INVESTIGASI

Rusuh Aksi 22 Mei

Manuver Para Penunggang Gelap

“Sudah, sudah, dalangnya sudah diketahui. Nanti tunggu Kepolisian saja.”

Foto: Kondisi rusuh 22 Mei di Bawaslu (Lamhot Aritonang/detikcom)

Selasa 28 Mei 2019

Abraham Lunggana atau Haji Lulung bingung saat menjelang sahur Rabu dini hari, 22 Mei 2019. Suasana di Kawasan Tanah Abang terjadi kerusuhan. Suara petasan, teriakan, dan tembakan gas air mata mewarnai kawasan tersebut. Bahkan belakangan diketahui ada korban jiwa dalam aksi kerusuhan tersebut.

“Saat itu saya benar-benar kaget saat anak saya kasih tahu kalau terjadi kerusuhan di Tanah Abang. Saya sempat ngelamun kenapa bisa terjadi?” tanya Lulung dalam hati saat dihubungi detikX, Senin 27 Mei 2019.

Kebingungan Lulung, yang dikenal sebagai tokoh Tanah Abang, cukup berasalan. Pasalnya sehari sebelumnya, 21 Mei, dia dan sejumlah tokoh di Tanah Abang sudah bersepakat jangan sampai ada keributan di kawasan itu pasca pengumuman hasil rekapitulasi suara Pilpres 2019 yang dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU).

“Kita sudah rundingan di pasar dengan seluruh organisasi dan keamanan di Tanah Abang untuk tidak turun ke jalan pada 22 Mei 2019,” terang Lulung, mantan politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang kini berlabuh ke Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut.

Mobil-mobil di depan asrama Brimob, Petamburan, yang dibakar massa.
Foto: Ahmad Bil Wahid/detikcom


Ya, salah satu sasarannya adalah menyerbu asrama Mako Brimob, untuk merebut senjatanya, untuk melakukan tindakan yang lebih berbahaya lagi. Karena di situ kekuatan hanya 50 dan sebagian besar hanya wanita dan anak-anak kecil yang bisa bertahan di situ."

Lulung mengaku tidak tahu adanya kelompok preman tanah Tanah Abang yang terlibat aksi kerusuhan itu. Hanya saja, warga Tanah Abang memang terpancing ikut ricuh karena menjadi korban serangan. Sebelumnya, polisi menyebut sebagian perusuh adalah preman Tanah Abang dengan bayaran Rp 300 ribu per orang.

Selain itu, dari hasil pengembangan penyidikan polisi, terungkap bahwa para perusuh yang terlibat bentrok dengan polisi di kawasan Tanah Abang dan Petamburan merupakan warga dari luar wilayah itu. Mereka disebut-sebut berasal dari beberapa titik Jakarta dan Banten.

Berdasarkan keterangan yang dikumpulkan detikX, salah satu pergerakan perusuh adalah melalui Stasiun Kereta Listrik (KRL) Tanah Abang. Mereka datang dari Rangkas Bitung, Lebak, Banten. Namun, saat tiba pada Selasa, belum ada aksi mencolok yang mereka lakukan.

Lantas sebagian di antara mereka pergi ke Bawaslu pada malam hari tanggal 21 Mei sekitar pukul 23.00 WIB. Sedangkan sebagian lagi bersiaga untuk menyerang asrama Brimob di Petamburan. Polisi membenarkan informasi tersebut.  

"Ya salah satunya (rombongan dari Rangkasbitung)," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin, 27 Mei 2019.

Lalu pada 22 Mei, rombongan lain datang, masih lewat Stasiun Tanah Abang. Rombongan ini melakukan perusakan di stasiun dan merangsek ke Bawaslu. "Makanya di tanggal 22 itu sempat disetop, stasiun ditutup, karena stasiun kita deteksi menjadi pintu masuk dari para perusuh," imbuh Dedi.

Polri menyebut alasan para perusuh menyerang asrama Mako Brimob di Petamburan pada 22 Mei adalah untuk merebut amunisi dan senjata polisi. Para perusuh itu sudah memetakan jumlah polisi yang berada di asrama Brimob.

"Ya, salah satu sasarannya adalah menyerbu asrama Mako Brimob, untuk merebut senjatanya, untuk melakukan tindakan yang lebih berbahaya lagi. Karena di situ kekuatan hanya 50 dan sebagian besar hanya wanita dan anak-anak kecil yang bisa bertahan di situ," kata Dedi.

Ambulans Partai Gerindra Tasikmalaya yang diamankan polisi
Foto : Samsuduha Wildansyah/detikcom

Sementara itu, terungkap pula bagaimana para perusuh itu mengambil upahnya. Sebuah video merekam kejadian yang memperlihatkan aktivitas orang-orang yang berbondong-bondong mengerumuni sebuah mobil ambulans pada Rabu malam, 22 Mei.

Ada sebagian orang yang baru turun dari dalam ambulans. Ambulans berwarna putih itu kemudian tancap gas jalur bus Trans Jakarta. Kerumuan orang berhamburan dan berlari setelah ambulans pergi. Video tersebut tertulis rekaman CCTV dari arah Bali Tower. 

Video itu dilengkapi narasi pembagian amplop kepada perusuh pada 22 Mei 2019, pukul 01.57 WIB. Pembuat video itu menulis amplop uang diangkut menggunakan mobil ambulans berlogo Partai Gerindra.

Sebelumnya, polisi pun mengamankan satu unit ambulans Gerindra Tasikmalaya pada 22 Mei. Ambulans yang ditemukan di Jalan Sabang itu kedapatan mengangkut banyak batu. Sopir dan dua pengurus Gerindra Tasikmalaya ikut diamankan. Namun, Gerindra membantah sengaja membawa batu-batu itu.

Bukan hanya pola pergerakan massa pendompleng aksi demonstrasi di depan Bawaslu. Kelompok-kelompok perusuh tersebut diketahui punya agenda dan target yanng terpisah. Hasil pemeriksaan terhadap 442 tersangka terungkap ada tiga kelompok lain selain perusuh lapangan di dalam peristiwa 22 Mei itu.

Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal saat jumpa pers di Kemenko Polhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin, 27 Mei 2019, menjelaskan, tiga kelompok itu adalah teroris, kelompok penyelundup senjata api dari Aceh, serta kelompok pemegang senjata api dan yang merencanakan pembunuhan empat tokoh nasional.

“Jadi 3 ini penunggang, teroris, terus kelompok yang masuk dari Aceh, dan yang barusan saya rilis ini (perencana pembunuhan tokoh-tokoh). Kalau perusuh sudah di lapangan yang mereka lakukan penyerangan terhadap petugas, massa perusuh ini setting-an," ucap Iqbal.

Hingga saat ini polisi masih terus menelusuri jaringan dan aktor intelektual tiap kelompok ini. Iqbal menduga ada keterkaitan di antara mastermind kelompok-kelompok ini. Untuk kelompok penyelundup senjata dari Aceh, polisi dibantu TNI telah mencokok mantan Danjen Kopassus Mayjen (purnawirawan) Soenarko sebelum aksi 22 Mei digelar.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menunjukkan senjata serbu Colt M4 Carbine yang disita.
Foto : Eva Savitri/detikcom

Ketua DPP Gerindra itu memperoleh senjata api laras panjang jenis Colt M4 Carbine buatan Amerika Serikat. Senjata yang memiliki laras 14,5 inci, peluru kaliber 5,56 milimeter, dan magasin berisi 30 peluru itu biasa digunakan oleh militer Amerika Serikat.

Kemudian ada, ada sejumlah tersangka kelompok pemilik senjata api dan berencana membunuh empat tokoh nasional dan satu tokoh lembaga survei. Para tersangka itu adalah HK, HZ, IF, TJ, AD, dan AF alias Fifi. HK diduga merupakan mastermind kelompok ini.

Selain berperan sebagai pemimpin, HK bertugas mencari eksekutor sekaligus menjadi eksekutor. Dia sudah menerima honor sebesar Rp 150 juta. HK sempat turun aksi dengan membawa senjata api jenis revolver bersama timnya. HK ditangkap di sebuah hotel di Menteng.

Seorang tersangka lainnya, TJ, ditengarai adalah Tajudin, seorang pecatan Marinir. Dia ditangkap di Sentul, Bogor, pada 25 Mei 2019. Tajudin ahli membuat senpi rakitan  laras panjang jenis Majer Cold 22. Pada aksi 22 Mei kemarin, ia berperan sebagai eksekutor dengan imbalan Rp 55 juta. Iqbal mengatakan, Tajudin mendapat order untuk membunuh dua tokoh nasional.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menyatakan dalang yang memerintahkan untuk membunuh 4 tokoh nasional sudah diketahui identitasnya. Namun, Wiranto meminta untuk menunggu hasil pemeriksaan kepolisian.

"Sudah, sudah, dalangnya sudah diketahui. Ya, nggak bisa (diungkapkan dari mana aktornya), nanti tunggu kepolisian saja. Tunggu, tunggu. Tunggu saja, nanti kan ada pemeriksaan," ujar Wiranto, Selasa, 28 Mei 2019.


Reporter: Gresnia Arela F, M Rizal
Redaktur: Deden Gunawan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban

[Widget:Baca Juga]
SHARE