INTERMESO

Mengapa Vaksin HPV Penting

Emang nyesek, sih, harganya mahal. Tapi mikir lagi biaya yang harus kita keluarin kalau amit-amit kena penyakit ini bisa berkali lipat lebih mahal.”

Foto Ilustrasi: Getty Images

Minggu, 08 Mei 2022

Satu minggu lagi pasangan Amanda Mariela dan Nathaniel Hendra segera melangsungkan pernikahan. Segala persiapan terkait hari bahagianya itu sudah dituntaskan. Amanda hanya punya satu tugas terakhir, yaitu menyelesaikan suntikan dosis ke tiga vaksin HPV. Ia memilih sebuah klinik di Jakarta Selatan. Klinik itu melayani berbagai kegiatan vaksinasi untuk anak dan dewasa.

Sebenernya agak mepet, nih. Aku khawatir dosis ketiga ada efek sampingnya. Tapi sebelumnya, sih, cuma pegal-pegal di tangan aja,” kata perempuan berusia 26 tahun ini saat dihubungi detikX. Amanda sempat memundurkan jadwal vaksin HPV karena dokter yang menanganinya tidak mengizinkan vaksin HPV dilakukan berbarengan dengan vaksin COVID-19. “Minimal harus satu bulan setelah vaksin COVID. Kebetulan waktu dosis satu itu aku baru aja vaksin COVID, jadi harus nunggu dulu beberapa minggu.”

Melakukan vaksin HPV sudah ada dalam kesepakatan awal saat ia dan pasangannya, Nathaniel Hendra, memutuskan untuk menjalin hubungan lebih serius ke jenjang pernikahan. Menurutnya, persiapan pernikahan yang penting tidak hanya dari segi mental dan keuangan, tapi juga kesehatan. Vaksin HPV (Human Papilloma Virus) merupakan salah satu vaksin yang disarankan sebelum menikah sebagai tindakan pencegahan terhadap kanker serviks.

Kanker jenis ini umumnya disebabkan oleh virus HPV yang penularannya terjadi lewat hubungan seksual. Khususnya, hubungan seks yang berisiko seperti berganti pasangan hingga berhubungan seks tanpa pengaman. Berdasarkan laporan Global Cancer Observatory pada tahun 2018, Indonesia menempati urutan kedua kasus kanker serviks terbanyak di dunia dengan 32.469 kasus per tahun. Padahal jenis kanker ini merupakan yang paling bisa dicegah sejak dini. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan, skrining dan vaksinasi dapat mencegah hingga 90% kasus kanker serviks.

Ilustrasi kanker serviks
Foto : Getty Images

Virus ini memiliki banyak tipe, di antaranya ada tipe HPV 16 dan 18. Tipe ini yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dan diketahui sebagai penyebab 70% kasus keganasan di serviks. Sedangkan tipe HPV 6 dan 11 diketahui sebagai penyebab dari 90% kasus kutil kelamin. Virus HPV dapat menyerang laki-laki dan perempuan.

Disebutkan dalam situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia, ada 2 jenis vaksin HPV yang beredar di Indonesia, yaitu bivalen dan tetravalent. Jenis Bivalen mengandung 2 tipe virus HPV 16 dan 18 yang dapat mencegah kanker leher rahim. Sementara jenis tetravalen mengandung 4 tipe virus HPV (6,11,16,dan 18) yang dapat mencegah sekaligus kanker leher rahim dan juga kutil kelamin.

Namun, terkadang yang membuat Amanda dan pasangan lain lumayan terbebani adalah karena harganya yang tidak ramah di kantong. “Aku ambil yang lengkap tiga kali suntik bayarnya sekitar Rp 3 juta. Udah termasuk biaya konsultasi dokter sama biaya administrasi. Itu aja aku sengaja nyarinya di klinik supaya lebih murah. Katanya kalau di rumah sakit bisa lebih mahal lagi,” katanya. “Emang nyesek, sih, harganya mahal. Tapi mikir lagi biaya yang harus kita keluarin kalau amit-amit kena penyakit ini bisa berkali lipat lebih mahal.”

Belakangan vaksin HPV banyak dibacarakan masyarakat Indonesia. Hal ini dipicu oleh wacana Kementerian Kesehatan yang hendak mewajibkan vaksinasi untuk pelajar putri kelas 5 dan 6 sekolah dasar. Pemberian vaksin ini akan dilakukan bersamaan dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) pada Agustus dan November. Vaksinasi ini akan mulai berlaku secara nasional pada 2023-2024. Saat ini Kementrian Kesehatan sedang melakukan pelatihan vaksinasi berjenjang. Di tahun 2021 lalu, vaksinasi ini sudah dilakukan di dua provinsi.

Sebenarnya vaksin kanker serviks sudah ada sejak lama. Bahkan di Amerika Serikat, vakasinasi HPV diberikan kepada anak praremaja berusia 11 hingga 12 tahun. Sedangkan di Inggris vaksin jenis itu diberikan kepada anak perempuan usia 12 hingga 13 tahun. Mayoritas negara-negara Eropa Barat merekomendasikan vaksin diberikan kepada anak usia 12 tahun.

Vaksin HPV biasa dilakukan perempuan sebelum menikah
Foto : Getty Images

Sebanyak 2,7 juta anak Indonesia menjadi target program vaksinasi HPV. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, vaksin HPV lebih efektif mencegah kanker serviks jika diberikan sejak usia dini. "Berbagai penelitian menunjukan bahwa vaksin HPV ini lebih ampuh diberikan kepada anak yang belum mens, karena kita sistemnya mencegah bukan mengobati makanya pencegahan dilakukan dari hulu yakni dari usia anak-anak," kata Budi dalam kegiatan puncak hari vaksinasi nasional yang juga ditayangkan di siaran YouTube Kemenkes.

Di Twitter, wacana pemberian vaksin HPV pada anak-anak ini pun mengundang berbagai reaksi. Di antara mereka yang menyambut baik wacana ini, ada pula yang menolak pemberian vaksin HPV. “Tolak HPV vaccine u anak!!! Anak kecil belum berhubungan seks, HPV penyebab cervical cancer ditularkan lewat hubungan seksual!!! Menkes loe gak punya otak!" tulis akun @Gank_Of_Petojo.

Yang lalu kemudian dibalas oleh salah satu pengguna Twitter lainnya “Yang ngomong gitu emangnya sanggup buat bayar vaksin HPV?” tulis @swaratsiri.

Pengguna lain, @semangatyaran, malah berharap program ini juga akan digratiskan untuk orang dewasa. "fyi, rencana ini untuk program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) jadi ke SD-SD gitu termasuk program imunisasi dasar lengkap, semoga menyusul kebijakan di-gratiskan HPV untuk dewasa ya," katanya.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE