Ilustrasi: Edi Wahyono
Sabtu, 09 April 2022Sudah tiga malam berturut-turut Irawan Suprapto dan istrinya begadang demi mendapatkan tiket kereta api untuk mudik. Targetnya, mereka ingin mendapatkan tiket kereta api di tanggal 28 atau 29 April 2022. Karena di tanggal itu pula kantor tempat keduanya bekerja baru meliburkan diri.
Namun sayang, tanggal 28 hingga 30 April menjadi pilihan favorit segenap penduduk Indonesia yang hendak mudik dan merayakan Lebaran. Akhirnya, ia selalu gagal mendapatkan tiket kereta. Padahal Irawan sudah sengaja bertempur menggunakan dua buah laptop miliknya dan milik istrinya. Sementara dari handphone, sang istri membuka aplikasi yang menyediakan layanan pemesanan tiket kereta api.
Tidak sedetik pun mata Irawan Suprapto berkedip saat menatap dua layar laptopnya. Sementara tangan kanannya sibuk menggerak-gerakan kursor layaknya seorang gamer yang sedang menghabisi musuh. Begitu pukul 00.00, jari jemari Irawan bergerak lebih agresif. Tapi ketika sedang menyelesaikan pembayaran, halaman pembayaran seketika error dan ia kembali ke halaman sebelumnya.
“Saya sering gagal check out dan dalam hitungan menit tiket udah habis. Udah kayak dimalingin tuyul. Masak dalam hitungan menit semuanya udah habis? Kita udah bela-belain nahan ngantuk. Mana besok paginya kita harus pergi kerja lagi,” ucap Irawan yang tahun ini kembali mencoba peruntungannya memesan tiket kereta api jurusan Pasar Senen-Surabaya.
Padahal mereka berdua sudah sengaja melakukan pemesanan tiket sejak hari pertama penjualan dibuka. “Apalagi buat tiket ekonomi yang lebih murah, lebih langka lagi. Kalau mau pesan tiket sebelum tanggal 28, sih, masih ada. Tapi kami, kan, nggak mungkin majuin libur,” ucap Irawan yang sama-sama bekerja di sebuah industri manufaktur bersama istrinya.
Suasana di dalam kereta api antar kota kelas eksekutif
Foto: Pradita Utama/detikcom
Irawan menghindari opsi mudik dengan pesawat karena biayanya lebih besar. “Kalau naik pesawat beli tiket PP bisa-bisa aja, tapi 'mencret' biayanya. Paling murah aja udah Rp 1 jutaan per orang. Makanya saya kepengen banget naik kereta. Tapi mau gimana, ya, booking-nya susah,” keluh laki-laki berusia 40 tahun ini.
Membeli tiket kereta api mudik menurutnya bahkan lebih sulit ketimbang membeli barang dari flash sale diskon besar-besaran di e-commerce. “Istri saya yang biasa menang flash sale aja nggak dapat tiket kereta juga. Saya bingung kenapa orang-orang ini, kok, jarinya cepet-cepet banget, ya?” ungkap Irawan.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) telah membuka penjualan tiket mudik libur Lebaran 2022 sejak 1 April kemarin. Calon penumpang sudah boleh membeli tiket kereta api untuk jadwal keberangkatan H-45. Situs resmi PT KAI merilis, hingga 6 April 2022, telah menjual 611.013 tiket kereta api (KA) jarak jauh. Atau sekitar 22% dari total tiket yang disediakan.
Drama memesan tiket kereta api mudik menjadi kenangan tersendiri bagi Bambang Hairudin. Dulu di tahun 2012, ketika ia masih melajang dan merantau bekerja ke Jakarta, Bambang masih mengantri di Pasar Senen demi mendapatkan tiket mudik tujuan Pasar Senen-Yogyakarta.
Seingatnya saat itu, sudah diterapkan sistem pembelian tiket kereta api secara online. Hanya untuk mudik, pembelian tiket masih dilakukan secara offline. Sama seperti sistem online, tiket mudik baru bisa dibeli tepat pukul 00.00 dini hari. Bambang datang bersama teman-temannya yang juga hendak berburu tiket mudik. Dua jam sebelum waktu pembelian tiket, Stasiun Pasar Senen sudah menyerupai lautan manusia.
“Pokoknya ramai sekali. Saya ngantre dari pukul 22.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB pagi baru dapat tiket. Dari gelap sampai terang lagi demi bisa mudik naik kereta,” kenang Bambang.
Namun, di tahun 2014 ketika diberlakukan pembelian secara online, ia malah sama sekali tidak kebagian tiket kereta. “Mungkin karena saya nggak biasa pesan tiket online jadi geraknya lambat. Ditambah alasannya waktu itu sistemnya nggak kuat karena terlalu banyak yang mengakses. Tiap tahun beli tiket mudik selalu ada aja masalahnya,” ujar Bambang.
Ilustrasi kereta api
Foto : dok Istimewa
Sekarang pengalamannya memesan tiket mudik sudah menjadi kenang-kenangan karena sejak menikah dan dikaruniai dua anak, Bambang tidak pernah lagi mudik dengan kereta. “Alhamdulillah sekarang mudik saya nyetir mobil. Walaupun pegel apalagi kalau macet, tapi nggak perlu rebut-rebutan tiket kereta lagi,” ungkapnya.
Meski tiket mudik sudah dijual dari jauh-jauh hari, Aniek tidak pernah kebagian tiket kereta. Selain karena sulitnya membeli tiket mudik di hari Lebaran, Aniek baru diberikan kepastian mengenai libur Lebaran satu atau dua minggu sebelumnya. Kepastian mengenai hari libur lebaran di usaha katering tempatnya bekerja masih simpang siur.
“Biasanya, nih, mepet satu minggu sebelum Lebaran bahkan baru dikasih tahu berapa lama liburnya dan sampai kapan. Saya, mah, udah nggak mungkin pesan tiket jauh-jauh hari. Sudah pasti ludes nggak tersisa,” ujar ibu satu anak asal Purwosari, Jawa Timur, ini.
Aniek dan karyawan lain baru libur jika sudah menyelesaikan pesanan yang melambung jelang lebaran. Beberapa tahun lalu ia bahkan melewati lebaran di tempat kerja. Ia harus melayani pesanan katering untuk rumah-rumah yang ditinggal Asisten Rumah Tangga (ART) Mudik.
“Kalau udah begini biasanya saya baru mudik setelah lewat Lebaran,” ungkapnya yang terkadang juga memilih opsi mudik dengan bus atau melalui jasa travel kenalannya.
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho