Ilustrasi: Edi Wahyono
Kamis, 29 Maret 2018Deklarasi pencapresan Prabowo Subianto belum kunjung terlaksana. Setelah batal mendeklarasikan diri di Lapangan Arcici, Rawasari, Jakarta Pusat, Minggu, 11 Maret 2018, deklarasi kabarnya bakal digelar 11 April mendatang di kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Tapi acara ini pun masih tentatif alias bisa terlaksana bisa juga tidak. Elite dan kader Gerindra belum satu kata perihal pencapesan Prabowo. "Yang menentukan semua itu Tuhan Yang Maha Esa. Anda percaya itu. Anything is possible,” kata Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo beberapa waktu lalu di Jakarta.
Meski begitu, Hashim menyebut, hingga saat ini Prabowo masih memiliki keinginan untuk maju pada Pilpres 2019. Namun, soal deklarasi, eks Danjen Kopassus itu disebut masih mempertimbangkan sejumlah hal.
Sejumlah kader partai berlambang kepala burung garuda tersebut juga masih meyakini Prabowo bakal kembali bertarung di ajang Pilpres 2019. Molornya deklarasi dianggap hanya untuk memberi ruang kepada partai untuk menjalin komunikasi dengan parpol-parpol lain.
“Gerindra tidak bisa mengusung capres sendiri dan harus berkoalisi. Itu sebabnya, kami masih melakukan sejumlah komunikasi dengan parpol-parpol yang saat ini belum memberikan dukungan ke Jokowi,” kata politikus Gerindra Ahmad Riza Patria kepada detikX, Rabu, 28 Maret 2017.
Baca Juga : Sandiwara Poros Ketiga
Prabowo menunggang kuda saat berkampanye di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Pilpres 2014.
Foto: Agung Pambudhy/detikcom
Menurutnya, sampai saat ini masih ada lima parpol yang belum menentukan sikap, yakni Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Demokrat, serta Gerindra sendiri. “Kita ingin lebih banyak parpol yang berkoalisi dengan Gerindra. Itu lebih baik,” imbuhnya.
Mencari teman seiring untuk maju ke gelanggang Pipres 2019 memang bukan perkara gampang. Sebab, masing-masing parpol sudah mengelus jagoannya di lingkup internal, khususnya untuk cawapres.
Sebut saja PKS, yang sudah mengajukan sembilan nama untuk bakal cawapres. PAN diketahui sudah mempersiapkan ketua umumnya, Zulkifli Hasan, untuk cawapres. Begitu pula dengan PKB, yang sudah jauh-jauh hari menyiapkan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin untuk jadi cawapres. Demokrat pun menyiapkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Belum finalnya kawan koalisi membuat Prabowo memilih menahan diri untuk melakukan deklarasi dini sebagai capres. Mantan Pangkostrad itu masih menunggu kesepakatan dengan parpol yang akan diajak berkoalisi.
Untuk saat ini, parpol yang sudah siap berjalan seiring dengan Gerindra baru PKS. Dalam sejumlah kesempatan, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera memastikan partainya akan terus bersama Gerindra pada Pilpres 2019. "Komunikasi politik terus berjalan dan 90 persen PKS bersama Gerindra,” ujar Mardani.
Namun, bagi Gerindra, dukungan dari PKS belum cukup untuk memenangi pertarungan. Terlebih saat ini lawan yang dihadapi adalah incumbent. Seorang politikus Gerindra yang sempat ditemui detikX mengatakan, kalau hanya berkoalisi dengan PKS, jalan Prabowo menang bakal sangat sulit. Gerindra pun akan berupaya menggandeng PKB, yang berbasis nahdliyin, yang tersebar di tanah Jawa.
Hashim Djojohadikusumo
Foto: Rachman Haryanto/detikcom
“Evaluasi kita di Pilpres 2014, kita kalah suara di Jawa. Jadi sepertinya merangkul PKB dengan menempatkan Cak Imin sebagai cawapres akan lebih memungkinkan,” jelas politikus Gerindra yang enggan disebutkan namanya itu.
Bergabungnya PKB dan PKS bersama Gerindra diharapkan bisa menyatukan semua kelompok Islam. Hal ini bisa menjadi kekuatan untuk menghadapi koalisi pendukung Jokowi.
“Cak Imin sosok yang ideal buat Prabowo. Jika dia tidak diambil Jokowi, kita (Gerindra) akan menggandengnya sebagai cawapres,” bisik pria yang berlatar belakang aktivis tersebut.
Namun, saat hal tersebut dimintakan konfirmasi kepada Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliatono, ide tersebut dianggap masih usulan. Sebab, pembicaraan koalisi masih cair. Sampai saat ini, kata Ferry, belum terbentuk parpol koalisi pendukung Prabowo. Jadi pembicaraan soal wacana cawapres Prabowo masih di lingkungan internal partai.
Soal molornya deklarasi Prabowo sebagai capres, kata Ferry, merupakan strategi Prabowo untuk melihat seberapa besar dorongan rakyat untuk mengusungnya maju di Pilpres 2019. “Kalau deklarasi yang dilakukan beberapa DPD Gerindra di daerah hanya untuk meng-counter isu Prabowo menjadi cawapres Jokowi, yang sebelumnya sempat beredar,” bebernya kepada detikX, pekan lalu.
Sebelumnya, nama Prabowo disebut-sebut bakal mendampingi Jokowi di pilpres mendatang. Rencana duet tersebut didukung oleh salah satu partai pendukung Jokowi, yakni PPP. Wacana itu terang saja membuat resah kader Gerindra di sejumlah daerah. Mereka emoh jika sang ketum menjadi orang nomor dua. “Lagian nggak mungkin juga Prabowo jadi wapres, kecuali Jokowi yang jadi wakilnya, ha-ha-ha...,” ujar Ferry berseloroh.
Sayangnya, hingga saat ini Prabowo belum angkat suara terkait deklarasi dirinya sebagai capres. Informasi yang diterima detikX, untuk sepekan ke depan Prabowo akan menghabiskan waktu berkeliling Jawa Barat guna memperkenal pasangan kepala daerah yang diusung Gerindra dan PKS, yakni Sudrajad dan Syaikhu. Selain untuk kepentingan Pilkada Jawa Barat, Prabowo sekaligus ingin menyerap aspirasi warga Jabar terkait keinginan kader Gerindra yang memintanya maju sebagai capres.
Reporter: Ibad Durohman, Syailendra Hafiz Wiratama
Redaktur: Deden Gunawan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim