INTERMESO

Mengapa Babi Ngepet

Walau tak pernah terbukti, sebagian masyarakat masih percaya isu babi ngepet. Cerita babi ngepet diyakini karena terjadi kesenjangan antara si kaya dan si miskin.

Foto: Dok BBC Magazine

Kamis, 06 Mei 2021

Di kampungnya, Kosim dikenal sebagai penjudi berat. Di mana ada arena perjudian, di situ Kosim berada. Tapi Kosim tak pernah satu kali pun menang judi. Harta bendanya habis di lapak judi hingga akhirnya Kosim memutuskan untuk bunuh diri dengan cara gantung diri. Namun, ketika tali sudah diikat ke lehernya, Kosim didatangi seorang kakek tua.

Kakek itu menasehati dan menyarankan Kosim pergi ke Gua Siluman untuk belajar ilmu menjadi orang kaya dari seorang pertapa sakti. Kosim pun pergi menuju gua yang tak jauh dari desanya. Sesampainya di gua itu, Kosim bertemu dengan pertapa tua dan mengutarakan maksudnya. Pertapa itu pun menyanggupi permintaan Kosim untuk mengajarkan ilmu babi ngepet.

Syaratnya, Kosim harus mengorbankan seorang anak sebagai tumbalnya. Kemudian, ia tak boleh mendengarkan adzan dan tak boleh berjumpa dengan monyet. Beberapa waktu lamanya Kosim belajar ilmu itu. Setelah dirasa cukup menguasai, Kosim pulang kampung. Kepada istrinya, Imas, Kosim mengaku pergi lama karena belajar ilmu berdagang. Kosim kembali ke tempat perjudian untuk mencuri uang.

Hana yata andapan, mungging wana mangaji ilmu badala putra manjalma…" begitu Kosim komat-kamit membaca mantra. Tubuhnya lalu berubah menjadi seekor babi hutan berwarna hitam. Babi jelmaan Kosim itu masuk dan mencuri semua uang milik para penjudi. Setelah sukses, Kosim mengincar rumah orang kaya. Sial, aksi Kosim ketahuan dan dikejar-kejar sampai waktu subuh tiba. Karena mendengarkan adzan subuh, tubuh Kosim tetap menjadi babi. Akhirnya babi itu ditembak seorang pemburu dan disembelih.

Poster film "Ingin Menjadi Kaya (Babi Jadi-jadian)
Foto: Dok Perpusnas

Itulah sekelumit kisah Kosim yang menjadi babi ngepet dalam film berjudul ‘Ingin Cepat Kaya (Babi Jadi-jadian)’ produksi PT. Tobali Indah Film tahun 1976. Kosim diperankan aktor Muni Cader dan Imas diperankan Leni Marlina. Film tentang babi ngepet teranyar adalah ‘Skandal Cinta Babi Ngepet’ yang dibintangi Ratu Felisha, Olga Syahputra, dan Ferry Fernandez tahun 2008. Kedua film tersebut adalah contoh tentang mitos babi ngepet yang dipercayai ada di kalangan masyarakat, khusus Jawa.

Tak ada yang tahu kapan persis muncul mitos babi ngepet di masyarakat. Tapi menariknya, dari pengamatan detikX, semua pemberitaan soal penampakan babi ngepet tak pernah terbukti secara kasat mata. Pada tahun 2011, isu babi ngepet menggegerkan warga Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat. Padahal, setelah diteliti, babi itu adalah salah satu babi hutan yang turun dari gunung.

Dalam cerita-cerita Jawa, kita temukan kekayaan haram yang dihubungkan dengan bau busuk, toilet dan kotoran, ingus, penyakit kulit dan kutu."

Seorang bernama TY ditangkap warga Gang Pemuda, Sawangan Baru, Depok pada 10 Oktober 2014. Pemuda itu dituduh menjadi babi ngepet, tapi dilepas karena tak ada bukti. Pada 2017, warga Panongan, Kabupaten Tangerang, Banten menangkap seekor anjing yang diduga babi ngepet, tapi tak pernah terbukti. Lalu viral video penangkapan dan memukuli seekor babi hutan yang dianggap babi ngepet di Garut, Jawa Barat tahun 2019.

Pada Agustus 2020, seekor babi hutan masuk pemukiman warga di Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan. Babi itu sempat menangis ketika diusir warga. Sontak warga mengira itu adalah babi ngepet. Karena kasihan, warga malah memberikan pakaian dan alas tidur untuk babi itu. Lalu, 16 April 2021 warga Ujung Kalak, Johan Pahlawan, Meulaboh, Aceh dihebohkan sesosok bayangan yang diduga babi ngepet yang terekam kamera CCTV.

Terakhir berita penangkapan babi ngepet di Bedahan, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat, 27 April 2021. Babi itu ditangkap warga yang tanpa pakaian sehelai pun. Lalu hewan itu disembelih karena tak ada keluarga yang mengakuinya. Polisi membongkar kuburan babi itu dan mendapati hewan tersebut tak berubah wujud menjadi manusia. Setelah ditelisik, babi ngepet itu rupanya rekayasa ustadz Adam dengan motif ingin tenar.

Walau tak pernah terbukti, cerita babi ngepet lekat dalam kehidupan masyarakat. Cerita babi ngepet juga pernah ditulis dalam buku ‘Cerita Rakyat Betawi’ terbitan Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemprov DKI Jakarta tahun 2004. Ilmu babi ngepet disebutkan didapat dari seorang kuncen gunung yang sakti. Untuk memiliki ilmu itu, seseorang harus menumbalkan salah satu anggota keluarganya, memakai rompi khusus dan bersujud. Babi jadi-jadian itu bisa menggasak uang dengan cara mengesek-gesekkan tubuhnya ke dinding rumah orang yang diincarnya.

Sejarawan Kuntowijoyo dalam bukunya ‘Muslim Tanpa Masjid’ menjelaskan, kepercayaan kepada pesugihan, babi ngepet, dan tuyul muncul dari kebudayaan masyarakat agraris. Petani tak bisa menjadi kaya tanpa memperluas lahan pertanian dan membuat petani lainnya miskin. Maka muncul cerita soal babi ngepet yang membuat orang jadi kaya tanpa bekerja. Sedangkan bagi para petani, kekayaan dicapai dengan kerja di lahan.

Penampakan babi hutan yang dianggap sebagai  penjelmaan manusia beberapa waktu lalu di Depok
Foto : Dok Istimewa

Sementara sejarawan Ong Hok Ham dalam bukunya ‘Dari Soal Priyayi Sampai Nyi Blorong, Refleksi Historis Nusantara’ terbitan tahun 2002 menuliskan fenomena pesugihan termasuk soal babi ngepet, Nyi Blorong dan tuyul terkait persoalan sosio-ekonomi masyarakat. Kenapa babi? Bagi masyarakat agraris, babi dianggap hama bagi pertanian atau ladang. Bila babi hutan atau celeng masuk pasti akan diusir.

Selain itu, Ong Hok Ham juga menerangkan adanya ketimpangan ekonomi ketika praktek cultuur stelsel atau tanam paksa diterapkan awal abad ke-19 di Jawa. Sistem itu menyebabkan orang kaya semakin kaya, dan ada yang orang yang semakin miskin atau termiskinkan. Orang kaya yang semakin kaya itu kemudian dituduh memiliki ilmu babi ngepet.

Sementara G.W.J Drewes dalam tulisannya berjudul ‘Verboden Rijkdom Een Bijdrage tot de Kennis van het Volksgeloof op Jawa en Madoera’ yang termuat dalam Djawa, Agustus 1929, memaparkan likantropi (kemampuan atau kekuatan manusia berubah menjadi hewan) di Hindia Belanda dapat berjenis Nyegik, Ngetek dan Ngipri. Nyegik, orang berubah menjadi babi. Ngetek orang berubah menjadi kera dan Ngipri orang berubah menjadi ular. Orang yang memiliki ilmu ini memakan kotorannya dan percaya akan menjadi kaya.

Drewes menyebutkan dua cerita yang tersebar luas di sekitar Kaliwatu, Kutoarjo, Jawa Tengah tentang sebuah gua yang bersemayam putri babi di dalamnya. Putri babi ini diyakini bisa memberikan kekayaan kepada orang yang memintanya dengan syarat harus menjadi budaknya. Alkisah, Soetarkarja yang sudah muak dengan hidupnya yang selalu kesusahan pergi menemui seorang dukun. Ia disuruh ke Gunung Kaliwatu untuk bertemu Kiai Djamenggala.

Soetarkarja diterima dengan baik oleh Djamenggala. Malah, ia disuruh menikahi putri Djamenggala. Menikahlah keduanya dengan bahagia dan diberi harta yang berlimpah, pakaian bagus, dan makanan serba enak. Tapi, Soetarkarja merindukan istri dan anaknya di kampung. Ia pulang, tapi keluarga yang ditemui malah ketakutan, karena hanya melihat seekor babi hutan yang masuk rumah.

Soetarkarja pun kembali ke gua menemui istri keduanya dan menyarankan pulang mengenakan pakaian lamanya. Setelah itu, Soetarkarja pun pulang kembali. Kali ini istri dan anak-anaknya melihat dirinya sebagai manusia biasa. Pada suatu malam, Soetarkarja terbangun dari tidurnya mendengar suara istrinya yang berada di gua dan ia keluar rumah untuk menemuinya. Tapi keesokan harinya, Soetakarja ditemukan sudah mati dan di sampingnya ditemukan sekantong uang. “Hanya satu kesimpulan yang mungkin, putri babi telah mengambilnya sebagai budak,” kata Drewes.

Bagi yang ditangkap warga Desa Patokan, Kecamatan Kraksaan, Purbolinggo, dan dipercaya sebagai babi ngepet.
Foto : M Rofiq/detikcom

Cerita kedua, tentang sosok Soemaredja yang meninggalkan istri dan anaknya ke gua menemui putri babi. Soeramadja tak menikahi putri babi di gua, tapi di rumahnya sendiri. Soeramadja bilang kepada istrinya agar jangan kaget bila dirinya menerima tamu perempuan setiap Selasa Kliwon. Setiap tamunya itu pulang, Soeramadja mendapat sekantong uang. Suatu ketika warga melihat seekor babi masuk rumah Soeramadja, lalu ditangkap dan dibunuh.

Seoramadja lalu mengadukan kematian putri babi kepada ayah mertuanya di gua. Lalu, Soeramadja dinikahkan lagi dengan putri babi lainnya. Tapi kisahnya berulang, warga memergoki menangkap serta membunuhnya. Soeramadja pun kembali mengadukan kepada mertua di gua. Kali ini, ayah mertuanya memberikan pakaian yang bagus. Ia mengenakan pakaian itu dan keluar dari gua. Tak berapa lama Soeramadja pun berubah menjadi babi.

Menurut Peter Boomgaard, cerita tersebut menggambarkan pandangan penduduk setempat terhadap kekayaan, perempuan, dan kekotoran. “Dalam cerita-cerita Jawa, kita temukan kekayaan haram yang dihubungkan dengan bau busuk, toilet dan kotoran, ingus, penyakit kulit dan kutu. Beberapa dari keharaman tersebut dihubungkan dengan kenyataan bahwa orang-orang kaya tersebut akan berubah menjadi binatang,” terang Boomgard.

Sementara itu, KH Ahmad Muwafiq meminta masyarakat jangan percaya babi ngepet, karena cerita lama. Dahulu memang ada cerita orang memiliki ilmu untuk memasuki raga di luar raganya sendiri atau disebut ilmu ngrogo sukmo. Salah satunya memanfaatkan media babi. Namun makin masuknya Islam di Jawa membuat posisi babi dibenci karena diharamkan dan najis. Jadi ilmu itu pun sudah tidak dipakai lagi. “Makanya kalau sekarang ada cerita tentang babi ngepet itu sudah karangan,” ujar Gus Muwafiq.


Penulis: M Rizal
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE