Ilustrasi: Edi Wahyono
Minggu, 19 Februari 2023Widyawati dibuat pusing tujuh keliling. Anak laki-lakinya yang baru berusia 4 tahun melakukan GTM alias Gerakan Tutup Mulut. Setiap kali anak Widya, Rio, disodori makanan, ia selalu menutup mulutnya. Rio tidak mau makan apapun, kecuali minum susu. Aksi mogok makan ini sudah dilakukan selama berbulan-bulan.
“Coba bayangin aja sebagai sesama ibu betapa stress dan khawatirnya saya . Saya takut anak saya akan kayak gini sampai seterusnya,” keluh Widya saat dihubungi detikX.
Berusaha menenangkan diri, berbagai upaya Widya lakukan untuk mengembalikan nafsu makan anaknya. Ia pernah mencoba memaksa Rio makan, tapi makanan yang baru masuk itu langsung dibuang. Rio baru mau mengunyah makanan jika disogok permen lollipop kesukaannya. Namun, tak berapa lama kemudian makanan itu pun dilepeh.
Widya mencoba berbagai masakan, termasuk menambahkan madu dan vitamin agar Rio lebih berselera makan. Hanya saja upayanya sia-sia. Widya pernah kehabisan sabar. Ia membentak dan memarahi Rio yang tak kunjung makan. Anaknya malah menangis tak karuan, hingga tantrum dan berguling-guling di lantai.
Ibu rumah tangga ini semakin khawatir ketika Rio terkena diare dan harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. “Menurut dokter anak saya kena diare karena nggak ada asupan apapun yang dia makan kecuali sufor (susu formula),” terang Widya perihal sakit anaknya.
Dokter yang menangani Rio menyarankan Widya untuk mempraktekkan ilmu hypnosis melalui metode hypnoparenting agar anaknya dapat kembali makan dengan normal. Mendengar kata hipnosis, Widya langsung bergidik ngeri.
“Setahu saya dari tayangan di televisi, hipnotis itu nyeremin, bikin orang nggak sadar dan disuruh melalukan hal-hal memalukan. Awalnya saya heran, kok anak saya malah mau dihipnosis,” ungkap ibu berusia 36 tahun ini.
Program televisi dan pemberitaan di media memang telah menciptakan mispersepsi terhadap metode hipnosis. Padahal hipnosis sendiri memiliki banyak sekali manfaat bagi umat manusia.
Ilustrasi parenting
Foto: Getty Images/iStockphoto/itakayuki
Hipnosis menjadikan komunikasi sebagai kekuatan utamanya. Hipnosis merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pengaruh sugesti, imajinasi, visualisasi dan kata-kata yang disampaikan dengan teknik-teknik tertentu terhadap pikiran bawah sadar seseorang.
Hipnosis memiliki tujuan untuk membentuk, mengubah, dan mengedit program-program pikiran bawah sadar seseorang. Ketika pikiran bawah sadar dipenuhi oleh program-program negatif, maka yang akibatnya orang tersebut akan mengalami problem pikiran seperti trauma, stres, frustasi, phobia, psikosomatis hingga depresi. Saat Widya mengkomunikasikan pesannya dengan bentakan dan amarah, maka tak heran jika Rio merespon balik dengan teriakan dan tangisan.
“Hipnosis adalah salah satu cara yang sangat efektif untuk menjangkau pikiran bawah sadar dengan cepat dan mudah. Proses komunikasi yang kita lakukan sehari-hari dengan anak juga merupakan suatu proses hipnosis. Melalui proses komunikasi tersebut kita menanamkan sugesti atau ide baru yang selama ini tidak ada dalam kamus mereka sebelumnya,” kata Lucy Lidiawati Santioso, seorang psikolog untuk anak, remaja dan keluarga, dalam bukunya berjudul ‘5 Menit Menguasai Hypnoparenting.
Jika anak terhipnosis dengan pesan negatif jangan heran anak dapat memiliki ide dan mendalami pesan negatif sehingga saat dewasa akan terbawa terus. Celetukan negatif yang diaggap kecil pun akan berpengaruh pada jiwa anak yang sugestif. “Berusahalah untuk selalu memberikan sugesti positif agar mereka menjadi anak yang bermental kuat, berpikiran positif , bersemangat dan tidak takut tantangan.”
Perhatikan apa yang berulang kali anda lakukan, ucapkan dan pikirkan terhadap anak-anak. Itulah yang nantinya akan membentuk mereka. Seperti tertuang dalam penggalan syair Puisi ‘Children Learn What They Live’ yang pernah ditulis oleh Doroht Law Nolte, Ph.D, seorang pendidik dan ahli konseling keluarga.
Bila anak sering dikritik, ia akan belajar mengumpat
Bila anak sering dikasari, ia belajar berkelahi
Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu
Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar
Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai
Bila anak mendapatkan haknya, ia belajar bertindak adil
Bila anak merasa aman, ia belajar percaya
Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menyukai dirinya.
Ilustrasi memberi makanan pada anak
Foto : Getty Images/iStockphoto/chinaview
Sementara hypnoparenting merupakan salah satu terapan dan aplikasi ilmu hipnosis dalam dunia pengasuhan. Hypnoparenting ialah seni komunikasi yang digunakan dalam pengasuhan agar nilai-nilai atau ide tertanam di pikiran bawah sadar anak. Orang tua dapat memberikan sugesti-sugesti kepada anak agar melakukan hal-hal yang positif. Hypnoparenting memiliki banyak manfaat untuk mengatasi berbagai masalah anak seperti ngompol, gangguan mengigau di malam hari, trauma atau phobia pada hewan, dan sebagainya.
“Pikiran anak-anak yang cenderung belum mampu berpikir secara logis biasanya akan memberikan respon terhadap stimulus yang diterima tanpa pertimbangan. Perkataan, Tindakan, dan sikap orang tua akan masuk dengan mudah ke dalam pikiran alam bawah sadar anak-anak tanpa disaring sebesar 95%,” terang Lucy.
Dengan menerapkan teknik hipnosis dalam pola pendidikan dan pengasuhan anak, maka orang tua dapat lebih mudah mengontrol perilaku anak-anaknya. Anak yang berada dalam kondisi terhipnosis bukan berarti tidak sadar. Seorang hipnotis hanya membantu untuk mengaktifkan mode pikiran bawah sadarnya.
Lalu bagaimana cara membuat anak, misalnya usia 1,5 -4 tahun yang sulit makan menjadi suka makan? Bagaimana caranya membuat anak yang sampai usia 7 atau 9 tahun masih juga ngompol saat tidur malam hari menjadi tidak ngompolan?
Menurut Lucy, Dengan pemahaman akan cara kerja pikiran, kita dapat dengan mudah memasukkan sugesti positif untuk membantu anak mengubah perilakunya. Kita harus tahu kapan gerbang bawah sadarnya terbuka secara alamiah dan pada saat itu kita harus segera memasukkan afirmasi positif dengan pilihan kata yang cermat.
Kunci utama adalah memberikan sugesti itu dalam suasana yang menyenangkan. Ini akan membuka akses menuju pikiran bawah sadar menerima informasi dan disimpan dalam otak. Alih-alih melontaran reaksi yang menyalahkan coba diganti dengan kalimat “Kali ini kamu memang salah dan kamu tahu salahmu? Papa percaya lain kali kamu bisa perbaiki dan belajar dari kesalahanmu.”
Ilustrasi memarahi anak
Foto : iStock
“Saat memberi sugesti disarankan menggunakan kalimat positif, singkat, jelas, mudah dipahami anak, mengandung kepastian. Hindari penggunaan kata mungkin, seandainya, mudah-mudahan. Kalimat yang digunakan juga harus disesuaikan dengan intelektualitas anak dan usia perkembangan anak. Tidak juga menggunakan kata harus yang terkesan memaksa,” jelas Lucy.
Contoh kalimatnya seperti, “Kamu adalah anak yang luar biasa, otak kamu adalah otak yang sangat cerdas. Semua pelajar masuk dengan mudah dan sehingga kapanpun dibutuhkan, tinggal diminta untuk keluar makan informasi akan keluar dengan mudahnya.”
Sugesti ini bisa dilakukan orang tua saat anak sedang dalam kondisi rileks dan santai. Karena pada saat itulah seorang hipnotis diijinkan memasuki pikiran bawah sadar. Kalimat sugesti itu pun harus diucapkan secara berulang dan terus menerus. Dan akan lebih efektif dengan bantuan sentuhan seperti mengelus atau menepuk.
“Timing-nya seperti saat sedang mengajak anak berdoa, anak sedang bermain, menggambar, sesaat sebelum bangun atau menjelang tidur. Begitu juga saat sedang mendiamkan anak menangis. Ketika tangisan reda, ia sedang menciptakan ketenangan dalam dirinya,” tulis Lucy. “Suasana relaks, serta suara lirih, sehingga tercipta ketenagan dan anak mudah terhipnosis. Biarkan anak nyaman sehingga anak tidak merasa orang tua seperti mengguruinya.”
Penulis: Melisa
Editor: Irwan Nugroho