Ilustrasi: pekerja kantoran (Shutterstock)
Minggu, 12 Februari 2023Sepertinya Indah tidak ‘berjodoh’ dengan karyawan generasi Z di kantornya. Tingkah laku mereka sudah membuat Indah berkali-kali mengelus dada. Indah bekerja sebagai admin keuangan di sebuah perusahaan startup di bidang pengisian ulang air galon. Layaknya perusahaan startup yang masih merintis, jumlah karyawan di belakang layar tidak begitu banyak. Makanya Indah sering kali harus merangkap menjadi HRD. Indah ikut menyelenggarakan rekrutmen dan seleksi pegawai baru.
“Kita ada dua toko offline di daerah Jakarta Barat. Kebetulan untuk generasi Z kita tempatkan di toko untuk jaga kasir dan menjadi driver untuk pengantaran air," ucap Indah saat dihubungi detikX.
Saat melewati proses screening dan training, calon karyawan dari generasi Z yang memiliki rentang tahun kelahiran mulai dari 1996 sampai 2009 ini tidak bermasalah. Malah mereka kelihatan amat menjanjikan. "Mereka terlihat meyakinkan banget. Baik banget. Ngomongnya percaya diri dan lancar. Makanya nggak expect kalau kelakuan mereka setelah dikasih kesempatan bekerja malah bikin aku sendiri jadi capek hati,” kata Indah.
Kenyataannya, banyak dari antara mereka yang tidak bertahan lama. Entah mereka sendiri yang mengundurkan diri atau terpaksa diberhentikan. Belum lama ini Indah lagi-lagi harus me-layoff seorang karyawan kelahiran tahun 2003 karena performanya tidak menunjukkan perbaikan meski telah diberikan banyak kesempatan.
“Aku pantau dia beberapa hari. Aku mau lihat dia ada niat belajar atau nggak. Tapi dia nggak membantu sama sekali. Padahal aku butuh dia buat meringankan beban pekerjaan. Kenyataannya malah jadi tambahan beban,” ucapnya. Sudah beberapa kali Indah menegur karyawan laki-laki itu, tapi hasilnya nihil. “Sejak aku tegur, kerjanya makin nggak jelas. Jam kerja malah tidur atau ngilang. Susah diatur dan nolak kalau disuruh ke toko.”
Ilustrasi pekerja generasi Z
Foto: thinkstock
Puncaknya saat pemberitahuan pemutusan hubungan kerja itu diterima oleh si karyawan. Ia memaksa Indah untuk memberikan sisa gaji yang saat itu juga baik lewat transfer atau cash.
“Mau minta gaji, kan, nggak bisa langsung hari ini juga. Tim finance yang biasa kasih gaji udah nggak di kantor karena posisinya udah malam. Dia sama sekali nggak peduli. aku ditelepon terus. Bahkan orang tuanya sampai nge-chat saya minta dikirimin gaji anaknya. Ini yang dapat kerjaan kamu, kok, bawa orang tua,” ucap Indah tak habis pikir dengan kelakuan mantan karyawannya itu.
Karena hari itu gajinya tak kunjung ditransfer, mantan karyawan Indah sampai mengatainya dengan kata kasar. “Lo niat transfer nggak? Bego, lu.” Begitu isi pesannya kepada Indah.
Tak hanya dikatai dengan ucapan tak menyenangkan, selama bekerja dengan kalangan generasi Z, Indah juga pernah diancam dan diajak ribut. Waktu itu Indah mempertanyakan selisih uang yang diterima oleh kasir.
“Di kasir, kok, banyak uang yang miss. Misalnya air galon yang keluar 50 buah, kok, yang di-input cuma 30,” kata Indah. Nampaknya kasir perempuan itu tak senang ditegur Indah. Ia mengadu ke pacarnya yang juga bekerja di sana sebagai driver. “Pacarnya malah marah ke saya. Seolah saya nuduh ceweknya ambil uang. Padahal, kan, itu memang tanggung jawab dia.”
Entah serius atau tidak, tapi pacar karyawan perempuan itu mengajak Indah untuk bertemu empat mata. “Dia ngajakin berantem. Dia ngirim location ke saya. ‘Gua tahu, kok, lo pulang lewat mana. Kita ketemu di sini lokasinya,'" ungkap Indah sambil membacakan isi pesan itu. Setelah kejadian itu, mereka diberhentikan oleh Indah.
Karena pengalaman Indah berurusan dengan karyawan Gen Z tidak menyenangkan, dia jadi ragu untuk kembali meng-hire mereka. "Jujur nggak semua karyawan Gen Z saya begitu. Ada juga yang kerjanya rajin banget sampai nggak pernah ambil libur. Tapi gimana, ya, tetap lebih banyak yang nggak jelasnya. Perbandingan antara yang kerjanya nggak benar dan yang serius itu 70:30. Saya jadi rada trauma,” tutur Indah.
Berkebalikan dengan stigma negatif yang melekat di golongan pekerja generasi Z, Della Syafira, kelahiran tahun 2000, ini malah memberikan gambaran pekerja yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Della bekerja sebagai staf social media specialist di sebuah agensi kreatif. Selama satu tahun bekerja, Della malah sering pulang larut malam karena pekerjaannya belum selesai.
Ilustrasi karyawan
Foto: Getty Images/iStockphoto/Tirachard
“Aku termasuk generasi Z yang bela-belain lembur walaupun kadang suka nggak dapat uang lembut. Rela ditelepon kapan aja buat ngurusin kerjaan. Padahal gaji juga cuma UMR aja,” tawa Della.
Tempat kerja Della didominasi oleh kawula muda kekinian generasi Z. Justru Della melihat mereka adalah pekerja gigih yang sangat ambisius dalam bekerja. Kekompakan mereka teramat membantu tim untuk mencapai target perusahaannya.
“Kalau menurut aku itu bukan perkara generasinya, tapi sebagian oknum aja. Justru di kantor aku gen z itu pintar dan kreatif banget. Teman aku masih banyak, kok, yang attitude-nya bagus dan pekerja keras,” ucapnya kurang setuju dengan mitos mengenai pekerja gen z yang asal-asalan. "Kalau ketemu yang nggak benar kerjanya mungkin kakaknya salah ketemu orang aja,” katanya.
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho