Ilustrasi: Edi Wahyono
Satu jam lamanya Prabowo Subianto duduk menunggu di kediaman Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Saat itu bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri pada 2013. Prabowo bermaksud melakukan silaturahmi ke rumah Megawati. Empat tahun sebelumnya, keduanya berduet dalam Pemilihan Presiden 2009.
Namun, tunggu punya tunggu, sang empunya rumah tak kunjung keluar untuk menemui Prabowo. Akhirnya Prabowo memutuskan balik kanan. “Saya datang Idul Fitri. Tetapi dilaporkan atau tidak, beliau tidak keluar. Setelah saya menunggu cukup lama, hampir satu jam, (tuan rumah) tidak keluar, saya pulang," kata Prabowo saat menceritakan kembali kunjungannya ke Teuku Umar itu kepada detikcom pada akhir Maret 2014.
Gagal bertemu dengan Megawati, Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu tak lantas berputus asa. Ia terus meminta kesempatan untuk dapat berbicara dengan Megawati. Namun Ketua Umum PDI Perjuangan itu tetap belum bersedia menerimanya. “Tidak apa-apa,” begitu Prabowo menanggapi sikap Megawati.
Jaga jarak yang dilakukan Megawati akhirnya terjawab dengan pencalonan Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden oleh PDI Perjuangan pada 14 Maret 2014. Keputusan Megawati itu membuahkan kekecewaan cukup dalam bagi Prabowo dan partainya. Sebab, Megawati sebelumnya meneken kesepakatan bersama Prabowo ketika hendak berduet pada Pilpres 2009.
Prabowo memuji nasi goreng dan bakwan buatan Megawati
Foto: dok. PDIP
Katakanlah, 'Mas Bowo, kondisi politik bisa berubah. Saya dapat desakan dari bawah, saya harus mencalonkan orang lain. Mohon pengertiannya."
Dalam kesepakatan politik yang dikenal dengan nama Perjanjian Batu Tulis itu, khususnya pada butir terakhir atau ketujuh, disebutkan Megawati bakal mendukung Prabowo sebagai capres pada Pilpres 2014. Poin kesepakatan lainnya adalah pendanaan kampanye Pilpres 2009 ditanggung bersama dengan porsi masing-masing 50 persen. Juga pembagian tugas jika Megawati dan Prabowo terpilih menjadi presiden dan wapres, yakni Prabowo mengurusi bidang ekonomi.
Perjanjian Batu Tulis diumbar ke publik oleh elite-elite Gerindra pada saat itu. Namun nyatanya tak bisa mengubah keputusan Megawati dan PDI Perjuangan. Setelah penetapan Jokowi menjadi capres PDI Perjuangan, perang dingin kubu Prabowo dan Jokowi terus berlanjut. Dalam kampanyenya, Prabowo terus menyerukan capres boneka, yang merujuk pada lawannya. Kubu Jokowi juga mulai mengungkit masa lalu Prabowo.
Prabowo merasa telah disepelekan dan keberadaannya seperti dianggap tidak ada. Sebenarnya Prabowo hanya berharap diajak bicara oleh Megawati. Seandainya dia ‘dipamiti’, tentu saja situasi politik tak membuat keduanya terlibat dalam ketegangan. "Jadi saya merasa kenapa saya tidak diperlakukan dengan baik. Dalam arti, kalau mau berpisah, kan bisa dipanggil. Katakanlah, 'Mas Bowo, kondisi politik bisa berubah. Saya dapat desakan dari bawah, saya harus mencalonkan orang lain. Mohon pengertiannya'," ucap mantan Danjen Kopassus itu.
Namun Prabowo tetap berusaha berpikir positif terhadap putri Proklamator RI Sukarno itu. Ia menganggap Megawati mengingkari Perjanjian Batu Tulis, yang berisi dukungan terhadap dirinya, lantaran khilaf. "Saya yakin Ibu Mega dalam keadaan khilaf atau alpa ataupun mungkin tidak ada niat melecehkan saya. Saya berpikir positif. Mungkin penasihat beliau ada Sengkuni-sengkuni mengelilingi pemimpin-pemimpin kita," katanya.
Saat pengundian nomor urut capres pada 1 Juni 2014, ketika bertemu, Prabowo memberikan hormat militer kepada Megawati, menunjukkan seolah-olah perselisihan itu telah menguap. Megawati pun tersenyum melihat tindak-tanduk Prabowo. Prabowo juga beberapa kali merangkul Jokowi, yang berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK). Prabowo sendiri menggandeng Hatta Rajasa pada Pilpres 2014.
Meski akhirnya kalah dalam pertarungan, Prabowo tetap menghadiri pelantikan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober 2014. Prabowo menyalami Megawati. Megawati menyambut positif kehadiran Prabowo dan memujinya sebagai kedewasaan politik. “Ya, mereka menurut saya sebagai satu keluarga bangsa tentunya harus demikian, karena tidak terbayangkan kalau dalam proses pemilu akhirnya akan selalu diakhiri dengan seorang presiden," cetus Megawati.
Momen kebersamaan Jokowi-Prabowo-Megawati di final silat Asian Games 2018.
Foto: Grandyos Zafna/detikcom
Beberapa tahun berlalu, cerita mengenai relasi politik antara Prabowo dan Megawati kembali hadir ke hadapan publik ketika perhelatan Pilpres 2019 berlangsung. Jokowi kembali diusung oleh Megawati dan PDI Perjuangan sebagai capres berpasangan dengan mantan Ketua Majelis Ulama Ma’ruf Amin. Prabowo pun kembali menjadi penantang Jokowi, bersanding dengan Sandiaga Salahuddin Uno.
Meski kembali berseberangan secara politik, kedua tokoh itu tetap menunjukkan kehangatan. Prabowo dan Megawati, juga Jokowi dan JK, satu panggung di acara pertandingan pencak silat Asian Games, 29 Agustus 2018. Megawati bersedia datang ke Padepokan Pencak Silat itu setelah dibujuk oleh Chief de Mission (CdM) Kontingen Indonesia di Asian Games, Syafruddin, yang bilang bahwa Bung Karno juga merupakan sesepuh pencak silat.
Tahu bahwa Megawati dan para tokoh bakal hadir, Prabowo, yang juga Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia, berganti baju kebesaran pencak silat. “Bayangkan, semua hadir di sini, di saat-saat kritis ini, membangkitkan semangat untuk masyarakat pencak silat. Kita bangga bisa berperan, bisa berbuat yang terbaik untuk negara dan bangsa. Kalau sudah untuk negara dan bangsa, kita semua bersatu, tidak ada perbedaan,” ujar Prabowo.
Megawati di acara 'Megawati Bercerita' di kantor DPP PDI Perjuangan, 7 Januari 2019, mengkritik orang-orang di kubu pasangan Prabowo-Sandiaga yang selalu membenturkan dirinya dengan Prabowo. Megawati pun menegaskan tidak punya masalah dengan Prabowo. Bahkan, menurut Megawati, ada orang dekat Prabowo yang selalu menitip informasi bahwa Prabowo kangen pada nasi goreng buatannya.
"Terus ada yang selalu dekat dengan beliau, ditunggu Pak Bowo, Bu, kapan Bu Mega bikinkan nasi goreng. Tapi memang nasi goreng saya top, lo," ucap Megawati sambil menyebut bahwa Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur juga menyukai nasi goreng olahannya.
Dan, pada Rabu, 24 Juli 2019, di saat isu rekonsiliasi kubu Prabowo dan Jokowi santer berembus, nasi goreng itu benar-benar menjadi sarana cairnya hubungan Hambalang dan Teuku Umar. Megawati membuat nasi goreng dan bakwan jagung khusus untuk sang tamu yang bertandang pada siang itu. Sementara itu, Prabowo menghadiahi Megawati sebuah lukisan lawas Bung Karno sedang menaiki kuda.
Suasana pertemuan Prabowo dan Megawati di Teuku Umar, Jakpus.
Foto: dok. PDIP
Disambut dengan tangan terbuka tidak seperti enam tahun lalu, Prabowo bahkan mendapat kesempatan satu jam bertemu empat mata dengan Megawati. Sumber-sumber di partai banteng moncong putih menyebutkan Prabowo mencurahkan isi hatinya kepada Megawati. Sudah mirip curhatan adik kepada kakaknya. Awalnya Prabowo merasa sungkan berbicara. Namun, setelah didorong oleh Megawati, akhirnya Prabowo bersedia bercerita.
“Ibu (Megawati) bilang (ke Prabowo), ‘Sudah, ngomong saja.’ Tapi saya tidak tahu detailnya. Nah, Ibu itu hebatnya, dia bisa kasih solusi yang tepat. Ada way out. Makanya, setelah pertemuan, terlihat Pak Prabowo sangat happy,” kata seorang sumber elite PDI Perjuangan kepada detikX.
Sedangkan Wakil Ketua Umum Gerindra Edhy Prabowo mengungkap ada sejumlah hal yang disampaikan Prabowo dalam pertemuan empat mata itu. Pertama, mengenai kesiapan Prabowo membantu jika diminta Jokowi. Namun, di sisi lain, Prabowo juga menegaskan kesiapannya menjadi oposisi demi bangsa dan negara.
Prabowo juga menyampaikan kepada pihaknya tidak ingin menjadi pengganggu keharmonisan koalisi parpol pengusung Jokowi-Ma'ruf, mengingat banyak yang khawatir bergabungnya Gerindra hanya untuk mengincar jabatan di pemerintahan. Gerindra sudah berpengalaman 10 tahun di luar pemerintahan dan Prabowo bukan tipe pengejar jabatan.
Pada akhir pertemuan, Megawati mempersilakan Prabowo datang ke Teuku Umar kapan pun Prabowo mau. Ia juga berpesan kepada Prabowo untuk terus berkomunikasi dan berdiskusi dengannya, bahkan minta bantuannya, termasuk bantuan bila Prabowo ingin menemui Jokowi lagi. “Kalau memang harus saya diminta untuk bisa menyampaikan, saya sampaikan. Tapi kalau Mas Bowo sebaiknya menurut saya ngomong sendiri,” ujar Megawati.
Reporter: Ibad Durohman
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban