INTERMESO

Ketika TransJakarta Menembus Kota Penyangga

Lebih dari sekadar proyek infrastruktur, kehadiran rute-rute baru Transjakarta di Bodetabek memberi dampak nyata bagi kehidupan warga.

Foto: TransJakarta rute baru yang melayani Blok M-PIK 2 (Bella/detikcom) 

Minggu, 22 Juni 2025

“Ke Bekasi perlu paspor.” Candaan klasik itu sudah lama wara-wiri di linimasa media sosial, seolah Bekasi adalah wilayah yang begitu jauh, nyaris seperti negeri asing yang butuh dokumen imigrasi. Bukan tanpa alasan, lelucon itu muncul dari pengalaman banyak orang yang harus menempuh perjalanan panjang, macet, dan melelahkan, hanya untuk keluar-masuk kota penyangga di timur Jakarta itu. Bekasi pernah terasa seperti ujung dunia.

Namun perlahan, peta itu mulai berubah. Jalur antara Jakarta dan Bekasi mulai terhubung lebih mulus lagi, terutama lewat ekspansi besar Transjakarta yang dilakukan tahun ini. Tidak lagi hanya mengandalkan KRL, LRT, atau jalan tol yang rawan macet, kini warga Bekasi punya pilihan lain, bus Transjakarta, yang masuk langsung ke dalam kota, bahkan sampai ke kawasan perumahan seperti Vida Bekasi. Rute baru ini tak hanya sekadar garis tambahan di peta, tapi juga jembatan bagi banyak orang seperti Andri Gunawan, seorang karyawan swasta yang tinggal di Bekasi dan bekerja di Cawang.

Laki-laki berusia 38 tahun ini sudah bertahun-tahun menempuh rutinitas harian yang menyita waktu dan tenaga. Setiap hari, ia menyetir dari rumahnya di Bekasi menuju kantor di kawasan Cawang, melintasi jalur tol Jakarta–Cikampek yang penuh sesak. "Macetnya itu yang nggak ketahan," katanya. Tak jarang ia berangkat sebelum matahari muncul, hanya agar bisa datang tepat waktu. "Kadang saya lebih banyak duduk diam di tol daripada di meja kerja."

Biaya hariannya pun tak main-main. Untuk tol, bahan bakar, dan parkir, ia harus merogoh kocek hingga 200 ribu setiap hari. Opsi naik bus umum konvensional pernah dicoba, tapi waktu tempuh yang lebih panjang dan rute yang berputar-putar membuatnya menyerah. “Saya sampai pernah hitung, dalam sebulan bisa habis tiga juta cuma buat transportasi.”

TransJakarta B-41 Rute Cawang Sentral-Vida Bekasi melintas di Jalan Raya Jatiasih, Bekasi (Foto: Irwan N/detikcom).

TransJakarta B-41 berhenti di Halte Komsen, Jatiasih (Foto: Irwan N/detikcom).

Namun itu dulu. Pada 15 Mei 2025, Transjakarta resmi meluncurkan rute B41, menghubungkan kawasan Vida Bekasi langsung ke Cawang Sentral tanpa transit dan tanpa repot. Trayek ini melintasi titik-titik seperti Seberang Marketing Office Vida - Simpang Cipendawa 1 - Komsen - Jatibening 1 - Pool Taksi Cawang - Cawang Sentral dan sebaliknya, dengan waktu tempuh sekitar 60–70 menit, tergantung kondisi jalan.

“Awalnya saya skeptis, mikirnya bakal sama saja kayak bus biasa,” ujar Andri. Tapi begitu mencoba, ia langsung merasa lega. Bus datang tepat waktu, jalurnya jelas, dan yang terpenting, ongkosnya hanya Rp 2.000 saat pagi dan Rp 3.500 di luar jam sibuk. Dibanding biaya bensin dan tol harian, Andri kini bisa sangat menghemat. “Buat saya, itu seperti dapet bonus gaji tambahan.”

Ia mengaku sekarang lebih tenang, tidak lagi terburu-buru, dan bahkan punya waktu untuk membaca buku selama perjalanan. "Dulu saya datang ke kantor dengan kepala penuh emosi, sekarang saya malah bisa mulai hari dengan tenang," katanya.

Ekspansi besar-besaran Transjakarta ke wilayah Bodetabek sepanjang April hingga Juni 2025 memang bukan hal kecil. Lima rute baru resmi beroperasi, S61 dari Alam Sutera ke Blok M, B41 dari Vida Bekasi ke Cawang, T31 dari PIK 2 ke Blok M, D41 dari Sawangan ke Lebak Bulus, dan P11 dari Bogor ke Blok M. Semua rute ini menggunakan skema tarif yang sama, Rp2.000 pada pukul 05.00–07.00 dan Rp3.500 di luar itu. Armada yang digunakan sebagian besar merupakan bus listrik, dengan waktu tempuh berkisar 60–90 menit, tergantung rute dan kondisi lalu lintas. Latar belakang proyek ambisius ini jelas, mengurai kemacetan yang menjerat perjalanan lintas kota penyangga dan mendekatkan masyarakat ke pusat tanpa kendala transit.

Penambahan rute baru ini merupakan bagian dari komitmen Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung dan Rano Karno, yang termasuk dalam 40 program unggulan hasil kerja cepat (quick wins) selama 100 hari pertama. Inisiatif ini bertujuan untuk memperluas pilihan moda transportasi, mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi, dan mendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat. Kemacetan menjadi salah satu fokus utama dalam program kepemimpinan mereka. Pemerintah Provinsi Jakarta berupaya memastikan agar warga memiliki akses yang lebih baik terhadap layanan transportasi publik yang memadai dan merata.

"Jumlah armada pada tahap awal yang akan kami operasikan berjumlah 12, dan mudah-mudahan dengan koneksi yang baru ini, ini akan membuat masyarakat Bekasi yang akan pergi ke Jakarta atau sebaliknya akan jauh lebih murah," ujarnya saat meresmikan trayek baru yang memiliki panjang jarak tempuh 42 Km itu.

Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, menyampaikan bahwa kehadiran rute baru ini membuat perjalanan warga menjadi lebih efisien. Ia menjelaskan bahwa rute ini merupakan bentuk pengembangan dari jalur sebelumnya. "Hari ini, Kota Bekasi menikmati salah satu transportasi yang modern, terintegrasi, dan tentu ramah lingkungan, dan ada satu efisiensi terkait dengan proses perjalanan yang ada," kata Tri.

Ia menambahkan bahwa pengembangan ini merupakan lanjutan dari sistem TransJakarta yang sudah ada, yang sebelumnya dimulai dari kawasan Sumarecon. Ia berharap sistem ini dapat semakin terintegrasi dengan moda transportasi lain seperti LRT dan area istirahat, sehingga bisa meringankan pengeluaran warga untuk transportasi. Tri menyebut bahwa selama ini warga Bekasi harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 20.000 untuk satu kali perjalanan ke Jakarta. Ia berharap dengan adanya rute baru ini, pengeluaran masyarakat bisa ditekan.

Suasana di dalam bus TransJakarta B-41 rute Cawang Sentral-Vida Bekasi. Namun bus dalam foto ini hanya melayani Cawang hingga pemberhentian Komsen, Jatiasih.
Foto : Foto: Irwan N/detikcom

"Karena kalau biasanya, untuk masuk ke Jakarta itu, akan ada Rp15.000 sampai Rp20.000, saya kira ini tentu akan meningkatkan kegiatan ekonomi yang ada, terjadi penghematan, dan yang lebih penting adalah bagaimana warga masyarakat Kota Bekasi mendapatkan transportasi yang nyaman, aman, dan terjangkau," ucapnya.

Di sisi lain, Mutia dan Heri Hendrawan, pasangan muda yang tinggal di Cipete, Jakarta Selatan, memanfaatkan rute Blok M-PIK 2 untuk pergi bekerja. Mereka sama-sama bekerja di kawasan Pantai Indah Kapuk 2 dan sebelumnya setiap hari harus menempuh perjalanan naik motor dari selatan ke utara Jakarta. "Kami sampai sudah terbiasa dengan kemacetan, polusi, dan panas matahari. Tapi lama-lama badan nggak kuat juga," kata Mutia.

Ketika Transjakarta membuka rute T31 yang menghubungkan Blok M langsung ke PIK 2 pada akhir Mei 2025, mereka tak berpikir dua kali untuk mencobanya. Rute ini menyisir sepanjang tol dan jalan utama, dengan armada bus listrik yang senyap dan nyaman. Bagi Mutia, ini bukan cuma soal berpindah moda transportasi, tapi juga perubahan gaya hidup. "Dulu saya berangkat kerja sambil mikir bagaimana menghindari kemacetan. Sekarang saya tinggal naik, duduk, dan ngobrol sama suami. Itu kemewahan yang dulu nggak kepikiran."

Namun tak semuanya berjalan sempurna. Halte Blok M yang menjadi titik keberangkatan mereka masih memiliki beberapa kekurangan. "Atapnya bocor, jadi kalau hujan, ya kena tampias air jadi basah. Apalagi belakangan ini cuaca lagi hujan terus," ujarnya. Meski begitu, ia tetap bersyukur atas perubahan yang dirasakannya. Ongkos transportasi berdua kini hanya Rp14.000 untuk dua orang.

Sebanyak 20 armada bus disiapkan untuk melayani penumpang dengan rute ini yang mencakup 24 titik pemberhentian. Terdiri dari 11 halte di wilayah Jakarta dan 13 halte di Banten serta melintasi jarak sejauh 72,8 kilometer. Di waktu-waktu padat, perjalanan diperkirakan memakan waktu antara 165 hingga 180 menit.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE