Foto: Dok Pribadi Naura Afifah
Minggu, 17 Januari 2020Di bawah terik sinar matahari kawasan Wisata Kota Tua Jakarta, beberapa pria berkeliaran ke sana ke mari. Mereka membawa sebuah tas gendong berisi kamera SLR lengkap dengan lampu flash dan sebuah printer. Di depan Lapangan Fatahillah atau Kawasan Kali Besar, mereka biasanya menawarkan jasa foto keliling. Keberadaan jasa semacam ini sebetulnya sudah mulai luntur tergerus zaman, hanya sedikit yang bertahan. Wisatawan lebih memilih mengabadikan momen mereka menggunakan ponsel pribadi.
Di antara para fotografer keliling itu ada Abdul Somad Rohyadi. Bisa dibilang Somad merupakan fotografer keliling paling junior. Ia baru memulai karirnya Juni 2020. Meski paling baru, jasa foto keliling yang ditawarkan Somad jauh beda. Ia tidak membawa kamera SLR apalagi printer. Aksinya hanya dibekali kamera ponsel Samsung A71 miliknya.
“Aku Alhamdulillah peralatan fotonya pakai ponsel sendiri. Sebelum mangkal di sini juga sudah izin dulu sama fotografer lain yang udah lebih dulu kerja di Kawasan Kali Besar ini,” ucap Somad kepada detikX beberapa waktu lalu.
Somad dengan gigih menghampiri wisatawan di Kawasan Wisata Kota Tua dan menawarkan jasa fotonya. Walaupun terkadang respons yang ia dapatkan tidak selalu sesuai harapan. Tak jarang mereka was-was karena Somad tidak kelihatan seperti tukang foto keliling pada umumnya yang selalu menjinjing kamera. “Kadang ada yang suka menjauh, sudah berpikir negatif duluan. Aku sih sabar saja menerima. Yang penting niat aku tulus mau nawarin hasil karya,” tuturnya.
Foto pasangan muda-mudi di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta
Foto : Dok Pribadi Abdul Somad
Pria berusia 23 tahun ini beralih profesi menjadi fotografer keliling setelah meninggalkan pekerjaannya sebagai office boy di taman rekreasi Dunia Fantasi alias Dufan Januari tahun lalu. Karena pandemi Covid-19, Somad tidak langsung kembali bekerja. Baru di bulan Juni Somad memutuskan untuk menjadi fotografer keliling. Dari Dufan Somad banyak belajar soal fotografi. Dulu ia sering diminta tolong pengunjung untuk mengabadikan momen mereka. Lambat laun Somad jadi belajar cara menggunakan berbagai kamera ponsel, ia pun paham cara menghasilkan sudut foto yang bagus. Semua tekniknya memang ia pelajari sendiri.
Kan banyak tuh yang ngeluh misalkan kalo aku fotoin teman niat banget dan hasilnya bagus. Sementara kalo aku difotoin teman nggak memuaskan. Daripada berdebat mendingan pakai jasa fotografer profesional aja."
Beberapa bulan terakhir Somad pindah ke Kawasan Sudirman. Ia mangkal di terowongan cantik di Jalan Kendal dekat Stasiun Sudirman. Terowongan dengan daya tarik mural di dinding dan lampu warna warni di malam hari jadi spot foto yang instagramable. Banyak anak muda berkunjung dan berfoto di sana. Ternyata peminat jasa foto keliling Somad lebih tinggi. Dalam sehari Somad bisa melayani 12 orang.
Di terowongan ini pula Somad bertemu dengan Naura Afifah. Salah satu yang menggunakan jasa foto Somad. “Aku berdua sama teman. Awalnya sempat takut dan ragu tapi setelah coba malah puas banget hasil fotonya banyak dan bagus lagi. Somad-nya ramah banget dan harganya murah, cuma Rp 5 ribu tapi dapat foto sepuasnya,” tutur Naura, mahasiswi di Universitas Gunadarma, Depok, ini.
Aktivitas fotografer Abdul Somad di Jalan Sudirman, Jakarta
Foto: Dok Pribadi Abdul Somad Rohyadi
Naura yang puas dengan hasil jepretan Somad menceritakan pengalamannya di Tiktok. Dalam sekejap unggahan akun @itsnawra mengenai jasa foto keliling Somad masuk ke laman For You atau FYP serta mendapatkan 13 ribu likes dan 2 ribu komentar. Permintaan untuk sesi foto dengan Somad meningkat tajam.
“Aku sampai nggak tidur seharian balesin DM di Instagram. Aku terima kasih banget sama Kak Naura, aku nggak sanggup balas kebaikan dia,” ujar Somad girang. Selain di Sudirman, Somad juga nongkrong di Kawasan GBK, Mall Central Park dan spot foto kece lainnya di Jakarta. Biasanya Somad akan mengumumkan posisi mangkalnya melalui Instagram @somad52. Sejak viral di Tiktok, Somad bisa melayani sampai 48 orang per hari.
Mereka terkadang tak segan membayar Somad lebih. Salah satunya grup ibu-ibu arisan yang pernah Somad temui di Ancol. Pertemuan mereka diawali saat para ibu-ibu meminta bantuan foto kepada Somad. September lalu ibu-ibu yang suaminya punya jabatan di pemerintahan ini kembali memanggil Somad untuk melakukan sesi foto di Bandung. “Alhamdulillah senang banget. Seumur-umur aku belum pernah ke Bandung. Kemarin diajak ke Braga, Asia Afrika, sampai Lembang. Bahkan sampai dua kali ke sana diantar-jemput,” ucap Somad.
Untuk sesi foto di Jakarta misalnya, para ibu-ibu ini tak segan memberikan Somad upah sebesar Rp 100 ribu untuk sesi foto singkat. Dengan uang yang terkumpul, Somad punya keinginan untuk meningkatkan peralatan fotonya. Tapi untuk sementara keinginannya itu harus ia tunda. “Kepengen sih, tapi aku tulang punggung keluarga. Ada orang tua dan tiga orang adik yang harus aku nafkahi. Untuk sekarang aku bersyukur banget bisa membiayai mereka,” katanya.
Foto karya Ari Juna
Foto : Dok Pribadi Ari Juna
Selain Somad, ada pula Ari Juna, mahasiswa semester akhir di Universitas Bina Nusantara, yang berprofesi sebagai fotografer. Ia menawarkan solusi bagi orang-orang yang suka mengeluh karena hasil foto diri yang dijepret temannya tidak memuaskan. “Kan banyak tuh yang ngeluh misalkan kalo aku fotoin teman niat banget dan hasilnya bagus. Sementara kalo aku difotoin teman nggak memuaskan. Daripada berdebat mendingan pakai jasa fotografer profesional aja,” kata Juna.
Juna kerap menerima permintaan berbagai spot foto di Jakarta. Salah satunya kini yang populer di Mall Astha district 8 SCBD. Juna membagikan hasil karyanya di akun Instagram @_tangkapmomen. Pekerjaan ini bermula dari minta Juna terhadap dunia fotografi. Sebelum memiliki peralatan sendiri, Juna kerap meminjam kepada temannya. “Dulu aku sering foto di jalan ajak random stranger buat jadi portofolio aku,” katanya kini yang sedang menyelesaikan skripsi. Dalam sehari Juna bisa menyelesaikan satu sesi foto. Biasanya orang yang akan menggunakan jasa foto Juna terlebih dahulu membuat janji foto.
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho