Foto: Koleksi Universitas Leiden
Sabtu, 9 Oktober 2021Sebuah kapal bernama Restorer berlayar dari Belanda ke negeri koloninya yang jauh di timur, Hindia Belanda, menjelang pertengahan abad ke-18. Kapal itu ditumpangi pejabat yang baru saja dipilih menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda, yaitu Gustaaf Willem Baron van Imhoff (1743-1750). Restorer berarti pemulih. Imhoff ditunjuk sebagai gubernur jenderal untuk memulihkan kekacauan di Hindia Belanda pada waktu itu. Selain itu memberantas korupsi, penyelundupan, serta perdagangan ilegal yang menjalar di tubuh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie).
Pada 1740, persaingan ekonomi antara Kompeni, penduduk pribumi, dan orang-orang China berujung pada pembunuhan massal atas ribuan orang China di Batavia (kini Jakarta). Sementara di Jawa terjadi pemberontakan-pemberontakan orang China terhadap penguasa lokal dan Belanda. Karena peristiwa berdarah tersebut, Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier ditangkap dan diselidiki ketika pulang ke Belanda.
Imhoff tidak asing dengan Hindia Belanda. Sebelumnya ia merupakan pedagang muda di Hindia Belanda. Karirnya terus menanjak hingga dia menjadi anggota Dewan Hindia. Kemudian Imhoff dipercaya menjadi gubernur jenderal karena kegigihan dan kemampuannya menjabat Gubernur Ceylon, Srilanka. Belanda setuju atas rencananya melakukan reformasi administratif dan komersial di wilayah Hindia Belanda.
Batavia sekitar tahun 1780
Foto : Tropenmuseum/the National Museum of World Cultures via Wikimedia Commons
Sejarawan Bernard H. M. Vlekke (2008) menjelaskan bahwa setibanya di Hindia Belanda, Imhoff mulai melakukan berbagai perubahan. Ia mereorganisasi pada pedagang, yang sekaligus juga menjadi pelaut Kompeni. Sistem sekolah di Batavia direformasi besar-besaran. Pria yang lahir di Jerman tersebut juga mengalihkan perdagangan opium atau candu di Jawa dari Kompeni kepada pihak swasta yang diberi izin.
Dalam artikelnya bertajuk Pengurus Pusat VOC dan Lembaga-lembaga Pemerintahan Batavia (1619-1811) – Sebuah Pendahuluan, Hendrick E. Niemeijer menjelaskan bahwa VOC juga menjadikan candu sebagai komoditi perdagangan di Hindia Belanda. Banyaknya penyelundupan candu oleh penduduk Malaka dan Batavia mencetuskan ide Imhoff untuk mengatur perdagangan candu dalam sebuah badan swasta di mana VOC juga mempunyai saham. Tujuannya agar monopoli atas komoditi itu tetap langgeng.
Rumah peristirahatan untuk para pejabat gubernur jenderal itulah yang kni menjadi Istana Bogor. Namun, Imhoff dikritik karena sengaja membikin ‘kemewahan’.
Imhoff juga lah yang mendirikan layanan pos pertama di Hindia Belanda pada 1746. Kantor pos di Batavia itu dibangun untuk meningkatkan keamanan surat menyurat para pedagang yang beroperasi di luar Jawa, dan terutama komunikasi dengan negeri Belanda.
Seperti tertuang dalam Inventaris Arsip Post-,Telegraaf-en Telefoondienst terbitan Arsip Nasional Republik Indonesia (2018), urusan surat menyurat sebelumnya ditangani oleh Dinas Pos. Dinas itu berfungsi sebagai sarana komunikasi dan koordinasi kongsi dagang VOC dengan beberapa bagiannya di daerah dan dengan pusat mereka di Belanda.
Surat-surat yang hendak dikirimkan awalnya dikumpulkan dalam sebuah kotak besar dan dibacakan oleh seorang opperkoopman (pedagang senior). Sementara surat masuk dicatat oleh juru sita dan dipertontonkan di Gedung Penginapan Kota (Stadsherberg). Cara inilah menurut Imhoff yang kurang aman. Pengiriman surat dari Batavia ke Belanda sendiri bisa berlangsung sembilan bulan dan ke Ambon empat bulan.
Niemeijer menulis bahwa pembentukan kantor pos itu berbarengan dengan pembentukan pegadaian (Bank van Lening), yang bertujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi lokal warga Batavia pasca peristiwa pembunuhan besar-besaran dan munculnya wabah penyakit. Surat-menyurat di Hindia Belanda menjadi lebih cepat ketika jalan raya Anyer-Panarukan (Jalan Raya Pos) selesai dibangun pada awal abad ke-19.
Kantor Pos di Jalan Fatahillah No 3 Jakarta Barat merupakan salah satu kantor pos tertua di Jakarta. Kantor pos ini dibangun tahun 1928
Foto: Kemendikbud
Ketika Imhoff kembali datang kedua kalinya ke Batavia, penyakit misterius yang memakan banyak korban jiwa memang baru saja melanda. Sebagian orang menghubungkan penyakit itu dengan pembangunan kanal-kanal. Kanal-kanal itu kemudian menjadi tempat yang sangat kotor dan Batavia disebut sebagai tempat tidak sehat di bumi. Karena itu, Imhoff membangun rumah peristirahatan di sebuah pedesaan di selatan Batavia. Rumah peristirahatan untuk para pejabat gubernur jenderal itulah yang kini menjadi Istana Bogor. Namun, Imhoff dikritik karena sengaja membikin ‘kemewahan’.
Imhoff juga dikritik para direktur VOC karena sering tampil berpidato di depan orang banyak, yang dianggap sebagai upaya publisitas. Masih menurut Vlekke, Imhoff mendukung penerbitan surat kabar pertama di Batavia, Nouvelles, yang kemudian dilarang keras oleh VOC. Namun, hal yang dicela keras oleh Dewan Hindia adalah inisiatif diam-diam Imhoff menjalin hubungan dagang dengan Spanyol. Hal itu dianggap sebagai sebuah pelanggaran perjanjian damai antara Belanda dan Spanyol.
Penulis: Irwan Nugroho