INVESTIGASI

Sim Salabim Minimarket OK OCE

Hanya bermodal Rp 200 juta dan kontainer bekas sudah jadi minimarket. Bakal ada yang lebih kecil di halte-halte TransJakarta.

Ilustrasi: Edi Wahyono

Selasa, 21 November 2017

Sejak April 2017, di wilayah DKI Jakarta berdiri sejumlah minimarket bernuansa oranye, yang cukup moncer dengan sebutan OK OCE Mart. Gerai ini muncul tidak lama setelah pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.

Maklum, gerai itu memang digagas oleh para simpatisan Anies-Sandi. Berbeda dengan minimarket lainnya yang perlu modal besar, investasi OK OCE Mart jauh lebih rendah. Tak perlu pula lahan yang luas untuk membuatnya. Bahkan dari kontainer bekas pun jadilah OK OCE Mart.

Direktur Utama OK OCE Mart Lilies Noorlismanie kepada detikX mengungkapkan, hanya dalam tiga minggu minimaket OK OCE sudah bisa didirikan dan langsung berjualan. Yang menarik, sebagian barang dagangan yang dijajakan di minimarket adalah produk usaha mikro, kecil, dan menengah.

OK OCE Mart adalah bagian tak terpisahkan dari program Anies-Sandi untuk membangun 44 Pos Pengembangan Kewirausahaan Warga di setiap kecamatan melalui program One Kecamatan, One Center for Entrepreneurship, yang disingkat OK OCE. Seperti diketahui, Jakarta memiliki 44 kecamatan, yang tersebar hingga Kepulauan Seribu.

Direktur Utama OK OCE Mart Lilies Noorlismanie
Foto: Syailendra Hafiz Wiratama/detikX

“Jadi total kecamatan di Jakarta kan ada 44 ya, sehingga target kita 44 dulu. Kalau sudah terpenuhi semua, baru kita coba tambah di tiap kelurahan. Tinggal tunggu instruksi dari Bapak Gubernur saja,” ucap Lilies.

Sejauh ini baru enam gerai OK OCE Mart yang sudah berdiri, yaitu di YAPI Al-Azhar Rawamangun, Cikajang, Kalibata, Warung Buncit, Kembangan, dan Muara Angke. Namun, tidak lama lagi, menurut Lilies, bakal ada dua minimarket yang beroperasi.

Jaga di situ, dia cari untung di situ. Jadi kita tidak oriented pada harus untung saja. Untungnya buat dia sajalah. Yang penting lu dapet UMR (upah minimum regional).”

Lilies mengatakan OK OCE Mart mulanya berdiri atas inisiatif sejumlah penderita lupus atau komunitas orang dengan lupus (Odapus). Mereka ingin membantu dan menyalurkan produk-produk rumahan yang mereka buat. Ternyata banyak orang yang berminat membangun OK OCE Mart, yang menampung produk UMKM.

Sebelum membuat OK OCE Mart, Lilies dengan komunitasnya sudah mendirikan 212 Mother Store di Teluknaga, Tangerang, Banten. Konsep yang sama awalnya hendak dimasukkan ke Jakarta. Namun nama 212 dinilai terlalu sinsitif karena khawatir dikait-kaitkan dengan Aksi Bela Islam 212. Aksi 2 Desember 2016 itu bertujuan menuntut proses hukum atas kasus penodaan agama Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang merupakan pesaing Anies-Sandi.

“Sensitif, (isu) Islamnya atau muslimnya terlalu kenceng. Saya takut ke depannya malah salah nama dan jadi berantakan. Jadi kita pakai OK OCE Mart saja,” terang Lilies, yang juga sempat menderita sakit lupus.

OK OCE Mart Cikajang
Foto: Gresnia Arela F/detikX

Meski tidak ada embel-embel 212 pada sejumlah plang nama OK OCE Mart, ada himpunan pemilik OK OCE yang tak segan memakai nama itu pada perusahaan mereka. Sebut saja PT Muslim 212 Maslahat, yang menaungi OK OCE Mart Al-Azhar Rawamangun. “Ini kita sebagai pengelola. Semua dikasih OK OCE,” ucap Mansur, pengelola OK OCE Al-Azhar Rawamangun, kepada detikX.

Berbeda dengan minimarket yang menjamur di Ibu Kota, OK OCE Mart merupakan milik komunitas, bukan perorangan. Anggota komunitas yang ingin membuat minimarket minimal berjumlah 21 orang. Modalnya patungan. Hal ini terkait dengan aturan koperasi yang berlaku dalam usaha OK OCE Mart.

Saat ini sudah ratusan orang yang bergabung di OK OCE Mart. Seperti di OK OCE Mart Cikajang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang berisi 29 orang, yang rata-rata relawan Anies-Sandi. Sementara di YAPI Al-Azhar Rawamangun, jumlah anggotanya 300 orang. Di Kalibata berjumlah 183 orang, bahkan di Wakaf Al-Huriyah, Kembangan, hampir satu rukun tetangga bergabung.

Syarat membuat OK OCE Mart antara lain lokasi yang bisa dilalui forklift atau alat berat untuk membawa kontainer bekas. Toko yang dibuat juga merupakan investasi masyarakat di lingkungan itu sendiri. Investor harus mengantongi surat keterangan usaha dari kelurahan, memiliki nomor pokok wajib pajak, dan meneken perjanjian kemitraan.

OK OCE Mart CIkajang
Foto: Ratu Ghea Yusria/detikX

Suasana di dalam OK OCE Mart Cikajang
Foto: Gresnia Arela F/detikX

Aneka kudapan yang dijajakan di OK OCE Mart CIkajang
Foto: Gresnia Arela F/detikX

Biaya pembuatan OK OCE Mart, yang memakai kontainer, berkisar Rp 200 juta. Itu sudah termasuk di dalamnya meja, kasir, AC, dan produk UMKM-nya. Sedangkan produk UMKM yang dijual di OK OCE Mart disebar berdasarkan tingginya peminat. Selama ini, permintaan paling tinggi adalah di Rawamangun, sehingga misalnya ada 100 produk UMKM, 60 di antaranya dipajang di sana.

Sementara itu, UMKM yang ingin menjual produknya harus memenuhi sejumlah persyaratan, terutama untuk produk makanan, minuman, sabun, sampo, ikan asin, atau rempah-rempahan. Semua produk itu harus melalui proses barcode, harus ada tanggal kedaluwarsa, dan hak paten.

Salah seorang pemilik OK OCE Mart Cikajang, Alex Asmasoebrata, menjelaskan saat ini sedang dilakukan penataan kembali terhadap sistem pembagian keuntungan, kepemilikian, serta distribusi barang-barang yang dijual di gerai OK OCE. 

“Supaya lebih akurat. Karena ini kebanyakan milik dari patungan. Kayak sistem koperasi begitu,” kata pembalap senior yang pernah berkecimpung di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu kepada detikX di OK OCE Cikajang.

Sebelum ada OK OCE Mart, sudah ada JakMart, yang digagas pada masa Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok-Djarot. Tapi pembentukan JakMart menggunakan angaran dari APBD Pemprov DKI Jakarta. Kemungkinan kedua jenis minimarket ini bakal disinergikan. Anies-Sandi menggelontorkan Rp 92 miliar untuk program OK OCE.

Alex Asmasoebrata
Foto: Ratu Ghea Yusria/detikX

Dalam dokumen Tim Sinkronisasi Anies-Sandi disebutkan program ini bagian dari tekad pasangan tersebut untuk menciptakan 200 ribu pengusaha baru dan lapangan kerja. Khususnya lebih memberdayakan kelompok perempuan, yang selama ini lebih banyak bergerak di sektor UKM.

Untuk diketahui, pada 2009, di DKI Jakarta terdaftar 15 ribu UKM. Jumlah ini meningkat pada 2011 menjadi 22 ribu UKM dengan menyerap 2.549.513 tenaga kerja. Tapi angka pengangguran di wilayah Ibu Kota masih cukup tinggi, sekitar 5,76 persen. Angka pengangguran di DKI Jakarta menempati peringkat ke-10 di antara provinsi lainnya.

Alex menambahkan, selain didirikan minimarket OK OCE di 44 kecamatan, nantinya juga akan dibangun toko yang sifatnya lebih kecil dari yang sekarang. Tujuannya adalah memperbesar penyerapan tenaga kerja. Toko-toko itu nanti akan dibangun di sekitar halte bus.

“Jaga di situ, dia cari untung di situ. Jadi kita tidak oriented pada harus untung saja. Untungnya buat dia sajalah. Yang penting lu dapet UMR (upah minimum regional),” pungkas Alex.


Reporter: Ibad Durrohman, Gresnia Arela F, Ratu Ghea Yusria, Syailendra Hafiz Wiratama
Redaktur: M. Rizal
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban

[Widget:Baca Juga]
SHARE