendra Hafiz Wiratama
Redaktur: M. Rizal Maslan
Desainer: Luthfy Syahban