Foto: Dok Ratna Ningsih
Sabtu, 2 Januari 2021Awalnya Ratna Ningsih mengira perayaan tahun barunya kali ini akan terasa begitu hampa. Ia tak bisa lagi melihat kembang api di Bundaran Hotel Indonesia seperti tahun-tahun sebelumnya. Ratna juga terpaksa menunda jadwal pulang ke rumah orang tuanya di Surabaya, Jawa Timur. Sambil menatap langit-langit kamar kos berukuran 2x3 meter itu, Ratna teringat dengan sebuah ulasan mengenai hotel kapsul di Instagram.
“Tiba-tiba aku tertarik buat staycation di Jakarta sambil cari suasana dan pengalaman baru. Soalnya sebelumnya aku nggak pernah nginap di hotel kapsul. Kayaknya bakal seru juga nih,” tuturnya.
Karena penasaran, Ratna memesan kamar untuk semalam yang kisaran harganya cuma Rp 100 ribuan. Hotel Kapsul bernama Nomad Hostel Kemang, Jakarta Selatan, ini tak jauh dari kamar kosnya di Mampang. Hotel ini berada di bawah Grup Archipelago International. Lokasinya pun mudah diakses kendaraan roda dua dan empat.
Saat memasuki hotel, dekorasi ruangannya dipenuhi aneka corak dan warna yang begitu bernuansa anak muda. Banyak sudut-sudut instagramable untuk Ratna yang ingin bikin konten untuk Instagram-nya. Hotel kapsul ini memang menyasar tamu berusia 20-an seperti Ratna. Juga untuk para backpacker yang ingin mencari penginapan nyaman dan murah.
Penampakan kamar hotel kapsul di Jakarta Selatan
Foto : Dok Ratna Ningsih
Kini hotel kapsul memang difungsikan sebagai sarana rekreasi dan relaksasi. Namun, kemunculan hotel kapsul pertama kali di Osaka, Jepang, pada tahun 1979 diperuntukkan untuk tujuan berbeda. Dilansir dari Archdaily,hotel kapsul pertama kali hadir pada 1972 di Tokyo dengan nama Nagakin Capsule Tower, terdiri dari 14 lantai dan 140 kamar kapsul. Perancang hotel ini adalah arsitek legendaris Jepang, Kisho Kurokawa. Ia merancang hotel kapsul karena melihat peluang yang ada dari budaya kerja di Jepang.
Lebar kamarnya cuma sebesar kasur single bed. Tapi masih nyaman banget. Nilai plusnya kita juga bisa kenalan sama pengunjung lain yang tidur di sebelah pod kita."
Orang Jepang terkenal memiliki dedikasi serta tuntutan kerja yang tinggi, Sehingga membuat para pekerja sering lembur. Terkadang, sehabis bekerja, mereka juga menghabiskan waktu untuk minum bersama bar minum dan cemilan semacam Izakaya hingga larut malam. Sedangkan keesokan pagi mereka sudah harus kembali bekerja. Selain itu jadwal kereta juga terbatas dan pilihan transportasi lain seperti taksi di Jepang sangat mahal.
Saat itu, satu unit kamar di Nakagin Capsule dibanderol senilai 1.900 yen, lebih murah dibandingkan hotel bisnis atau pun tarif taksi jarak jauh. Beberapa dekade setelah kemunculan hotel kapsul di Jepang, kota-kota lain di Asia dan Eropa pun banyak mencontoh konsep hotel tersebut. Mulai dari Taipei, Kuala Lumpur, Singapura, Paris, Inggris hingga Indonesia.
Nomad Hostel yang dipilih Ratna memiliki 192 kapsul yang tersebar di tiga lantai. Kamar untuk laki-laki dan perempuan pun dipisah. Begitu juga dengan kamar mandi yang berkonsep sharing alias kamar mandi bersama. Memasuki ruangan tidur, terlihat pod-pod yang disusun bertingkat. Terdapat empat tipe kamar yang dimiliki Nomad Hostel yaitu 10 pod, 14 pod, 16 pod dan 20 pod dalam satu kamar. Kasur yang ada di dalam setiap pod berukuran single bad. Ratna disuguhkan kasur empuk dan fasilitas seperti lampu tidur dan colokan yang bisa digunakan untuk mengisi daya barang elektronik.
“Lebar kamarnya cuma sebesar kasur single bed. Tapi masih nyaman banget. Nilai plusnya kita juga bisa kenalan sama pengunjung lain yang tidur di sebelah pod kita,” ungkap dia. Fasilitas hotel kapsul juga tak kalah dengan hotel pada umumnya. Seperti Nomad Hostel yang juga dilengkapi WiFi, area umum, laundry room, kolam renang, dan coffee shop.
Momo Hotel, hotel kapsul di Jakarta Selatan
Foto: Dok Ratna Ningsih
Selain Nomad Hostel, hotel kapsul makin mudah ditemui di berbagai kota. Seperti Hotel Tab Capsule di Surabaya, The Capsule Hotel Gajahmada di Semarang, Whiz Capsule Trawas di Mojokerto, QB Capsule Hotel di Bali, serta masih banyak lagi.
Di tengah gempuran Corona, saat banyak hotel memilih tutup, hotel kapsul menjadi salah satunya yang masih bertahan. Seperti hotel kapsul Bobobox Indonesia yang justru menghadirkan dua lokasi penginapan baru di pertengahan 2020, didukung Internet of Things (IoT). Lokasi hotel kapsul Bobobox tersebut berada di area Malioboro, Yogyakarta dan Juanda, Jakarta Pusat. Dengan penambahan dua penginapan itu, Bobobox secara total telah berada di 13 lokasi.
CEO Bobobox Indra Gunawan mengatakan bahwa tren penginapan berjenis kapsul tengah tumbuh di Indonesia. Seiring tren tersebut, pandemi COVID-19 yang melanda saat ini, membuat hotel kapsul jadi solusi bagi para pelancong. Di samping itu, Bobobox berinovasi dengan menggalakkan langkah ekstra untuk memastikan dan akses check-in hingga check-out tanpa kontak alias contactless experience bagi konsumen.
Ketika pertama kali COVID-19 melanda, hotel kapsul Bobobox, terutama yang berlokasi di Jakarta masih memperoleh pengunjung dengan tingkat okupansi hingga 50%. Sementara, hotel lainnya menurut data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), tingkat okupansinya sudah berada di bawah 9%.
"Di masa transisi new normal kemarin, occupancy rate kita menunjukkan strong recovery, itu membuktikan konsumen dalam negeri bertumbuh kembali dengan cepat, karena data kami menunjukkan konsistensi di level 80%. Kami optimis tingkat hunian ini dapat beranjak menjadi 90% dalam waktu tidak lama lagi," pungkas Indra dalam konferensi pers virtual Agustus lalu.
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho