Ilustrasi: Edi Wahyono
Sabtu, 01 OKtober 2022Di daerah Puncak, Jawa Barat, kabarnya ada sebuah villa yang dihuni banyak ‘penunggu’. Sudah lebih dari 20 tahun, villa itu kosong tak berpenghuni. Pemilik villa itu adalah seorang pengusaha toko marmer yang cukup besar di daerah Harmoni, Jakarta Pusat. Namun, sejak sakit kanker dan akhirnya meninggal dunia, villa itu sudah tidak pernah lagi ia singgahi.
Sejak pemiliknya tiada, banyak kasak-kusuk tetangga perihal penampakan makhluk halus di sana. Entah benar atau tidak, tapi jika melihat kondisi bangunan dua lantai ini, siapa pun pasti akan sepakat jika villa itu cocok dijadikan lokasi syuting film horor. Kondisi bangunan rusak parah, rumput dan semak menguasai halaman dan sebagian bangunannya.
Sampai akhirnya Ibrahim Darwis menemukan villa ini. Ia adalah seorang pensiunan yang hobinya berburu rumah dengan harga miring untuk kembali dijual. Di kawasan Puncak sendiri, Ibrahim sudah memiliki enam villa. Sejauh ini, ia sudah pernah membeli sekitar 50 rumah untuk dijual kembali. Kebanyakan rumah yang ia beli berada di Jakarta.
“Kebetulan saya memang suka bolak-balik Puncak. Saya cari-cari rumah sekalian hiking di Gunung Gede Pangrango. Di Puncak banyak banget villa kosong yang lagi dijual,” katanya kepada detikX. Setiap minggu ia selalu menyempatkan diri mengunjungi villa di Puncak.
Kondisi villa di Puncak sebelum dibeli dan direnovasi oleh Ibrahim Darwis
Foto: Dok Pribadi
Di tahun 2017, akhirnya lulusan Magister Real Estate di Universitas Tarumanagara ini membeli villa yang memiliki banyak cerita mistis. Tak menunggu lama, Ibrahim langsung merenovasi villa itu. Rumput ilalang setinggi dua meter dibersihkan. Lumut yang memenuhi lantai marmer juga turut dibersihkan. Proses renovasi memakan waktu satu bulan.
Selama masa renovasi, ada kawannya yang mengunjungi villa tersebut. “Teman saya kebetulan bisa melihat makhluk halus. Waktu berkunjung dia bilang ke saya. Dia lihat ada banyak makhluk hitam dan badannya besar-besar. Dari lantai dua,” cerita Ibrahim yang tidak tertarik dengan cerita horor.
Ibrahim sama sekali tidak bergetar dengan cerita temannya itu. Malahan, setelah selesai direnovasi, Ibrahim sempat menginap di villa itu seorang diri. “Seumur hidup belum pernah ngalamin aneh-aneh. Waktu nginep di villa juga nggak ada apa-apa. Tukang yang renovasi villa saya juga nggak ada masalah,” katanya.
Setelah diperbaiki, villa yang katanya berhantu itu malah laris manis dan mendatangkan cuan. Baru beberapa bulan disewakan, datang orang keturunan Timur Tengah dengan niat untuk membeli villa itu. Tanpa banyak basa-basi, ia langsung membayar lunas villa dengan harga berlipat ganda dari modal dan ditambah biaya renovasi. Dan sampai saat ini tidak pernah lagi terdengar cerita aneh dari villa yang memiliki lima kamar dengan pemandangan Gunung Gede Pangrango di belakang halaman.
“Saya beli villa itu di bawah Rp 1 Miliar pokoknya. Akhirnya saya jual dengan harga dua kali dari harga beli dan renovasi,” tuturnya. Kalau saja Ibrahim terpengaruh dengan cerita horor itu, jangan harap bisa mengantongi keuntungan berlipat. "Kadang ketakutan yang tidak beralasan hanya menyulitkan diri kita sendiri.”
Villa berwarna oranye setelah direnovasi oleh Ibrahim Darwis
Foto: Dok Pribadi
Tapi, selama berburu rumah, hanya sekali Ibrahim pernah merasakan suasana kelam dan mencekam. Waktu itu Ibrahim membeli sebuah rumah dengan lahan seluas 400 meter persegi. Rumah di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, itu dulunya merupakan tempat praktik dukun terkenal.
“Di rumah itu ada 22 kamar buat pasien-pasien dia. Dukun ini punya ilmu mengobati. Saya pernah lihat di YouTube. Posisinya dia lagi di lantai tiga dan sedang demo kebal ditembak peluru,” ungkapnya. Kebetulan di lantai tiga itu Ibrahim merasakan suasana mistis paling kuat. “Memang kalau di lantai tiga, aromanya agak mistis. Ada tempat pemandian yang aneh di sana.”
Supaya rumah itu cepat laku, Ibrahim memasang harga jual di bawah pasaran. “Kalau nggak di bawah harga pasar, bakalan agak lama. Saya jual harga Rp 4 miliar,” katanya. Delapan tahun kemudian, oleh pemilik yang baru, rumah itu kembali dijual dengan harga Rp 10 miliar.
Selain Ibrahim, ada pula Dhika yang sudah mencicipi manisnya jual beli rumah ‘berhantu’. Kala itu di tahun 2008, keluarga Dhika membeli sebuah rumah di Kebayoran, Jakarta Selatan, yang sudah hampir empat tahun tidak berpenghuni. Pemilik sebelumnya adalah seoran nenek yang tinggal seorang diri. Sang suami sudah meninggal dan anaknya kuliah di luar negeri.
Rupanya sang nenek meninggal di rumah itu dan baru diketahui beberapa hari setelah kematiannya. Rumah itu lantas dijual di tahun 2005. Tapi, setiap ada pembeli yang datang ke rumah itu, mereka semua kompak kabur. “Dulu sempat dijual pakai jasa agen, tapi begitu orangnya lihat langsung mereka merasa nggak nyaman,” ucap Dhika yang bekerja di sebuah e-commerce ini.
Kondisi ruangan salah satu rumah yang ditinggal penghuninya dan konon 'berhantu'
Foto: Dok Pribadi Ibrahim Darwis.
Seolah tak tenang setelah meninggal, kabarnya, sang nenek masih menampakkan diri di rumah itu. “Katanya sering ada perempuan nangis, perempuan nyapu di halaman, dan sosok nenek itu ngintip dari jendela. Karena rumahnya nggak lama ditempatin juga dan mati. Tapi, waktu saya datang siang hari, baik-baik aja, sih. Cuma memang lembab dan banyak bocor,” kata Dhika yang masih percaya hal gaib.
Karena tak laku-laku, keluarga Dhika memutuskan untuk membeli rumah ini dan direnovasi kembali. “Kita beli dengan harga miring. Kebetulan posisi rumahnya cukup srategis. Setelah direnovasi kita jual pakai jasa agen dan akhirnya laku dengan harga normal, bukan harga rumah horor,” imbuh Dhika. Rumah itu Dhika beli dengan harga Rp 2 miliar, lalu ia jual kembali dengan harga Rp 4,5 miliar.
Sampai sekarang pemilik rumah yang baru tinggal dengan damai di rumah itu tanpa gangguan hantu atau makhluk halus. “Intinya mereka nyaman aja. Sekarang malah gue suka ngincer rumah tua yang katanya berhantu buat dirobohin terus dibangun dan dijual lagi,” ucap Dhika. “Asal lokasi strategis, budget cukup dan legalitasnya jelas.”
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho