INTERMESO
“Masalahnya bukan di PTN atau PTS. Saya lebih milih kampus dengan kualitas yang lebih baik sekalipun itu PTS”
Ilustrasi: Shutterstock
Sabtu, 23 Juli 2022Wajar jika Ridho sudah membuat banyak orang lain kesal. Di saat seluruh calon mahasiswa se-Indonesia jungkir balik demi mewujudkan cita-cita kuliah di PTN (Perguruan Tinggi Negeri) bergengsi, bahkan sampai ada yang rela mengambil gap year alias waktu jeda supaya bisa mencoba peruntungan di tahun depan, Ridho malah menolak kesempatan itu. Padahal ucapan ‘Selamat! Anda dinyatakan lulus seleksi SBMPTN’ sudah di depan mata.
Namun, sebelum Ridho memberikan argumennya, ia minta nama dia yang sebenarnya dirahasiakan. “Soalnya saya takut banyak yang marah. Saya minta kalau kesannya saya malah menyia-nyiakan kesempatan yang udah diimpikan banyak orang,” ucap Ridho saat berbincang dengan detikX. Kepada temannya yang sama-sama mengikuti seleksi SBMPTN pun Ridho tak berani mengaku jika ia telah dinyatakan lulus.
Alasan terkuat Ridho untuk menolak PTN adalah karena setelah ditelusuri, akreditasi jurusan Teknik Industri di universitas swasta yang ia pilh sendiri yakni Universitas Telkom Bandung masih lebih baik dari pada PTN yang menerima Ridho. Setelah hasil SBMPTN keluar, Ridho sempat membandingkan nilai akreditasi prodi mereka dengan mesin pencari Google. Hasilnya kampusnya kini mendapat nilai akreditasi A, sementara PTN yang berlokasi di Jawa Timur itu mendapat nilai akreditasi B.
“Masalahnya bukan di PTN atau PTS (Perguruan Tinggi Swasta). Saya lebih milih kampus dengan kualitas yang lebih baik sekalipun itu PTS. Lagian keluarga, terutama bapak dan ibu mendukung banget saya masuk ke PTS. Makanya saya nggak pakai mikir dua kali lagi,” ucap Ridho yang kini sudah tiga tahun menjadi mahasiswa.
Ilustrasi: Pelaksanaan UTBK SBMPTN 2022 di Universitas Indonesia (UI), Selasa (17/5/2022) yang diikuti lebih dari 2.000 peserta.
Foto: Dok UI
Walaupun ada terbesit sedikit rasa sayangnya saat hendak menolak PTN. Sebelum mengikuti ujian SBMPTN, sama seperti orang lain, Ridho sampai sengaja mengambil bimbel khusus agar ia lolos dari seleksi. Sebelumnya Ridho paling benci dengan pelajaran matematika. Tapi, demi SBMPTN, Ridho berusaha mengerjakan soal itu sampai bisa, hingga belajar sampai larut malam.
“Kayaknya sepanjang saya SMA, itu moment belajar saya yang paling giat. Soalnya sering dengar SBMPTN itu susah, jadi saya fokus belajar. Nggak pengin gagal. Gara-gara itu saya sampai begadang minum kopi, sampai sekarang keterusan malah jadi suka minum kopi,” cerita Ridho.
SBMPTN atau Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri merupakan salah satu jalur penerimaan mahasiswa yang dapat dipilih untuk mendapatkan ‘golden ticket’ ke PTN favorit. SBMPTN mengharuskan pesertanya untuk mengikuti serangkaian tes terlebih dahulu. Di samping SBMPTN, ada pula SNMPTN atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri yang dikenal sebagai jalur tanpa tes. SNMPTN dapat diikuti oleh calon mahasiswa yang memenuhi kriteria nilai rapor dan sebagainya.
PTN menjadi daya tarik para calon mahasiswa karena biaya kuliahnya dinilai cenderung lebih murah ketimbang di kampus swasta. Saat dinyatakan lolos seleksi, calon mahasiswa hanya diminta untuk membayar Uang Kuliah Tunggal atau UKT atau Biaya Operasional Pendidikan atau BOP. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Maira Listyani yang berdomisili di Balikpapan, Kalimantan Timur, dan memiliki impian kuliah di PTN bergengsi seperti Universitas Indonesia atau Universitas Gajah Mada.
“Aku sebenarnya pengin sekali kuliah di luar kota khususnya di Pulau Jawa. Pengin aja ngerasain ke luar dari daerah aku, tuh, gimana,” katanya. Tapi, setelah memikirkan biayanya, Maira mengurungkan niatnya. “Kalau anak daerah kayak aku, pasti yang dibayar bukan cuma UKT aja. Belum termasuk biaya buat merantau dan menetap di sana. Harus bayar sewa kos dan kebutuhan selama di sana.”
Ilustrasi toga
Foto : Getty Images
Bukan hanya terganjal biaya, Maira juga terhalang restu orang tua. Sejak lama Maira ingin sekali kuliah di luar kota dan mengambil jurusan pendidikan. Tapi orang tuanya tidak setuju. Orang tua Maira merasa anak bungsunya tidak akan sanggup hidup mandiri di tempat asing. Selain itu, orang tua Maira ingin anaknya kuliah jurusan ekonomi di kampus dekat rumah.
“Bapak dan ibu nggak percaya sama aku. Dikiranya aku masih manja, mentang-mentang aku anak paling bontot,” ucap Maira yang memiliki dua kakak laki-laki.
Bukan Maira namanya jika ia menyerah begitu saja. Ia tetap mendaftar UTBK memakai uang sendiri meski orang tuanya tak setuju. Sudah bisa ditebak, saat membaca pengumuman hasil seleksi, ucapan yang ia terima malah berisi kata maaf dan semangat. “Aku nggak lolos, hikmahnya ya itu mungkin karena orang tua nggak ridho anaknya kuliah di luar kota. Ternyata ridho orang tua itu penting,” imbuh Maira.
Setelah menangis sesenggukan karena tidak lolos, Maira akhirnya dengan berat hati mau menuruti keinginan ayah ibunya. Maira mendaftar seleksi mandiri di PTS dekat rumahnya yaitu di Universitas Mulia dan memilih prodi ekonomi dan bisnis. “Sekarang udah jalan dua tahun. Alhamdulillah, aku betah aja, sih. Mungkin emang takdirnya di sini.”
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho