Prabowo di acara Kongres V PDIP di Sanur, Bali
Foto: Nyoman Budhiana/Antara Foto
Langkah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sepertinya semakin dekat dengan kekuasaan. Setelah bertarung sengit melawan pasangan petahana Joko Widodo-Ma’ruf Amin, saat ini Prabowo semakin akrab dengan Jokowi serta partai pendukungnya.
Hal tersebut terlihat dengan hadirnya Prabowo pada pembukaan Kongres V PDIP di Bali pekan lalu. Bukan itu saja. Dalam kesempatan itu, Prabowo juga sempat berkumpul dengan pimpinan parpol koalisi bersama Jokowi di salah satu ruangan sekitar Kongres berlangsung.
Berbaurnya Prabowo dengan koalisi Jokowi itu terjadi pada Kamis, 8 Agustus 2019. Adalah Ketua Umum PKPI Diaz Hendropriyono yang membagikan momen tersebut melalui akun Facebook-nya. Dalam salah satu ruangan di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur, Denpasar, Bali, itu, tampak para petinggi partai koalisi Jokowi-Ma’ruf tengah berbincang.
Para petinggi itu di antaranya Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Plt Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, Ketua Umum NasDem Surya Paloh, dan Ketua Dewan Kehormatan Golkar Akbar Tandjung, serta Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani. Kemudian Diaz dan ayahnya, Hendropriyono, Sekjen PKB Hanif Dhakiri, Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Ketua DPR Bambang Soesatyo, dan Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang. Selain itu, ada Kepala BIN Budi Gunawan dan Ma'ruf Amin.
Banyak pihak berspekulasi momen tersebut bakal berujung dengan bergabungnya Gerindra ke koalisi Jokowi. Apalagi, saat ditanya wartawan, Jokowi seakan mengisyaratkan spekulasi tersebut dengan mengatakan adanya peluang mantan rivalnya itu bergabung ke koalisinya. "Ya, politik itu kan semua serba-mungkin,” kata Jokowi.
Megawati dan Prabowo di Jalan Teuku Umar, Jakarta
Foto: Grandyos Zafna/detikcom
Merapatnya Prabowo ke PDI Perjuangan disebut lantaran Prabowo sudah mengenal dekat Megawati. Keduanya berduet pada Pilpres 2009. “Kenapa PDI Perjuangan sangat nyaman dengan Gerindra? Pertama, karena mereka teman lama. Sudah pernah berkoalisi dan sudah pernah berjanji mengusung orang yang sama. Dan orang-orangnya pun belum berbeda, masih prabowo dan Megawati,” kata pengamat politik Hendri Satrio kepada detikX pekan lalu.
Sementara itu, bagi Megawati, sambung Hendri, sosok Prabowo dianggap punya komitmen. Sikap inilah yang membuat Megawati lebih nyaman dengan Prabowo ketimbang ketum parpol yang lain, seperti Surya Paloh. “Jadi memang yang paling enak itu dan yang paling bisa komitmen ya dengan Gerindra. Dan ternyata kader PDI Perjuangan kalau kita lihat di Bali kemarin menerima dengan baik. Posisi duduk Prabowo di Kongres kemarin terbaik itu di depan, di dekat Jokowi. Ketum parpol yang lain malah di sebelahnya,” imbuh Hendri.
Bukan tidak mungkin ‘CLBK’ Megawati-Prabowo bisa mengegolkan perjanjian Batu Tulis yang tertunda. Dengan kata lain, perjanjian tersebut akan terealisasi pada 2024. Perjanjian Batu Tulis diteken Prabowo dan Megawati menjelang Pilpres 2009. Isinya antara lain Megawati bakal mendukung Prabowo pada Pilpres 2014. Namun, pada akhirnya, PDI Perjuangan justru mengusung Jokowi pada Pilpres 2014 dan berlanjut ke Pilpres 2019.
“Jadi jangan-jangan Batu Tulis itu dimundurin saja, bukan 2014, tapi 2024. Siapa pun nanti yang didorong PDI Perjuangan, siapa pun nanti yang didorong Gerindra. Dan Megawati kemarin sudah kasih sinyal-sinyal. Misalnya dia ngomongin presiden perempuan. Kan ada tiga perempuan yang terafiliasi PDI Perjuangan saat ini, yaitu Puan, Susi Pudjiastuti, dan Tri Rismaharini,” cetus Hendri.
Prediksi keakraban Megawati-Prabowo bakal berbuah jalan bersama pada 2024 juga disampaikan politikus Gerindra Hendarsam Marantoko. "Prabowo datang ke Kongres PDI Perjuangan, tampaknya poros TK (Teuku Umar-Kertanegara) akan terbentuk secara alamiah," kata Hendarsam, yang menjabat Wakil Ketua Bidang Advokasi DPP Gerindra.
Hendri Satrio
Foto: dok. Istimewa
Hendarsam menyoroti kehangatan yang ditunjukkan Megawati, juga Jokowi, kepada Prabowo selama Kongres partai banteng moncong putih berlangsung. Dia memandang tiga orang tersebut punya semangat sama dalam membangun bangsa. "Kehangatan yang diperlihatkan oleh Ibu Megawati dan Pak Jokowi kepada Pak Prabowo menyiratkan adanya semangat yang jelas dari tiga tokoh politik paling sentral di Indonesia untuk bersama-sama membangun bangsa (di dalam ataupun di luar pemerintahan)," katanya.
Dengan poros Teuku Umar-Kertanegara itu, Hendarsam menyebut para pendukung akar rumput kedua belah pihak bisa makin akur. Menurutnya, Prabowo, Jokowi, dan Megawati sama-sama berkeinginan selalu menjaga keutuhan NKRI. "Poros TK akan menular kepada grass root dan berimbas pada merekatnya kembali hubungan para pendukung dan memang itulah agenda besar dari ketiga tokoh tersebut untuk menjaga keutuhan NKRI," ucapnya.
Pandangan serupa dikatakan politikus PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari. Menurutnya, kedua partai sama-sama partai nasionalis. "Semoga ke depan hubungan makin erat, saling menguatkan melalui hubungan personal kedua ketum, karena platform kedua partai sama, yaitu nasionalis-Pancasila. Dan semoga hal ini jadi landasan proyek nation and character building yang harus dilanjutkan demi kemajuan dan kokohnya NKRI,” katanya.
Meski begitu, anggota Dewan Pembina Gerindra, Rachmawati Soekarnoputri, menegaskan harapannya agar Gerindra tetap menjadi oposisi. Oposisi dinilai tepat untuk membantu mengoreksi jalannya pemerintahan. “Saya sampai saat ini sebagai anggota Dewan Pembina sering mengatakan kita sebaiknya di luar sistem karena justru kita ini akan memperbaiki sistem. Saya selalu mengatakan sejak awal Gerindra sudah memposisikan diri sebagai antitesis dari sistem sekarang," ujar Rachmawati, Senin, 12 Agustus.
Prabowo dan Jokowi di MRT
Foto: Ari Saputra/detikcom
Bagi Rachmawati, pertemuan Prabowo dengan Jokowi merupakan hal yang wajar. Tapi soal keputusan politik, adik Megawati itu menyebut pertimbangannya harus dilakukan matang. "Di dalam kita mengambil sikap politik itu juga nggak gampang-gampang banget ya, harus dibahas, harus dipikirkan secara komprehensif, baik manfaat maupun apa nanti mudaratnya. Jadi nggak gampang mau mengatakan nanti mau merapat, kita akan lihat ke depan," katanya.
Reporter: Ibad Durohman
Redaktur: Deden Gunawan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim