INTERMESO

Pacarku Seperti Parasit

Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) tidak hanya berbentuk fisik dan psikis. Kekerasan secara ekonomi, misalnya meminta uang kepada pacar, juga bentuk KDP.

Ilustrasi: Edi Wahyono

Sabtu, 18 Desember 2021

Petir membangunkanku. Dari mimpi burukku. Selama ini ku hanya terperangkap. Dalam medan magnetmu. Baru kusadari. Kau seperti parasit. Minta ini-itu. Kau minta padaku dengan semaumu.

Begitulah kiranya sepenggal lirik lagu yang dapat menggambarkan hubungan antara Tasya, bukan nama sebenarnya, dengan mantan pacarnya. Sebut saja mantan pacar Tasya itu Tobi, juga bukan nama sebenarnya. Lagu yang dibawakan oleh Gita Gutawa dan dirilis pada tahun 2009 itu berkisah tentang Kehidupan seorang laki-laki yang sangat bergantung pada pacarnya. Lagu ini sempat menduduki berbagai puncak tangga lagu di radio dan stasiun televisi nasional.

Kisah ini bermula ketika Tasya dan Tobi tengah menjadi mahasiswa tingkat akhir di salah satu universitas swasta di Bandung, Jawa Barat. Meski satu kampus, keduanya berbeda jurusan. Tasya kuliah di jurusan Ekonomi, sedangkan Tobi memilih jurusan Arsitek. Dengan kulitnya yang putih bersih, mata belo, dan tinggi 185 cm, Tobi sukses menjadi idola kampus, setidaknya di jurusannya. Maka dari itu, Tasya senang bukan main saat menerima pengakuan cinta dari Tobi pada pertengahan tahun 2017.

“Waktu itu ibaratnya, tuh, kayak lagi menang lotre. Gue emang udah suka sama dia. Ternyata dia juga suka sama gue,” ujar Tasya menceritakan kisah percintaannya dengan Tobi kepada detikX baru-baru ini.

Ilustrasi perempuan korban KDP
Foto: Getty Images/iStockphoto/kieferpix

Seperti pasangan pada umumnya, Tasya dan Tobi yang tengah dimabuk cinta kerap menghabiskan waktu untuk berkencan. Dunia pun serasa milik berdua. Kala itu Tasya tak masalah jika terkadang ia harus mengeluarkan uang untuk makan berdua atau membayar tiket nonton karena Tobi ketinggalan dompet.

“Waktu itu beberapa kali alasannya ketinggalan dompet di rumah. Ya udah dong gue sok-sok bayarin aja. Toh, pada dasarnya gue nggak masalah, kok,  kalau harus keluar uang buat nge-date,” ungkapnya yang kini berusia 26 tahun.

Belakangan gue tahu kalau dia beliin tuh cewek kado jam mahal pake duit dari gue. Gimana gue nggak kesel."

Tasya lulus lebih cepat dari Tobi. Begitu menjadi alumni, perempuan dua bersaudara ini langsung diterima bekerja di salah satu perusahaan auditor ternama di Jakarta dengan gaji yang terbilang lumayan untuk ukuran mahasiswa baru lulus. Semenjak bekerja dan punya duit sendiri, sikap Tobi kepada Tasya semakin menjadi-jadi. Tasya merasa bagaikan 'ATM berjalan' yang kapan saja bisa Tobi manfaatkan.

“Alasannya keluarganya lagi ada masalah keuangan jadi nggak bisa transferin uang setiap bulan lagi. Karena gue sayang sama dia, gue mau-mau aja tuh ngasih duit ke dia. Kalau dipikir-pikir bego juga, ya, gue,” tuturnya.

Kala itu Tobi memang sedang menyelesaikan tugas akhir membuat maket desain dengan budget yang lumayan besar. Lagi-lagi atas nama cinta, dompet dan rekening Tasya terpaksa dikorek untuk membantu Tobi menuntaskan tugasnya.

“Katanya kan bikin maket mahal bisa sampai Rp 6 juta. Makanya pernah sampai gue gajian, terus cuma gue sisahin buat ongkos, pulsa, sama makan aja. Sisanya gue transfer semua ke dia,” kata Tasya.

Ilustrasi pacaran
Foto: Thinkstock

Hubungan keduanya agak renggang karena terpisah jarak Jakarta-Bandung. Lambat laun Tasya merasa hanya dihubungi Tobi jika ada maunya saja.

“Kalau di-chat udah hampir nggak pernah tuh tanyain kabar atau gimana. Isinya cuma ‘Bi tolong transferin uang buat bayar nge-print, ya’,” ucap Tasya menirukan isi percakapannya dengan Tobi.

Namun, hubungan keduanya berakhir setelah Tobi ketahuan selingkuh dengan adik kelasnya. Tasya mendapat laporan dari temannya yang masih tinggal di Bandung. Mereka berdua kedapatan tengah jalan berduaan di mall. Rasa kesal dan penyesalan karena sudah mengeluarkan begitu banyak uang untuk pacarnya bercampur jadi satu.

“Belakangan gue tahu kalau dia beliin tuh cewek kado jam mahal pake duit dari gue. Gimana gue nggak kesel." Hubungan keduanya berakhir setelah berjalan selama satu setengah tahun.Kondisi yang dialami Tasya membuat posisinya begitu dilematis. Ia merasa pacarnya sudah begitu baik padanya sehingga ia merasa harus melakukan pengorbanan untuk sang pacar. Tanpa disadari pula Tasya telah menjadi korban Kekerasan Dalam Pacaran (KDP).

Mengutip laman resmi Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak (KPPPA), KDP tidak hanya mencakup kekerasan dalam bentuk fisik seperti dipukul atau ditampar. Kekerasan secara ekonomi, contohnya meminta pasangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan memeras pasangan, juga termasuk dalam KDP.

Cerita lain datang dari Wahyu yang pernah menafkahi kebutuhan mantan pacarnya. Sebagai laki-laki dengan tipikal budaya patriarki, ia merasa punya tanggung jawab untuk membiayai kebutuhan pacarnya yang sedang didera masalah keluarga.

Ilustrasi percintaan
Foto: Getty Images/iStockphoto/howtogoto

Pacar Wahyu memutuskan tinggal terpisah dari orang tua karena merasa tidak cocok dan sering terlibat pertengkaran dengan mereka. Sebagai pacar yang baik, Wahyu merasa harus membantu pacarnya yang tengah kesulitan.

“Saya pinjemin credit card buat dipakai dia. Karena dia nggak punya uang sama sekali. Jadi bayar kebutuhan sehari-hari, ojek online, dan belanja online itu semua pakai kartu kredit saya,” tuturnya. Usia mereka terpaut tujuh tahun. Pacarnya masih kuliah, sedangkan Wahyu sudah bekerja.

Selama empat bulan, Wahyu membiayai kehidupan pacarnya sampai akhirnya ia pulang kembali ke rumahnya. Tidak lama kemudian mereka berdua putus. Kata Wahyu, uang bukan jadi akar permasalahannya. Ia justru tidak tahan dengan sikap pacarnya yang sangat posesif.

“Mungkin karena masih labil kali, ya. Kalau saya ada foto sama cewek atau ikut kegiatan yang ada teman-teman cewek, itu semua langsung di-stalk, bahkan ada yang sampai di-DM di Instagram. Kejadiannya bukan cuma sekali. Sayanya jadi risih,” katanya.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE