Ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/kyonntra
Sabtu, 4 Februari 2023Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja pasangan Abdul Haris dan Arini Robbiijati menyelenggarakan pernikahan. Acara sekali seumur hidup yang umumnya digelar semeriah mungkin itu kali ini justru berjalan sunyi senyap. Tidak ada sesi dangdutan, apalagi pesta semalam suntuk. Berkebalikan dengan orang kebanyakan, akad perkawinan mereka berdua pun diadakan setelah ba’da Maghrib alias seusai matahari terbenam.
Prosesi pernikahan yang begitu sederhana dan kilat ini sampai menimbulkan sebuah tanda tanya besar. Kasak kusuk di antara para tamu undangan sampai terdengar ke telinga pria yang akrab disapa Duris ini. “Mulai dari tetangga, bahkan sampai saudara sendiri pada curiga. Kenapa, nih, orang, kok, nikah buru-buru amat, malam hari pula,” ucap Duris mengingat gosip yang sempat tersebar. “Mamanya teman aku sampai bilang ‘Emang kenapa, sih? Istrinya Duris hamil duluan, ya? Udah pasti ini, mah, makanya nikahnya cepat-cepat.”
Hubungan Duris dan Arini terbilang singkat. Setelah lima bulan pacaran, mereka kedua akhirnya duduk bersama di meja ijab kabul. Awalnya Duris tak berencana segera mempersunting perempuan idamannya itu, melainkan bertunangan terlebih dahulu. Apalagi saat itu usia istri Duris masih 19 tahun. Istrinya masih terdaftar sebagai mahasiswi jurusan Sastra Inggris di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
“Di tanggal 30 Maret 2019 itu rencanannya mau khitbah (tunangan) dulu. Tiba-tiba seminggu sebelum acara, mertua aku nelepon, minta langsung akad aja. Bapaknya udah nyiapin penghulu dan lain-lain,” cerita Duris.
Setelah berunding dengan keluarganya, niat keluarga calon mempelai wanita ini disambut baik. Duris-Arini segera mempersiapkan keperluan pernikahan hanya dalam waktu seminggu. Mereka berdua kompak ingin melangsungkan akad nikah secara sederhana. Duris dan Arini tak pernah punya impian bikin pesta nikah besar-besaran.
“Dulu aku pernah kerja jadi wedding organizer, pernah bantuin klien dari yang nikahnya sederhana sampai nikah di gedung mewah,” kata lulusan Universitas Jendral Achmad Yani Bandung ini. Gara-gara itu, Duris malah tidak ingin menghamburkan uang tabungannya hanya untuk pesta pernikahan. “Rasanya capek banget jadi pengantin, seharian dipajang di pelaminan, nerima tamu yang nggak dikenal. Kebetulan saya ketemu pasangan yang satu visi sama saya.”
Di tempat tinggalnya, di Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, bisa dibilang Duris jadi orang pertama yang mengadakan pernikahan sederhana tanpa pesta meriah. Tetangga di kampungnya minimal mengeluarkan biaya sebesar Rp 50 juta untuk pasang tenda, hiburan, makanan, pengajian dan sebagainya. Sedangkan di luar biaya seserahan, Duris dan istri hanya membayar Rp 15 juta saja.
Pasangan Abdul Haris dan Arini Robbiijati memilih melangsungkan pernikahan secara sederhana
Foto: Dok Pribadi
Akad nikah diselenggarakan di rumah keluarga pengantin wanita. Mereka mengundang penghulu dari Kantor Urusan Agama untuk datang ke rumah. Arini menyiapkan satu latar backdrop berupa kain yang dihiasi bunga-bunga untuk foto. Sementara temannya yang punya kamera bersedia menjadi fotografer secara cuma-cuma. Duris menggeluarkan uang untuk membuat baju pernikahan bergaya melayu.
“Baju aku itu sehari jadi, express bangetlah bikinnya di tukang jahit. Kopiahnya yang saya pakai sampai kegedean. Kalau orang tua pakai baju muslim sama batik, baju seadanya aja di rumah,” katanya. Istri Duris lebih beruntung. Ia tak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untuk membeli gaun pengantin. “Menariknya juga istri aku pakai gaun dari hasil giveaway dari akun penyewaan gaun pengantin. Setelah selesai dipakai, dikembalikan lagi.”
Acara pernikahan digelar begitu sederhana. Dimulai dengan prosesi penerimaan mempelai pria dan wanita, disusul dengan khutbah nikah dan ijab kabul. Lalu ditutup dengan makan hidangan katering yang sudah dipesan untuk 25 orang. Hanya tiga jam saja, tamu undangan sudah pulang ke rumah masing-masing. Selain hemat waktu, Duris dan istri juga hemat biaya.
“Uang tabungan yang ada bisa buat kebutuhan lain. Kalau aku bisa dipakai buat beli sepeda motor sama bangun rumah. Kebetulan di kampung sudah ada lahannya. Di kampung bikin rumah murah, Rp 100 juta juga udah bisa bikin rumah sama isi-isinya,” ucap Duris yang kini telah dikaruniai satu anak laki-laki. Tapi, jika memiliki budget lebih, Duris tak mempermasalahkan orang yang ingin membuat pesta pernikahan mewah “Balik lagi ke pilihan, ya, kalau budget ada dan siap, nggak jadi masalah juga. Lebih ke pandangan atau harapan pribadi masing-masing.”
***
Notifikasi di smartphone milik Marsella Iskandar tiba-tiba dibanjiri pertanyaan dari pengguna Twitter. Semua berawal dari keisengan Marsella saat nimbrung di salah satu thread tentang tren Nikah di KUA yang berujung masuk ke trending topic. Dalam thread panjang itu, kalangan generasi milenial berbagi kisah menikah sederhana. Marsella turut berbagi pengalamannya bersama suaminya, Firza Yudha Ariadi, menikah di KUA.
Tak lupa ia mengunggah foto pernikahannya sambil menggunakan kebaya putih dan tata rias ala pengantin Jawa sambil bergandengan tangan dengan suami. Mereka berdua berpose di depan papan kantor KUA Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan.
“Bintang iklan aja ga gengsi nikahan di KUA. Salut, semoga bisa nyusul. Dari awal liat nikahan abangku yg cost them more than 100jt buat aku mikir dan yakin ga bakal ngikutin jejaknya,” cuit salah satu pengguna Twitter mengomentari kisah Marsella.
Bintang iklan yang sudah aktif sejak tahun 2011 ini awalnya merencanakan pernikahan dengan suaminya yang berprofesi sebagai pilot pada Juli tahun 2020. Di tengah kesibukan mereka berdua, Marsella menyerahkan segala urusan pernikahan kepada vendor.
“Aku awalnya mau mengadakan pernikahan di gedung dan kebetulan udah sampai booking sama vendor, semua paket pernikahan dan lain-lain, karena aku dan suami nggak mau ribet. Aku udah lunasin ke semua vendor itu dan aku udah ngeluarin kurang lebih Rp 190 juta,” ungkapnya kepada detikX.
Namun, karena pandemi COVID-19 datang, Marsella tak ingin urusan pernikahannya berbenturan dengan peraturan pemerintah. Ia pun membatalkan segala rencanannya dan memutuskan untuk menikah secara sederhana di KUA.
“Ternyata suami setuju dan aku juga propose ke keluarga masing-masing. Aku to the point aja mau nikah di KUA, kita nggak mau over budget. Alhamdulillah-nya langsung di-approve. Karena dari awal budget dan konsep pernikahan diserahkan ke kita berdua sebagai calon pengantin,” tutur Marsella. Akad nikah keduanya dilangsungkan pada 23 April 2020.
Menurut Marsella, akan berbeda ceritanya jika orang tua ikut campur dalam biaya pernikahan. “Tapi kalau biaya sendiri, ya, kita juga harus bisa memperjuangkan keputusan kita. Tapi balik lagi namanya di Indonesia, sangat kekeluargaan, pernikahan di KUA harus ada persetujuan pihak keluarga juga. Jangan sampai kesannya maksa.”
Beruntung Marsella masih bisa mendapatkan 95% dari uang yang sudah ia setor ke vendor pernikahan. Sedangkan akad nikah sederhana yang ia selenggarakan hanya memakan biaya tak lebih dari Rp 6 juta. Budget terbesarnya ia alokasikan untuk menyewa fotografer handal agar nikah di KUA tetap terlihat estetik.
“Kuncinya di fotografernya. Walaupun nikah di KUA, fotonya bisa se-proper itu. Untuk akad di KUA aku ngeluarin Rp 5-6 juta. Alokasinya untuk foto dan video aku keluarin sekitar Rp 2-3 juta. Sisanya untuk sewa baju sama make-up aja,” ungkapnya.
Budget nikah di KUA bahkan tak sampai 5% dari biaya nikah di gedung yang sebelumnya sudah sempat ia keluarkan. “Senang dan bahagia uangnya bisa disaving sebanyak itu,” ucap Marsella. Sisa uangnya ia gunakan, salah satunya untuk road trip di Pulau Jawa selama dua minggu. “Aku sama suami suka jalan-jalan. Malah setelah 2 minggu masih mau lanjut ke arah Ujung Kulon Cuma waktu itu jatah cuti suami sudah habis.”
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho