INTERMESO

Delay Pesawat Pembawa Sengsara

Apalah arti kompensasi berupa sekotak nasi berisi sepotong ayam kecil dibanding waktu yang terbuang sia-sia?

Ilustrasi: Edi Wahyono

Minggu, 20 November 2022

Akibat maskapai penerbangan yang ia tumpangi mengalami keterlambatan, Yudi Yunanto hampir saja mengemper alias bermalam di Bandara YIA atau Yogyakarta Internasional Airport. Hati Yudi sudah tak keruan saat mendengar pengumuman dari pesawat yang ia tumpangi. "Pesawat akan mengalami keterlambatan selama 90 hingga 120 menit karena masalah teknis." Begitu kira-kira suara pengumuman dari pengeras suara.

“Memang belum seberapa dibanding cerita delay yang saya dengar dari orang lain. Tapi masalahnya kalau saya nggak sampai tepat waktu di YIA, malam itu saya nggak bisa pulang,” ucap Yudi menceritakan kejadian pada awal tahun 2022 itu kepada detikX.

Begitu sampai di YIA, rencanannya Yudi akan menumpangi kereta bandara menuju Stasiun Tugu di Kota Yogyakarta. Ia membeli tiket kereta bandara dengan jadwal keberangkatan paling akhir yaitu pukul 19.15 WIB. Jika pesawat yang membawanya dari Jakarta menuju Yogyakarta mengalami delay, itu artinya Yudi bakalan ketinggalan kereta.

Benar saja, pesawat itu mengalami keterlambatan selama hampir dua jam. Yudi dan penumpang lain mendapatkan kompensasi berupa nasi kotak dan segelas air minum. “Dikasih makanan gratis sih. Isinya ada ayam, mana kecil banget lagi,” kata mahasiswa tingkat akhir di Universitas Gajah Mada ini. Apalah arti kompensasi berupa sekotak nasi berisi sepotong ayam kecil dibanding waktu Yudi yang terbuang sia-sia.

Bandara YIA yang terletak di Kabupaten Kulon Progo ini letaknya jauh dari pusat Kota Yogyakarta. Perjalanan menggunakan mobil dari YIA menuju Stasiun Tugu, misalnya, ditempuh selama hampir 1 jam 30 menit. Akhirnya Yudi tiba di bandara YIA seorang diri pukul 21.00 WIB.

Bandara YIA
Foto: Jalu Rahman Dewantara/Dok Detik.com

“Saya khawatirnya nggak ada transport lain. Kereta udah nggak ada, travel bandara dari sore juga udah tutup. Mau pesan taksi online takutnya nggak ada yang mau ambil lagi,” kata Yudi.

Kekesalan Yudi makin menjadi-jadi saat mengambil koper di bagian pengambilan bagasi. Ia mendapati koper berukuran 28 inch miliknya penyok dan salah satu roda kopernya hilang. “Mau komplain tapi, kok, rasanya udah nggak ada energi banget, udahlah yang penting balik dulu aja,” ungkap Yudi. Untungnya ada temannya yang bersedia menjemput Yudi. “Satu-satunya keberuntungan saya malam itu, ada teman baik saya yang mau jemput. Saya nggak jadi nginep di bandara.”

Akibat tergiur harga tiket pesawat lebih murah, Serly Joanda dan teman-temannya mengalami delay. Seusai liburan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Serly hendak pulang kembali ke Jakarta menggunakan salah satu maskapai penerbangan. Di antara maskapai lain, memang maskapai yang Serly pilih harganya paling murah. Selisihnya bisa sampai Rp 500 ribu.

“Aku pikir, kan, Rp 500 ribu lumayan, tuh. Apalagi aku jalan-jalan pakai dana pribadi. Kalau ada yang lebih murah kenapa nggak aku ambil. Lumayan buat beli oleh-oleh orang di rumah,” ucapnya.

Pukul 15.35 WITA, pesawat dijadwalkan berangkat. Dua jam sebelumnya Serly sudah tiba di Bandara Internasional El Tari Kupang. Ia sudah siap-siap untuk terbang. Tepat pukul 14.30 WITA, Serly menerima pengumuman jika pesawatnya akan mengalami keterlambatan selama satu jam.

“Masih okey lah cuma satu jam nggak terlalu lama. Jadi kita semua nunggu. Tapi satu jam udah lewat kok belum ada pengumuman kalau pesawatnya bakal terbang,” kata Serly.

Ilustrasu suasana di bandara
Foto: Ari Saputra/detikcom 

Tiba-tiba ada lagi pengumuman dari maskapai itu jika pesawatnya sedang mengalami kendala teknis dan akan kembali mengalami keterlambatan selama satu jam. “Ya sudah terima aja delay selama dua jam. Mau ngeluh dan ngomel juga masalah nggak bakal selesai. Kalau dipaksain terbang takutnya bahaya,” ucapnya.

Akhirnya jam 17.35 WITA, ada pengumuman masuk ke pesawat. Serly bernafas lega. Ia sudah siap bersantai di bangku penumpang dan ingin tertidur lelap. Tapi belum sampai 20 menit di dalam pesawat, semua penumpang diminta turun dari pesawat. Sambil mengantuk Serly dan semua penumpang keluar dari pesawat. Dalam hati Serly hanya bisa bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

Petugas yang sedang berjaga digeruduk para penumpang. Mereka semua marah, memaki-maki sambil menggebrak meja. Mereka mempertanyakan mengapa ada pemunduran jadwal sampai dua kali, bahkan kali ini penumpang disuruh turun. Rencana mereka semua berantakan karena pesawat tidak bisa terbang. Keesokan harinya padahal Serly harus masuk kerja.

“Kita semua ditawarin buat menginap di hotel gratis, diantar jemput dari hotel ke bandara dan sebaliknya. Dapat makan malam juga sama uang seorang Rp 200 ribu,” katanya. Dengan segala drama itu, akhirnya Serly berhasil tiba di Jakarta pukul 07.30 WIB keesokan harinya. “Walaupun mereka tanggung jawab dengan kasih kita kompensasi, tapi nggak lagi deh pakai maskapai itu. Aku kapok banget,” ujar Serly.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE