INTERMESO

Pekerjaan: Bapak Rumah Tangga

“Kalau buat saya, mah, nggak ada istilahnya malu laki-laki kerjain kerjaan rumah. Yang paling penting gimana kita berdua kerja sama buat kelangsungan pernikahan kita.”

Ilustrasi: Laki-laki memasak (Getty Images)

Minggu, 12 Juni 2022

Matahari belum muncul, namun Hendrawan sudah keluar dari kamar tidurnya. Ia sibuk mempersiapkan sarapan dan bekal untuk istri dan putri semata wayangnya yang baru saja duduk di sekolah dasar. Hari itu Hendra membuat perkedel jagung, telur dadar, dan sup makaroni ayam. Supaya tidak kelabakan, pria berusia 38 tahun ini sudah menyiapkan semua bahan-bahan dari malam sebelumnya. Resepnya Hendra dapatkan dari resep yang berseliweran di Instagram dan YouTube.

“Galeri handphone saya sampai penuh, isinya screenshoot resep semua sama ada video-video juga,” ucap Hendra saat berbicara dengan detikX. “Tapi ada juga menu-menu lain yang saya belajarnya sama istri atau sama mertua.”

Di rumahnya, anak perempuan Hendra kerap menjulukinya dengan sebutan Superman, sosok superhero fiksi keluaran DC Comics yang memiliki simbol huruf S. Tentu saja Hendra tidak punya kekuatan super, ia tidak bisa mengeluarkan sinar panas dari kedua matanya. Superman yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya manusia super.

Tak lama setelah Hendra dan istri memiliki anak, Hendra telah menjelma menjadi manusia super untuk keluarga kecilnya. Kegiatan Hendra sehari-hari tidak seperti kebanyakan orang-orang berkemeja rapi. Hendra bekerja sebagai bapak rumah tangga atau istilahnya stay at home dad. Tapi jabatan ini tidak memiliki jam kerja yang jelas. Hendra bisa saja bekerja seharian dari pagi hingga malam untuk mengurusi segala kebutuhan rumah. Hendra bisa menjadi koki maupun ahli keuangan. Namun di saat dibutuhkan, Hendra juga harus bisa mengambil alih posisi dokter atau pun teknisi.

“Ternyata jadi bapak rumah tangga perannya lebih banyak. Malahan harus bisa apa aja,” kata pria asal Lampung yang sudah menikah selama 10 tahun ini.

Dulu Hendra sempat mengira jika pekerjaan seorang bapak rumah tangga adalah pekerjaan paling membahagiakan di dunia. Siapa yang tak senang jika disuruh tidak usah berangkat bekerja dan bisa menikmati waktu bersantai di pagi hari sambil menyeruput segelas kopi, begitu pikirnya. Sayangnya itu semua hanya mimpi belaka.

“Wah, ternyata malah lebih capek jadi bapak rumah tangga, beneran deh. Memang orang kalau belum ngerasain nggak bakal bisa ngerti,” kata Hendra .

Ilustrasi ayah yang berperan sebagai bapak rumah tangga 
Foto: iStock 

Jika Hendra seharian bekerja sebagai bapak rumah tangga, lantas istrinya yang bertukar peran bekerja di luar rumah. Istri Hendra memegang jabatan cukup tinggi di sebuah bank swasta. Pekerjaan itu mengharuskan istrinya masuk ke kantor setiap hari. Sementara Hendra masih bekerja sebagai seorang freelance animator. Pekerjaan Hendra hanya berdasarkan proyek dan tak melulu ada. Kalau pun sedang ada permintaan, pekerjaan itu bisa ia lakukan dari mana saja, tak terkecuali di rumah.

Pekerjaan sampingan itu yang membuat Hendra bisa terlibat penuh dalam mengasuh anak dan mengurusi pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Ia bahkan mengaku senang karena bisa selalu memantau perkembangan putrinya. “Efek positifnya yang saya rasakan, ya, jadi lebih dekat sama anak. Sosok dan peran ayah di rumah jadi lebih terasa. Jadi tugas ayah kan bukan cuma nyari duit aja. Momen mengurus anak yang nggak bisa terbayarkan dengan uang,” kata Hendra.

Meski Hendra menikmati tugasnya sebagai bapak rumah tangga, bukan berarti pekerjaan ini bebas dari tantangan. Ujian terbesar bukan datang dari anaknya yang tiba-tiba tantrum, melainkan cibiran penjatuh mental. Ujian ini bisa datang dari segala penjuru, termasuk dari tetangga.

“Inget banget waktu awal-awal pindah rumah. Pagi-pagi saya suka nyiram tanaman di depan, tetangga suka tanya ‘Kok nggak kerja? Kok di rumah aja?” ujar Hendra menirukan pertanyaan usil tetangga.

Tetangga Hendra mungkin terheran-heran melihat Hendra melakukan pekerjaan domestik di rumah. Stigma kuat membuat konsep bapak rumah tangga belum sepenuhnya diterima di masyarakat, apalagi bagi masyarakat dengan budaya patriarki yang kuat. Bahkan beberapa budaya menganggap tabu atau aib jika pria melakukan pekerjaan rumah tangga. Orangtua bakal keberatan jika anak laki-lakinya disuruh mencuci baju, termasuk celana dalam istri.

Awalnya, pandemi COVID-19 membuat David Salim mau tak mau menyandang gelar sebagai bapak rumah tangga. Dua tahun kemudian, siapa sangka David nyaman dengan pekerjaan itu. Saking nyamannya, tanpa sadar ia sudah akrab dengan ibu-ibu kompleks di perumahannya. Sampai-sampai David menjadi satu-satunya laki-laki yang berhasil masuk dalam grup whatsapp arisan ibu-ibu di lingkungannya.

Ilustrasi laki-laki mencuci piring
Foto : ThinkStock

“Judulnya aja arisan. Tapi isinya lebih banyak soal update kabar sekitar kompleks atau nih misalnya berbagi info soal diskon kebutuhan rumah tangga. Semuanya di situ,” ucap David yang tinggal di Bekasi ini.

Seperti saban hari, ketika minyak goreng tengah langka, grup WhatsApp ini pernah sangat aktif sekali membagikan info terkini tentang persediaan minyak goreng beserta harganya. Istri David bisa dengan tenang pergi bekerja, sedangkan David siap siaga mengantri di sebuah supermarket dekat rumahnya.

“Kita saling bagi-bagi info, kalau ada minyak goreng murah di mana, nanti kita infoin di grup itu,” katanya

David dan istrinya berpegang teguh pada ikrar cinta mereka, baik dalam suka maupun duka. Ketika David mendapat pemutusan hubungan kerja alias di PHK sebagai tour guide akibat gelombang COVID-19, istrinya tak keberatan mengambil alih sebagai pencari nafkah.

“Bagaimana kalau suatu saat nanti ada kondisi yang membuat suami tidak bisa bekerja dan istri harus mencari nafkah untuk keluarga. Itu dulu sekali sudah pernah kita bahas sebelum nikah. Kita berdua nggak keberatan dengan itu,” katanya.

David pernah mencoba kembali melamar kerja, namun nasib berkata lain, ia belum diterima. Selain mengurusi anaknya yang masih belum sekolah, sekarang David juga mengisi kegiatan dengan menjadi dropshipper barang fesyen di sebuah e-commerce.

“Kalau buat saya, mah, nggak ada istilahnya malu laki-laki kerjain kerjaan rumah. Yang paling penting gimana kita berdua kerja sama buat kelangsungan pernikahan kita,” ungkapnya.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE