INTERMESO

Jangan Atur Rahimku

“Padahal kalau ditahan sedikit lagi kamu bisa lahiran normal. Sayang banget padahal lahiran normal lebih nikmat. Perjuangan kamu, mah, nggak seberapa”

Ilustrasi: Edi Wahyono

Sabtu, 26 Februari 2022

Jika mengingat proses kelahiran anak perempuan semata wayangnya, hati Putri, bukan nama sebenarnya, seolah kembali hancur berkeping-keping. Tak hanya merasakan dinginnya meja operasi dan sakitnya jahitan bedah pasca melahirkan, Putri harus menerima cemoohan orang di sekitarnya karena melahirkan lewat operasi caesar atau bedah caesar.

“Saya sakit hati banget. Sampai sekarang anak saya udah usia 2 tahun pun mereka masih suka ungkit-ungkit lagi masalah itu,” tutur Putri minta identitasnya dirahasiakan. 

Seperti ibu pada umumnya, Putri sangat menanti perjumpaan pertama dengan sang buah hati. Jauh hari sebelum hamil dan menikah, Putri sudah mendambakan untuk melahirkan melalui persalinan pervaginam atau melahirkan dengan cara alamiah melalui jalan lahir bayi dan keluar lewat vagina. 

“Karena sepupu saya lebih sakit dari pada operasi normal. Saya udah bertekad, kalau bisa maunya, sih, normal,” tutur perempuan asal Lampung yang sehari-hari sibuk mengurusi anaknya. 

Manusia boleh berencana, namun Tuhan yang menentukan. Setibanya di rumah sakit, bukaan Putri tak kunjung bertambah. Pembukaan adalah proses membukanya leher rahim atau serviks sebagai jalur lahir bayi saat persalinan atau melahirkan. Pembukaan lahir ini harus genap berjumlah sepuluh. Semakin besar pembukaan, maka bayi akan semakin cepat keluar. 

Proses pembukaan sangat menguras tenaga. Perut Putri berkali-kali mengalami kontraksi hingga membuat sekujur tubuhnya bergetar menahan sakit. Proses bukaan ini bisa berlangsung selama berjam-jam hingga lebih dari sehari. 

Sudah sampai dua belas jam, Putri masih mandek di bukaan keenam. Cairan induksi yang bertujuan untuk merangsang kontraksi rahim untuk melancarkan persalinan melalui vagina sudah diberikan. Namun, bukaan tak kunjung bertambah juga.

Ilustrasi operasi caesar
Foto : iStock

“Dokter waktu itu udah nawarin untuk ditambah induksinya. Tapi suami saya nggak tega. Jadi terpaksa harus operasi,” tuturnya. Sebelumnya, dokter yang menangani Putri sempat yakin ia bisa melahirkan secara normal. 

Sepertinya proses kelahiran anak perempuannya ini membuat suami Putri ikut mengalami trauma. Sampai-sampai sang suami tak berencana untuk mempunyai anak kedua. “Rasanya emang kayak mau mati. Saya sampai titip pesan ke suami untuk rawat anak kita kalau ada apa-apa sama saya. Tenaga udah habis dan pandangan mata saya sempat gelap,” ungkap Putri menceritakan pengalaman melahirkan yang penuh perjuangan itu.

Setelah berhasil melewati ‘maut’, bukannya sambutan hangat yang ia terima, tapi malah cibiran pedas dari ibu mertua. Seusai pulang dari rumah sakit, Putri memang tinggal dengan ibu mertuanya untuk sementara waktu sampai kondisinya pulih kembali. Mertua Putri malah menyalahkannya karena melakukan operasi caesar. 

“Padahal kalau ditahan sedikit lagi kamu bisa lahiran normal. Sayang banget padahal lahiran normal lebih nikmat. Perjuangan kamu, mah, nggak seberapa,” ucap Putri menirukan cibiran mertuanya. Bukan hanya sekali dua kali ia mengungkit perihal pilihan Putri melahirkan secara caesar. “Padahal  saya kan juga maunya normal. Tapi apa boleh buat, yang penting bayinya selamat.”

Belum lagi perempuan berusia 30 tahun ini harus menghadapi cemoohan saudara atau tetangga yang mengunjunginya di rumah. Bukannya datang untuk menjenguk, mereka malah membandingkan cara melahirkan dengan Putri. 

“Mereka ngebanding-bandingin saya sama anaknya, lah, sama si inilah si itulah. Kalau tahu begitu mendingan nggak usah jenguk sekalian. Malah bikin saya emosi,” kesal Putri.

Memang tak sedikit orang yang mengecilkan perempuan karena melahirkan lewat jalur operasi. Padahal nyatanya melahirkan lewat jalur operasi justru terasa lebih nyeri dibanding persalinan normal.

Ilustrasi operasi caesar
Foto: Getty Images/Mustafagull

"Nyeri yang terjadi pascaoperasi caesar adalah karena nyeri akibat luka sayatan di kulit hingga rahim seorang ibu," jelas dr Hari Nugroho, SpOG, dari Divisi Ginekologi Onkologi Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD dr Soetomo Surabaya.

Dijelaskan dr Hari, nyeri pada saat operasi biasanya dihilangkan dengan obat bius, tetapi nyeri pascaoperasi karena penyembuhan luka sayatan juga cukup hebat. "Karena itu ibu melahirkan dengan caesar lebih sering menggunakan obat antinyeri dibandingkan lahir normal," sambung dr Hari.

Pada persalinan caesar, nyeri hebat justru terasa setelah proses melahirkan. Bahkan tidak jarang ibu-ibu yang melahirkan caesar masih merasa nyeri di bekas luka sayatan setelah bertahun-tahun melahirkan. Kondisi ini dialami Rahmawati, perempuan berusia 28 tahun yang memiliki anak laki-laki berusia tiga tahun. Bekas jahitan pasca operasi membuat tubuhnya tak bisa berfungsi seperti sedia kala.

“Gendong anak aja udah nggak kuat. Padahal dulu aku aktif nge-gym. Saya dulu bisa angkat beban sampai 20 kg. Sekarang perut udah kayak mau pecah,” ungkapnya. Bekas suntikan epidural yang diberikan di tulang belakang sebelum operasi pun memberikan efek jangka panjang. “Setiap habis bangun pagi terutama, ya, kaku sekali punggung aku.”

Belum lagi perubahan yang terjadi di tubuhnya. Rahmawati bahkan kerap iri kepada teman-temannya yang belum menikah. Mereka bisa memakai baju apa saja tanpa takut kelihatan stretch mark di perutnya. 

“Makanya aku, tuh, suka kesel sama orang yang ngata-ngatain ibu yang operasi. Cobain aja dulu, baru tau rasanya nanti. Semoga aja nggak berefek samping kayak aku sekarang,” ungkapnya.


Penulis: Mellisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE