Ilustrasi: Edi Wahyono
Sabtu, 10 September 2022Ada satu lokasi di Kota Bangkok, Thailand, yang wajib 'diwaspadai' para kaum hawa. Jika sudah berkunjung ke sana, niscaya perempuan-perempuan ini bakalan enggan pulang. Tempat bernama Platinum Fashion Mall yang berada di kawasan Pratunam ini menjual beraneka ragam baju superlengkap dan kekinian.
Terdiri dari tujuh lantai, hampir semua toko yang berjumlah sekitar dua ribu kompak menjual kebutuhan sandang. Di Indonesia, mal ini mungkin bisa disandingkan dengan pusat bisnis fashion ITC Mangga Dua atau Pusat Grosir Tanah Abang. Jika sudah menjejakkan kaki di sini, akan mustahil pulang begitu saja tanpa tentengan di tangan.
Memang hampit sulit menolak godaan baju-baju lucu di tempat ini. Veronica Davies dan sepupunya saja sudah hampir dua minggu menetap di negeri gajah putih demi berbelanja baju. Setiap hari, dari pagi sampai malam, Veronica keluar masuk Platinum Mall demi berburu baju. Perempuan lain yang ia temui di mal itu malahan lebih parah. Ada yang sampai berminggu-minggu masih betah di sana.
“Aku pagi belanja dari pukul 09.00 pagi sampai pukul 16.00 sore terus balik ke hotel. Pukul 19.00 malam keluar cari makan dan habis itu ke mal yang tadi lagi. Soalnya mereka buka sampai pukul 22.00 malam,” ucap Veronica menyempatkan diri untuk berbicara dengan detikX di sela-sela sesi belanjanya melalui sambungan telepon.
Veronica sengaja terbang ke Thailand bukan untuk sekedar cuci mata melainkan membelanjakan titipan pengikutnya di akun Instagram @delavies.id. Baru dua bulan ia berjualan baju dari Bangkok dengan sistem pre order. Meski masih seumur jagung, perempuan kelahiran tahun 1994 ini sudah merasakan cuan yang lumayan. Setiap hari ia bisa mengirimkan paket satu koli ke ekspedisi yang isinya berkilo-kilo baju untuk dikirim ke rumahnya di Medan.
Kawasan pusat perbelanjaan Pratunam, Thailand.
Foto: Fitraya/detikcom
“Emang sekarang di Thailand lagi rame banget orang Indonesia yang jualan baju. Buat pemula, minimal pertama kali jualan untuk akomodasi saja harusnya udah pasti ketutup,” katanya. Sekembalinya ke Medan, paket kiriman dari Thailand lalu ia packing dan dikirim ke alamat pembeli. “Estimasi paket dari Thailand tiba di Indonesia itu sekitar 7 sampai 10 hari.”
Selain berjualan menggunakan sistem pre order, Veronica juga mengikuti tren dengan memanfaatkan fitur live di media sosial Instagram. Melalui fitur ini, pembeli merasa seperti sedang belanja di Bangkok. Sebelum melakukan live di toko langganannya, Veronica sudah menyiapkan perlengkapan ‘tempur’, terdiri dari koper kain berukuran jumbo, smartphone yang baterainya terisi penuh, power bank dan, tak ketinggalan, tali meteran.
Di Platinum Mall banyak sekali perempuan yang nge-live di toko orang. Bukan cuma dari Indonesia atau China saja, penduduk lokal di sana juga menjalankan bisnis jualan baju menggunakan live streaming. Jadi di mal itu, Veronica harus beradu dengan ratusan perempuan lain yang juga ingin tampil live dengan barang dagangannya. Toko-toko di Platinum Mall malahan lebih banyak menerima orang yang ingin live ketimbang konsumen yang datang untuk belanja.
“Kalau aku perhatiin bahkan ada toko-toko yang pengunjung beneran itu cuma 10-20 persen saja, sisanya 80 persen ya kayak kita-kita gini. Datang buat jualan sambil nge-live di Instagram atau TikTok,” katanya. Toko memberikan fasilitas untuk mendukung kelancaran live, seperti sofa untuk duduk sambil live, colokan listrik, dan sebagainya.
Veronica Davies
Foto: Dok Pribadi
Di satu toko yang Veronica datangi saja bisa diisi lima sampai delapan perempuan yang masing-masing sedang live. Ketika mereka sedang live, aneka suara, beragam bahasa, bercampur jadi satu. Veronica sampai harus mendekatkan smartphone miliknya supaya suaranya bisa terdengar. Namun, berkat mereka pula, perputaran bisnis baju di Thailand begitu cepat. Jika tidak cepat membayar pesanan, belum tentu besok hari produk yang diinginkan masih ada. Hampir setiap hari toko-toko itu mengeluarkan produk new arrival.
“Aku di sini kerja berdua sama sepupuku, nggak sanggup kalau sendiri soalnya capek banget. Jadi aku bagi tugas aja. Ada yang nge-live, ada yang catetin dan rekap pesanan customer,”ucap perempuan lulusan Universitas Prima Indonesia, Medan. Setelah seharian belanja seperti orang gila, ia pasti mampir ke tempat relaksasi pijat kaki yang tersebar dan dapat ditemukan dengan mudah di seluruh sudut Kota Bangkok.
Di sisi lain, bisnis jualan baju dan produk dari Bangkok milik Karina Adentia, yang sebelumnya sudah ia jalani selama lima tahun, sempat terhenti karena pandemi Covid-19. Di masa itu, akun Instagram yang sudah ia buat untuk berjualan malah hilang. Namun, setelah kondisi berangsur membaik, penerbangan internasional ke Bangkok sudah dibuka, Karina kembali membuka bisnis ini melalui akun @bangkokseason.
“Waktu akun aku yang lama hilang ya udah aku sempat nothing to lose. Selama pandemi juga aku sempat kerja kantoran. Begitu border udah dibuka aku langsung coba lagi, kan. Nggak nyangka ternyata penjualannya lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya,” ucap Karina. Yang membedakan kini ketimbang dulu hanya di biaya akomodasi. “Sekarang tiket pulang pergi ke Bangkok dari Jakarta aja bisa sampai Rp 7 jutaan untuk satu orang. Kalau dulu Rp 3 juta juga udah dapet.”
Karina Adentia
Foto: Dok Pribadi
Karina berbagi tugas dengan timnya yang berjumlah tiga orang termasuk dirinya. Sementara ia mengurusi pengiriman di Jakarta, tim Karina yang berbelanja di Bangkok. Tapi terkadang, sekali dalam sebulan, Karina sendiri yang pergi ke Bangkok. Dalam sebulan, mereka bisa sampai tiga kali bolak balik Jakarta-Thailand.
“Kerjaan ini, sih, hectic dan capek banget. Tapi kenapa orang pada rela-rela saja? Ya karena untungnya lumayan banget. Kemarin terakhir aku bisa dapat omzet Rp 40-50 juta,” kata Karina yang mendapat inspirasi untuk berjualan baju dari Bangkok dari salah seorang kawannya.
Perkembangan usaha jualan baju dari Bangkok miliknya semakin cepat karena ia memiliki jaringan dengan para reseller. Salah satu reseller Karina adalah seorang artis yang juga memiliki butik sendiri. Khusus untuk para reseller-nya, Karina menggabungkan mereka dalam sebuah grup percakapan khusus.
“Mereka kalau sekali ambil lumayan banyak. Bisa 100-150 pcs. Dan aku biasanya sebelum berangkat aku kirimin foto dan video baju dari supplier aku di Bangkok. Jadi pas aku sudah di sana tinggal aku beli pesenan mereka,” ungkapnya.
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho