Ilustrasi: Edi Wahyono
Minggu, 16 Oktober 2022Ikhsan Firmansyah menyerok satu sendok terakhir mie instan ke dalam mulut. Mie yang kenyal dan bumbu gurih penuh kenikmatan sedang beradu di atas lidahnya. Ia mengerjapkan mata sambil mengusap-usap perutnya yang sudah membengkak.
Kalau saja perut Ikhsan bisa bicara, ia pasti sudah marah-marah. Ikhsan makan mie instan seperti orang gila. Sambil menunggu pertandingan bola favoritnya, Ikhsan memulai ritual dengan memasak mie instan.
Tapi kali ini Ikhsan memasak lima mie instan sekaligus. Belum lagi tiga butir telur ceplok yang ia jadikan sebagai pelengkap. Penggemar klub bola Liverpool ini ibarat sedang melampiaskan keinginan mukbang seperti Youtuber Tanboy Kun.
Nampan aluminium yang ia alih fungsikan menjadi piring akhirnya kosong melompong. Hanya tersisa sedikit bumbu yang menempel di nampan. “Untungnya aku nggak sampai kenapa-kenapa. Itu rekor tergila selama makan mie instan,” ucap Ikhsan menceritakan kebodohannya saat itu.
Ikhsan jadi punya hobi baru, yaitu makan mie instan, setelah ia menjadi mahasiswa, merantau ke Jakarta dan jauh dari pengawasan orang tua. Rasanya semua perantau dan anak kos pasti setuju, mie instan adalah opsi paling mudah dan murah dalam memadamkan kelaparan.
Faktor keadaan dan kepraktisan menjadikan alasan Ikhsan memilih mie instan sebagai sohibnya. Namun, dulu ketika Ikhsan masih tinggal di rumah orang tuanya di Semarang, Ikhsan tidak diperbolehkan makan mie instan.
“Dulu di rumah aku ngumpet, curi-curi waktu makan mie instan pas orangtua lagi pergi. Sekarang setelah jauh dari orangtua kayaknya pelampiasan, malah sampai keblabasan,” ucap lulusan Universitas Mercu Buana ini.
Kalau sisa uang jajannya masih banyak, Ikhsan akan menambahkan protein berupa telur, bakso, atau sosis ke dalam mie instan racikannya. Tapi, ketika uang jajan sudah menipis, mie instan dan nasi sebanyak-banyaknya menjadi pilihan untuk memadamkan kelaparan. Dan ada satu komponen paling penting yang tidak bisa dilewatkan Ikhsan dalam meracik mie instan.
Ilustrasi mie instan
Foto: iStock
“Aku suka banget makan mie instan yang pedas. Setiap kali masak mie instan pasti aku tambahin cabai rawit. Abis makan perutnya jadi panas,” katanya. Saat masih menjadi mahasiswa, Ikhsan mengkonsumsi mie instan hampir setiap hari. “Gara-gara perut kosong terus makan mie yang super pedas. Sempat berobat soalnya lambung aku bermasalah.”
Meski harus berobat gara-gara mie instan, Ikhsan nampaknya belom kapok juga. “Rasanya aku belom bisa kalau nggak makan mie instan sama sekali, kayak ada yang kurang. Tapi sekarang aku lebih tahu diri lah ya, porsinya aku kurangin nggak sampai setiap hari,” kata Ikhsan.
Bagi Chika Talita, penggemar mie instan lainnya, mie instan itu seperti narkoba yang membuatnya terus menerus kecanduan. Sepanjang hidupnya entah sudah berapa dus mie instan yang Chika konsumsi.
Ia bahkan punya cita-cita untuk mencoba semua merk mie instan baik itu lokal maupun impor. “Kalau ada merk mie instan yang baru gue suka hunting di e-commerce. Pokoknya kalau ada keluaran baru gue rasanya pengin cepat jadi yang pertama nyobain,” kata perempuan berusia 25 tahun ini.
Chika menjadikan website The Ramen Rater sebagai ‘kitab suci’ untuk mencari rekomendasi mie instan. The Ramen Rater merupakan sebuah website berisi ulasan mie instan yang dikupas secara mendalam. Pendiri website The Ramen Eater sendiri merupakan seorang penggila mie instan asal Amerika bernama Hans Lienesch.
Ia telah mencicipi ribuan merek mie instan dari seluruh dunia tak terkecuali mie instan dari Indonesia. Setiap tahun The Ramen Eater merilis sepuluh daftar mie instan terbaik. Daftar itu selalu ditunggu-tunggu para fans mie instan sedunia.
“Gue sengaja pilih rasa macam-macam dan merk yang aneh-aneh. Pengin aja gitu nyicipin semuanya,” ucap Chika yang tak berhenti makan mie instan meski sudah berkali-kali diomeli pacarnya.
Jika dikonsumsi dalam jangka panjang, mie instan memiliki berbagai resiko untuk kesehatan. Spesialis gizi klinik dr Diana F Suganda, M.Kes, SpGK menjelaskan mie instan tidak bisa dikonsumsi setiap hari karena akan menyebabkan kadar garam di tubuh menjadi tinggi.
"Frekuensi makan mie instan nggak bisa setiap hari, paling nggak seminggu sekali, dua minggu dua kali. Jangan kebanyakan. Nanti di hari-hari yang lain bikin makanan yang lain. Ya, istilahnya kadar garam kita jadi nggak tinggi," katanya.
dr Diana menjelaskan, satu bungkus mie instan memiliki kadar garam sebanyak setengah dari kebutuhan natrium manusia. Garam yang tinggi menyebabkan seseorang akan merasa haus ketika selesai mengonsumsi makanan tersebut.
Ilustrasi mie instan
Foto: iStock
"Mie Instan itu kadar garamnya yang tinggi. Kalau kita omongin mie instan yang standar ukuran 75 gram, mie instan itu sekitar 330 kalori, garamnya 1.300 mg natriumnya, sedangkan kebutuhan natrium kita itu sekitar 2000 sampai 2400 mg. Jadi dari satu porsi mie instan saja udah mengambil jatah garam kita separuh," ucapnya.
Tidak heran jika makan mie instan membuat Chika jadi haus terus karena tubuh akan menetralisir kadar gula dan garam yang tinggi. “Kalau keseringan jadi sariawan dan pengin minum terus. Saking sering makan mie instan jadi penasaran sama kondisi tubuh, tapi takut ngecek ke dokternya,” ucap Chika khawatir.
Mie instan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat di Indonesia. WINA atau World Instant Noodles Association bahkan menempatkan Indonesia di urutan kedua sebagai negara yang paling berlebihan makan mie instan.
Berdasarkan data per 13 Mei 2022, China dan Hong Kong berada di urutan pertama sebagai negara pemakan mie instan terbanyak. Kemudian, disusul oleh Indonesia dan Vietnam yang berada di posisi kedua dan ketiga.
Lalu, hasil survei Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2021 juga menunjukkan, penduduk Indonesia mengkonsumsi 48 bungkus mie instan dalam setahun. Total seluruh Indonesia mencapai 13,2 miliar bungkus per tahun. Angka ini adalah perkiraan konsumsi per kapita mie instan di Indonesia untuk tahun 2021.
Pembatasan kegiatan sosial masyarakat saat pandemi Covid-19 juga turut andil dalam membuat konsumsi mie instan meningkat di Indonesia. Berdasarkan data Instantnoodles.org, konsumsi mie instan Indonesia meningkat 4,98% menjadi 13,27 miliar bungkus pada 2021 dibanding tahun sebelumnya.
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho