Foto: Ilustrasi mata (ThinkStock)
Sabtu, 08 Januari 2021Tiba-tiba dunia Hanna Asma Syahidah berubah menjadi gelap gulita. Tidak ada satu titik pun cahaya yang bisa ia lihat melalui kedua matanya. Tanpa peringatan, penglihatan Hanna raib begitu saja. Padahal, satu menit yang lalu, Hanna masih bertukar-canda bersama teman sebangkunya di sekolah.
“Kayak berada di dalam kamar yang gelap. Lampunya dimatiin semua. Aku sampai nggak bisa melihat sama sekali,” ujar Hanna Asma Syahidah saat dihubungi detikX beberapa waktu lalu. Sebelum gelap itu melanda, Hanna sempat merasakan pusing dan mual yang teramat menyakitkan.
Saat itu Hanna bahkan belum genap 17 tahun. Dokter mendiagnosa Hanna dengan penyakit glukoma, sebuah kerusakan pada saraf mata yang diakibatkan oleh tingginya tekanan dalam bola mata. Ketika sedang kumat, kegelapan itu bahkan bisa berlangsung selama satu jam. Dan jika makin parah, Hanna yang belum lulus SMA bisa mengalami kebutaan permanen.
“Dalam sebulan aku bisa ngalamin itu sampai sepuluh kali. Dan dokter udah memperingatkan aku kalau tekanan bola matanya makin parah bisa beneran buta,” ucap Hanna yang kini sedang menempuh jenjang magister manajemen di Universitas Mercu Buana ini. Untungnya setelah menjalankan terapi selama satu tahun, penglihatan Hanna kembali pulih.
Setelah sembuh, anak pertama dari dua bersaudara ini berikhtiar untuk mendonorkan matanya kepada yang membutuhkan. Impian Hanna akhirnya ia realisasikan pada akhir tahun 2020 kemarin. Hanna telah terdaftar sebagai calon pendonor di Lion’s Eye Bank Jakarta (LEBJ). Pernah merasakan sengasaranya menjadi ‘buta’ dan tidak berdaya, Hanna ingin sekali meringankan beban mereka yang mengalami kebutaan. Supaya mereka memiliki kesempatan kedua agar dapat kembali melihat dunia.
“Aku pernah hampir mengalami dan sewaktu dikasih kesempatan untuk bisa melihat normal lagi itu suatu kebahagiaan banget. Aku memutuskan donor mata supaya mereka bisa merasakan apa yang aku rasakan. Ayo sama-sama kita melihat lagi,” tutur Hanna.
Hanna Asma Syahidah
Foto: Dok Pribadi (Instagram)
Mendengar kata donor mata mungkin sebagian orang akan bergidik ngeri. Apalagi membayangkan bola mata anda akan diberikan ke orang lain. Namun, sebetulnya donor mata hanya dilakukan dengan mengambil kornea atau lapisan terluar mata saja. Operasi pencangkokan itu pun hanya dilakukan jika pendonor sudah meninggal dunia. Fungsi kornea mata adalah membuat cahaya melewati pupil dan lensa untuk fokus ke retina supaya mata dapat melihat dengan baik.
“Memang banyak sekali orang yang salah sangka. Mereka kira bola matanya diambil semua. Tapi tindakan ini sama sekali tidak mengubah penampilan pendonor. Karena yang diambil hanya kornea dan rata-rata ketebalan kornea hanya 500 mikron saja,” kata dr. Dimas Rifqi Anantyo selaku Eye Bank Manager Lions Eye Bank Jakarta kepada detikX.
Bagi orang-orang yang mengalami kebutaan khususnya karena kerusakan kornea mata, aksi donor ini akan sangat berarti. Karena dengan dilakukannya tranplantasi, mereka memiliki harapan yang sangat tinggi untuk bisa melihat lagi. Di Indonesia ada beberapa organisasi dan lembaga di Indonesia yang mewadahi aksi donor mata ini. Salah satunya adalah Lions Eye Bank Jakarta atau LEBJ. Didirikan pada tahun 2017, LEBJ adalah organisasi non-profit hasil kerja sama Yayasan Lions Mengabdi Indonesia dan JECC Eye Hospitals and Clinics.
“Kita banyak lihat mereka yang sudah melakukan transplantasi dan bisa melihat lagi. Mereka sangat happy sekali. Kalau sudah mengalami kebutaan orang akan bayar uang berapa pun supaya bisa melihat lagi karena penglihatan sangat penting,” ungkap Dimas.
Harapan aku dengan donor ini mungkin mereka bisa melihat dengan jernih lagi. Dari cerita yang aku baca, testimoni penerima donor, itu memang mengubah hidup mereka banget."
Menurut data dari Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), diperkirakan 1 per 1.000 orang penduduk Indonesia menderita kebutaan akibat kelainan kornea. Artinya, 270 ribu dari 270 juta jiwa masyarakat Indonesia mengalami kebutaan karena kerusakan kornea. Menurut data WHO, kelainan kornea termasuk ke dalam 4 urutan penyebab kebutaan terbesar setelah katarak, glukoma, dan age-related macular degeneration.
Stiker donor mata yang ditempelkan pada KTP milik pendonor
Foto : Instagram @lionseyebankjakarta
Masalahnya jumlah penderita kebutaan karena kerusakan kornea saat ini tidak sebanding dengan ketersediaan jaringan kornea. Di LEBJ misalnya, sejak berdiri di tahun 2017, calon donor yang terkumpul baru sekitar 6.800 orang. Transplantasi berhasil dilakukan sebanyak 345 kali. Untuk mencukupi kebutuhan, Indonesia harus mengimpor kornea dari negara lain seperti Amerika Serikat, Filipina hingga Nepal.
“Kalau kita lihat statistik jumlah calon pendonor setiap tahun memang semakin meningkat. Tapi apakah kebutuhan kornea di Indonesia terpenuhi? Belum. Mereka ini kan baru sebatas mendaftar belum diambil jaringannya. Nanti saat calon donor tutup usia baru diambil,” kata Dimas. Usia calon pendonor paling banyak ada di kisaran 25-30 tahun.
Jumlah penderita kerusakan kornea mata terus meningkat. Kerusakan kornea mata juga bisa menimpa siapa saja. “Kerusakan kornea mata bisa terjadi kelainan dari bawahan lahir, infeksi dan paling sering ditemui diakibatkan lensa kontak. Lalu bisa juga diakibatkan trauma kecelakaan,” terangnya.
Saat ini di LEBJ saja, terdapat 160 pasien yang menanti ketersediaan jaringan kornea. Mereka harus sabar menunggu antrean dalam kegelapan. Karena waktu antre yang sangat lama, tak jarang membuat semangat mereka luntur. “Di Indonesia waktu tunggu cukup lama. Dokter yang bisa melakukan cangkok sudah banyak, peralatan sudah memadai di Jakarta, cuma ketersediaan korneanya yang tidak ada,” pungkas Dimas.
Di Indonesia, upaya untuk mendaftarkan diri sebagai calon pendonor maupun operasi pengambilan jaringan pendonor kerap terbentur dengan banyak hal. Salah satu faktor yang menyebabkan jumlah pendonor di Indonesia sedikit adalah persepsi bahwa tindakan ini bertentangan dengan ajaran agama. Lalu tim dokter juga masih harus berurusan dengan keluarga dan pemuka agama.
“Makanya sebelum mendaftar harus betul dipikirkan dengan matang dan didiskusikan bersama keluarga. Karena ada pendonor yang akhirnya tidak jadi kita ambil jaringannya karena ada satu anggota keluarga tidak setuju,” katanya.
Sandra Saraswati Wibisono menunjukkan KTP berstiker pendonor kornea mata
Foto : Dok Pribadi (Instagram)
Proses pendaftaran sebagai calon pendonor kornea mata di LEBJ sangat mudah. Tahun lalu Sandra Saraswati Wibisono juga baru mendaftarkan dirinya sebagai calon pendonor kornea mata. Ia hanya perlu mengisi formulir secara online. Niat baiknya ini terinspirasi dari film Seven Pounds yang diperankan oleh Will Smith. Film ini menceritakan tentang kisah Ben Thomas yang mendonasikan seluruh organ tubuhnya untuk tujuan yang mulia. Keputusan Sandra untuk mendonorkan kornea matanya duga didukung penuh oleh kedua orangtuanya.
“Setelah isi formulir online, satu sampai maksimal dua minggu kita bakal dikirimin stiker yang ditempel di KTP sebagai tanda pengenal kalau kita ini adalah calon pendonor kornea mata,” kata mahasiswi semester lima jurusan Psikologi di Universitas Atma Jaya BSD, Serpong. Sandra mendapatkan stiker bertuliskan ‘Saya Donor Mata’. Selain mendaftar online, Sandra hanya perlu mengeluarkan ongkos kirim untuk mengirimkan stiker ke alamat rumahnya.
Pengalaman Sandra mendaftar menjadi calon pendonor di LEBJ ia unggah ke akun TikTok @sandrawibisono. Konten yang ia buat langsung tayang ke FYP alias For You Page dan mendapatkan 1,4 juta likes. “Harapan aku dengan donor ini mungkin mereka bisa melihat dengan jernih lagi. Dari cerita yang aku baca, testimoni penerima donor, itu memang mengubah hidup mereka banget,” katanya.
Setelah calon pendonor meninggal, maka ahli waris wajib memberitahukan pihak LEBJ. Proses pengambilan jaringan kornea hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Teknisi akan melakukan pengambilan jaringan dalam waktu 15 jam setelah pendonor dinyatakan meninggal dunia oleh dokter sehingga pemakanan dapat berjalan tanpa ditunda. Sampel darah pendonor juga akan diperiksa untuk adanya penyakit menular seperti HIV, Hepatitis B, Syphillis. Jika dinyatakan aman, jaringan tersebut akan digunakan untuk transplantasi.
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho